Medsosmu Bukan Diarymu

“Kenapa?”

“Status BBM mu!” katanya. Aku tercengang. Lupa akan status BBM yg gres saja kubuat.

“Ada apa? Ada apa dgn status BBM ku? Aku rasa tak saya tujukan kepa&ya. Aku cuma sekedar ngomong apa a&ya, & itu pun saya tak saya tujukan pa&ya” keluhku dlm hati.

Aku terdiam dlm renungan yg panjang. Perlahan kurasakan hubunganku dgn sahabatku itu makin renggang. Ada apa? Hanya sebab status BBM relasi kami menjadi mirip ini? Aah.. Aku tak menduga!

“Dek, please deh status BBM nya diganti ya. Aku melaksanakan ini alasannya saya mencintaimu”

Deggg! Tanpa sadar air mataku meleleh. Baru kusadari ternyata tangan yg sedari tadi memencet touch screen HP itu mengeluarkan kata-kata yg semestinya hanya pantas dituangkan dlm buku diary.

Terka&g galaunya perasaan mengalahkan semua logika. Ke mana larinya? Curhat di medsos! Dilihat & dikomentari banyak orang. Ada yg mendukung, menambah & meminimalkan. Sehingga benih-benih perpecahan kian meruncing. Dan yg terjadi yakni saling menghujat sana sini. Hingga hasilnya perpecahan tak mampu dielakkan lagi. Aah ngeri! Hal-hal yg sebaiknya privasi menjadi konsumsi publik.

Aku jadi ingat dikala di pesantren mahasiswi dulu, saya sempat mendapatkan gelar pelopor dakwah Facebook. Bangga dgn gelar ini? Ngga! Tapi ada segu&g amanah, bahwa sepantasnya media umum yg mempermudah kita untuk berinteraksi dgn banyak orang telah seyogyanya menjadi la&g dakwah buat kita. Menebarkan benih-benih kebaikan yg akan menjinjing banyak manfaat.

Kejadian kali ini sungguh teguran bagiku (mudah-mudahan Allah mengampuni dosa saya ini). Hanya alasannya suatu kata yg terlontar dlm sebuah status BBM akibatnya menimbulkan hubungan yg dulu dekat menjadi renggang. Ukhuwah itu retak oleh sebuah status BBM.

  55 Contoh Majas Eufimisme dan Pengertian

Maka biarpun raga tak bersua, lisan tak berucap kata, tetapi jari-jari jemari kita lah yg mengatakan & berperan andil mengungkapkan segala rangkaian kata atas suatu perintah singkat dari hati & pikiran. Jika kita berusaha menjaga lisan supaya tak berkata kotor atau menyakiti, maka telah sepatutnya pula kita menjaga tangan kita mudah-mudahan tak menuliskan kata yg mau mengakibatkan banyak mudlorot, menyebabkan benih-benih permusuhan & perpecahan di antara sesama.

Dalam hadits disebutkan ““Ada seorang pria yg mengajukan pertanyaan terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah orang muslim yg paling baik ?’Beliau menjawab, “Seseorang yg orang-orang muslim yg lain selamat dari gangguan lisan & tangannya” (HR. Muslim No 64).

Waallahu a’lam bish-showab. [Ukhtu Emil/Webmuslimah]