Pantun Duka Cita Yang Sangat Murung

Ada banyak jenis berbagai pantun. Mulai dari pantun jenaka, saran, teka teki, dan pantun yang lain.

Kali ini kita akan menciptakan sebuah pantun yang dinamakan pantun duka cita.

Pantun duka cita merupakan pantun yang berisi kesedihan.

Kebalikan dari pantun ini ialah pantun suka cita. Kamu bisa melihat contoh pantun bersuka cita juga.

Sekarang mari kita membaca dulu pantun murung cita.

Pantun Sedih Ingat Ibu

Bukit gunung daerah bertapa,
Masuk desa jauh ke kota.
Lama telah tidak berjumpa
Rasa rindu penuhi dada.

Jamu pahit dari lempuyang,
Pulang kampung naik kereta.
Pada ibu yang sungguh sayang,
Rindu hati ingin berjumpa.

Pohon nangka daunnya lebar,
Bambu kecil dibentuk bubu.
Sangat lembut dan penyabar,
Sedih hati mengenang ibu.

Jalan-jalan ke Tanjung Pinang,
Singgah pula ke kota Dumai.
Senyuman ibu sangat hening,
Membuat diriku terasa damai.

Duka Cita Karena Yatim Piatu

Ikan pari ikan peda,
Kalau digulai berdiri selera.
Ibu tiada ayah tiada,
Hidupku cuma sebatang kara.

Manis rasanya air tebu,
Jalan ke bukit berliku-liku.
Ingin merasakan kasih ibu,
Agar sedih hilang dariku.

Walau jauh pulau Jawa,
Naik perahu kan hingga jua.
Kepada Tuhan senantiasa berdoa
Moga ibu dan bapak masuk ke nirwana.

Buah mangga, mangga kueni,
Kaprikornus rujak makan bareng .
Biarlah sedih di dunia ini,
Tapi di alam baka bertemumereka.

Panjang ekor ikan pari,
Sangat indah memandang mata.
Sedih hati menangis sendiri,
Kepada siapa mesti bercerita.

  Soal Ujian Nasional Matematika SMP 2014/2015

Pantun Duka Cita Karena Orang Tak Punya

Pantun murung cita via rumaysho.com

Indah sekali mutiara,
Bila ditatap mampu terlena.
Hidup miskin selalu sengsara
Banyak orang yang suka mencemooh.

Katanya berilmu binatang kancil,
Suka main hingga malam.
Aku hidup di gubuk kecil,
Menjalani hari sungguh kelam.

Lupa jalan cobalah mengajukan pertanyaan,
Dari ujung hingga ke taman.
Begini nasib orang tak memiliki,
Tak ada orang yang mau berteman.

Istana megah milik sang raja,
Pandang ke atas lihat angkasa.
Miskin bukan sebab malas kerja,
Sudah takdir dari dewa.

Biarlah duri tajam ujungnya,
Asalkan tomat merah warnanya.
Biarlah miskin di dunia,
Asalkan di alam baka kaya raya.