Opini Publik
Res publica, res populi, populus autem non omnis hominum coetus quo modo congregatus, sed coetus multitudinis iuris consensu et utilitatis communione sociatus
Kesejahteraan lazim ialah milik rakyat, akan namun, rakyat bukanlah sekedar kerumunan manusia, melainkan kumpulan orang-orang yang direkatkan satu sama lain oleh penghormatan pada keadilan dan kerjasama mengejar-ngejar kebaikan bareng
Pandangan Awal
Pandangan tentang kosmologi The Mother-earth menjadi permulaan penentu adanya pembagian publik dan privat.
Mereka memiliki fikiran bahwa bumi yang kita tempati ini mempunyai ciri yang serupa dengan perempuan; mengandung dan melahirkan.
Laki-laki memperlakukan alam secara eksploitatif untuk mempertahankan hidupnya
Imbas dari prilaku ini ialah; wanita diperlakukan sama mirip alam, ialah dieksploitasi.
Pada dikala itu, muncullah pembagian kerja, di mana pria memiliki masalah dengan hal yang di luar rumah (publik), sedangkan wanita di tempatkan di daerah rumah tangga (ekonomi/privat)
Perempuan dipisahkan dari kehidupan privat, sebagaimana yang pernah terjadi di negara kota Athena. Mereka tidak dianggap sebagai warga negara dan tidak mempunyai hak politik.
Contoh lain: dalam penduduk Arab, memiliki anak perempuan ialah sesuatu yang hina. Mereka juga melarang perempuan untuk keluar rumah dan mesti menutupi parasnya dengan cadar.
Pembagian kerja atas jenis kelami sampai saat ini masih terus berjalan. Beberapa jenis pekerjaan identik dengan jenis kelamin.
Komunikasi merupakan langkah-langkah dasar insan sebab itu, ruang publik tidak mampu dipisahkan dari tindakan komunikasi.
Komunikasi berada dalam bidang yang plural (budaya, politik, ekonomi, dll), oleh alasannya itu pengertian ruang publik pun sangat beragam.
Keberagaman ruang publik akan membedakan pesan-pesan yang timbul dalam opini publik.
Opini dalam ruang publik merupakan kolektifitas yang timbul dari kesadaran masyarakat.
Parmenides membedakan opini dari kebenaran. Yang pertama berhubungan dengan pengalaman inderawi dan memiliki masalah dengan yang tampak. Yang kedua bertalian dengan pemikiran dan bergumul dengan realitas dan yang ada.
Bagi Plato opini menggambarkan sebuah posisi diantara agnoia (ketidaktahuan) dan episteme (wawasan). Opini hanya bersifat probabel (kemungkinan), sebab subjeknya ialah dunia perubahan.
Aristoteles mengikuti Plato alasannya adalah baginya opini berhubungan dengan yang kontingen, dan tidak mampu lebih dari probabel. Ada yang dianggap selaku opini yang benar atau populer, dipandang selaku titik berangkat observasi.