Kualitas Lingkungan Hidup – Secara sederhana mutu lingkungan hidup diartikan selaku kondisi lingkungan yang dapat menunjukkan daya dukung optimal bagi ke langsungan hidup insan pada suatu daerah. Kualitas lingkungan dicirikan antara lain dari situasi yang menciptakan orang merasa betah atau kerasan tinggal di tempatnya sendiri. Berbagai kebutuhan hidup tercukupi dari kebutuhan dasar atau primer, meliputi makan, minum, perumahan, sampai keperluan rohani atau spiritual meliputi pendidikan, rasa kondusif, dan sarana ibadah.
Kualitas lingkungan hidup mampu dibedakan menurut karakteristik biofisik, sosial-ekonomi, dan budaya.
a. Lingkungan Biofisik
Lingkungan biofisik yakni lingkungan yang terdiri atas unsur biotik dan abiotik yang berafiliasi dan saling memengaruhi satu dengan yang lain. Komponen biotik ialah makhluk hidup, mirip hewan, tanaman, dan insan. Adapun unsur abiotik terdiri atas bendabenda mati, seperti tanah, air, udara, dan cahaya matahari. Kualitas lingkungan biofisik disebut baik kalau interaksi antarkomponen berlangsung dengan seimbang.
b. Lingkungan Sosial-Ekonomi
Lingkungan sosial ekonomi yakni lingkungan insan dalam hubungannya dengan sesama untuk memenuhi keperluan hidupnya. Standar mutu lingkungan sosial-ekonomi disebut baik bila kehidupan manusia akan kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kebutuhan hidup lainnya mampu tercukupi.
c. Lingkungan Budaya
Lingkungan budaya yaitu segala kondisi baik berupa materi (benda) maupun nonmateri yang dihasilkan manusia melalui kegiatan dan kreativitasnya. Lingkungan budaya mampu berbentukbangunan, perlengkapan, pakaian, senjata, dan juga termasuk nonmateri, seperti tata nilai, norma, budpekerti istiadat, kesenian, dan metode politik. Standar kualitas lingkungan budaya dikatakan baik kalau di lingkungan tersebut mampu menawarkan rasa aman dan sejahtera bagi semua anggota masyarakatnya dalam melakukan dan mengem bangkan sistem budayanya.
Hal lain yang tidak kalah penting untuk dimengerti di dalam mengerti kualitas lingkungan yakni daya dukung lingkungan (carrying capacity). Daya dukung lingkungan adalah ukuran kesanggupan sebuah lingkungan mendukung sejumlah kumpulan atau populasi jenis makhluk hidup tertentu untuk mampu hidup dalam sebuah lingkungan tertentu.
Lingkungan tersebut mampu berupa sebidang lahan, wilayah tertentu, atau ekosistem tertentu. Misalnya, lahan pertanian sawah, perkebunan, hutan, rawa, sungai, danau, pantai, desa, kota, permukiman, dan kawasan industri. Adapun sejumlah individu atau kalangan tertentu dapat berupa berkembang-tanaman, binatang, ataupun insan. Jika membahas mengenai individu atau kelompok insan, maka yang dimaksud daya dukung lingkungan di sini yakni ukuran kemampuan suatu lingkungan mendukung sejumlah individu atau kelompok manusia untuk dapat hidup dengan wajar dalam lingkungan tersebut.
Lingkungan yang ada di sekitar insan sangatlah beragam, begitu pula dengan daya dukung lingkungannya. Pada lingkungan yang berlawanan maka akan mempunyai daya dukung yang berlawanan pula. Daya dukung lingkungan tidak mutlak, tetapi meningkat sesuai faktor atau sumber daya yang memengaruhinya, antara lain faktor geografi dan sosial-budaya.
Adapun yang dimaksud dengan aspek-aspek geografi dan sosial budaya di antaranya selaku berikut.
a. Faktor geografi, mirip iklim, kesuburan tanah, dan erosi.
b. Faktor sosial-budaya, mirip ilmu, pengetahuan, dan teknologi.
Daya dukung lingkungan sangat berhubungan bersahabat dengan kepadatan (densitas) suatu populasi atau jumlah makhluk hidup yang terdapat dalam sebuah lingkungan tertentu. Dengan mengetahui daya dukung atau kemampuan lingkungan dalam mendukung populasi di atasnya, dapat dijumlah kemampuan tertinggi (optimal) lingkungan tersebut. Berapakah yang dapat disokong lingkungan yang bersangkutan agar sejumlah makhluk hidup (populasi) dapat hidup dengan masuk akal.
Tingkat kepadatan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yakni selaku berikut.
a. Tingkat kepadatan maksimum (tertinggi).
b. Tingkat kepadatan optimum (cukup/sedang/masuk akal).
c. Tingkat kepadatan berlebih (kelebihan populasi).
Kepadatan populasi mencapai tingkat berlebih jika kepadatannya melampaui kepadatan yang mampu didukung. Dapat dibilang juga bahwa lingkungan telah sampai kepada batasnya sehingga pada saat yang serempak akan terjadi dilema lingkungan atau ketimpangan ekologi. Jumlah manusia sampai ketika ini terus bertambah dan berkembang. Adapun permukaan bumi yang merupakan ekosistem kehidupan insan luasnya tetap. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya benturan antara perkembangan jumlah manusia dan daya dukung lingkungan, pada hasilnya mengakibatkan persoalan lingkungan atau ketimpangan ekologi.
Manusia dengan kesanggupan ilmu, wawasan, dan teknologi dapat memajukan daya dukung lingkungan. Melalui penerapan teknologi dalam bidang pertanian, peternakan, dan permukiman, manusia mampu mengembang kan serta meningkatkan daya dukung lingkungan sehingga mampu memakmurkan kehidupan penduduk. Sebagai contoh, dengan diterapkannya acara intensifikasi pertanian oleh pemerintah, maka satu hektar sawah yang sebelumnya cuma bisa menciptakan satu ton gabah padi dapat menjadi dua atau tiga ton gabah padi.
Akibat dari perkembangan ilmu wawasan dan teknologi manusia pun mampu menurunkan daya dukung lingkungan bahkan dalam waktu singkat sampai terhadap batas kemampuannya. Sumber daya lingkungan yang semestinya berperan menopang kehidupan insan atau makhluk hidup lainnya tidak lagi bisa mendukung kelancaran kehidupannya. Maka yang terjadi adalah sebuah tragedi baik alam maupun kemanusiaan. Dalam ekologi, manusia diketahui selaku makhluk paling lebih banyak didominasi (man ecological dominant). Artinya, insan sangat mampu mempergunakan ling kungan bagi kesejahteraan hidupnya. Oleh karena kesanggupan akalnya, ketika ini insan sungguh berperan dalam menentukan alam dibandingkan makhluk lainnya. Alam atau lingkungan hidup akan lestari, serasi, atau hancur, semata-mata tergantung pada kemauan manusia itu sendiri.