Makalah Psikologi Kemajuan Anak Remaja

Makalah psikologi kemajuan anak remaja ini membicarakan wacana bagaimana proses kejiwaan dan perkembangan psikologinya saat tumbuh dan berkembang selaku makhluk cerdik menuju tingkat kedewasaan. 
Sejak lahir hingga menjelang maut, insan tidak pernah statis, insan selalu mengalami pergantian, baik yang bersifat evolutif (progressive), maupun involutif (retrograde). Perubahan yang dialami manusia ialah integrasi dari banyak sekali pergantian struktur dan fungsi, alasannya adalah itu pergantian ini tergantung pada hal-hal yang dialami sebelumnya dan akan mempengaruhi hal-hal yang terjadi sesudahnya.

Dalam konteks psikologi ada 2 (dua) macam pergeseran, adalah:

  1. Pertumbuhan, diartikan selaku pergeseran yang bersifat kuantitatif (Soemantri, 2005). Pendapat tersebut memperkuat pernyataan Monks, dkk (1998) bahwa pertumbuhan, khusus dimaksudkan untuk menawarkan bertambah besarnya ukuran badan dan fungsi fisik yang murni. Dari dua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sifat dari pertumbuhan yaitu evolutif.
  2. Perkembangan, diartikan selaku suatu proses ke arah yang lebih sempurna, dan tidak begitu saja mampu diulang kembali (Monks, dkk, 1998). Pendapat ini searah dengan Werner (dalam Monks, dkk., 1998) yang menyatakan pertumbuhan menunjuk pada pergeseran yang bersifat tetap dan tidak mampu diputar kembali. Lebih lanjut Monks, dkk (1998) menerangkan bahwa pertumbuhan lebih mampu mencerminkan sifat yang khas mengenai gejala psikologis yang muncul. Sedangkan Soemantri (2005) berpendapat, kemajuan ialah pergeseran kualitatif, ialah pergeseran progressive, koheren, dan terorganisir. Adapun Santrock (2007) memperlihatkan pertimbangan yang lebih fundamental, yaitu bahwa kemajuan yaitu acuan pergeseran yang dimulai sejak pembuahan dan berlanjut sepanjang rentang hidup. Disini Santrock mendefinisikan perkembangan tidak hanya dalam konteks evolusi, tetapi juga involusi

Berdasar uraian di atas, maka kemajuan psikologi ialah suatu proses yang dinamis, yang dalam proses tersebut sifat individu dan sifat lingkungan memilih tingkah laku apa yang mau menjadi actual dan terwujud.

Prinsip Psikologi dalam rangka Perkembangan Perspektif Masa Hidup Manusia
Berdasarkan kajian psikologi perkembangan anak akil balig cukup akal, dalam rangka mengetahui bagaimana proses pertumbuhan pada anak berlangsung serta mengetahui citra mengenai contoh-teladan kemajuan yang tepat dan mengapa ada variasi dalam kemajuan maka orangtua/pengasuh/pendidik perlu mengetahui tentang prinsip-prinsip pertumbuhan (developmental Principles) (Hurlock, dalam Prasetya- ningrum, 2006 dan 2008) dan perspektif kurun hidup (life-span perspectives) (Santrock, 2002). Dengan demikian orangtua/pengasuh/pendidik mampu memahami anak secara langsung.

Lebih lanjut Hurlock (dalam Prasetyaningrum, 2006 & 2008; dan Baltes, dalam Santrock, 2002) menjelaskan bahwa jikalau orangtua/pengasuh/pendidik mengerti perihal prinsip-prinsip perkembangan, maka diperlukan mereka akan:
Pertama, mengetahui apa yang diperlukan dari anak, pada usia berapa kira-kira akan timbul berbagai perilaku yang khas, dan kapan teladan-contoh sikap tersebut akan digantikan oleh acuan sikap yang lebih matang.
Kedua, dapat membimbing dan menunjukkan kemudahan penunjang dalam proses belajar anak secara sempurna.
Ketiga, mengenali acuan wajar kemajuan, sehingga memungkinkan orangtua/pengasuh/pendidik untuk membantu anak mempersiapkan diri saat proses perkembangan akan dialami.

1. Prinsip-prinsip Perkembangan (Hurlock, dalam Prasetyaningrum, 2006 dan 2008):
a. Perkembangan awal lebih kritis dibanding sesudahnya
Proses perkembangan bersifat berkelanjutan, dalam arti proses perkembangan yang paling permulaan akan mensugesti proses kemajuan berikutnya, sehingga bila terjadi gangguan di permulaan kemajuan, maka akan mensugesti proses pertumbuhan selanjutnya.

b. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan mencar ilmu
Yang dimaksud kematangan yaitu karakteristik yang secara potensial sudah ”dibawa” individu sejak lahir, contohnya kemampuan merangkak, duduk, berjalan, mengatakan, membaca, menulis, dsb. Adapun arti belajar dalam konteks ini ialah perkembangan yang berasal dari adanya latihan dan perjuangan . Melalui berguru anak memiliki potensi untuk menggali potensi yang dimiliki, agar dapat teraktualisasikan secara maksimal (Mussen, et.al., 1989)

c. Pola pertumbuhan mampu diramalkan
Setiap spesies mengikuti teladan pertumbuhan yang khas atas spesies tersebut (Hurlock, 1998). Pada insan pola perkembangan fisiknya juga mengikuti aturan cephalocaudal dan proximodistal , ialah kemajuan yang menyebar ke seluruh tubuh dari kepala sampai kaki, artinya perkembangan fisik individu selalu dimulai dari kepala, lalu ke bagian tubuh di bawahnya, hingga berakhir di kaki ( cephalocaudal ) dan pertumbuhan bergerak dari sumbu/sentra tubuh menuju ke ujung-ujungnya, artinya perkembangan fisik individu selalu dimulai dari pusat tubuh (tubuh) menuju ke ujung- ujung tubuh (jari-jari) ( proximodistal )..

d. Pola pertumbuhan mempunyai karakteristik tertentu
Semua anak akan mengikuti contoh perkembangan yang serupa dari satu tahap menuju tahap selanjutnya. Misalnya: bayi baru akan mampu berjalan, bila sebelumnya sudah bisa duduk dan bangun. Begitu juga pada anak yang berkebutuhan khusus, pada usia- usia awal mereka akan mengalami perkembangan yang relatif sama dengan anak-anak normal. Kemudian, pada proses yang lebih lanjut, bawah umur berkebutuhan khusus ini akan menawarkan adanya perbedaan, ialah menunjukkan kelambatan atau percepatan dalam perkembangan.

e. Terdapat perorangan defferences dalam kemajuan
Meski pun contoh perkembangan berjalan sama pada semua anak, tetapi setiap anak akan mengikuti contoh dengan cara dan kecepatannya sendiri. Artinya sebagian besar anak meningkat dengan tanpa hambatan, bertahap, dan langkah demi langkah, tetapi ada sebagian anak-anak lain yang meningkat dengan kecepatan lebih tinggi atau lebih rendah. Selain itu ada pula anak-anak yang mengalami penyimpangan dalam proses pertumbuhan. Oleh balasannya tidak semua anak mampu meraih titik pertumbuhan yang sama pada usia yang juga sama.

2. Perspektif Masa Hidup (Santrock, 2002):
a. Perkembangan yakni seumur hidup (life-long)
Tidak ada era usia yang mendominasi dalam pertumbuhan. Individu akan mengalami orientasi psikologis yang berlainan di setiap era yang dilalui. Perkembangan meliputi evolusi dan involusi yang berinteraksi dalam cara yang dinamis sepanjang siklus kehidupan. Pada kala-masa usia permulaan (kurun bayi hingga dengan kala anak final), mereka lebih banyak mengalami evolusi daripada involusi. Sebaliknya, pada kurun-abad usia lanjut, individu lebih banyak mengalami involusi daripada evolusi.

b. Perkembangan adalah multidimensi (multidimentional)
Perkembangan terdiri atas dimensi biologis, kognitif dan sosial. Kadang-kadang dalam satu dimensi terdapat banyak unsur, misalnya inteligensi/kecerdasan, ada kecerdasan absurd, kecerdasan ekspresi/non mulut, kecerdasan sosial, dsb.

c. Perkembangan yakni multidireksional (multidirectional)
Beberapa dimensi/unsur mengalami peningkatan kuantitas dan/atau mutu (evolutif), sedangkan unsur yang lain mengalami penurunan (involutif) dalam waktu yang hampir berbarengan, misalnya: anak mengalami peningkatan dalam kemampuan kognitifnya, tetapi mengalami penurunan mutu dalam sikap sosialnya, mirip: suka membangkang/membantah, mau menang sendiri/egois, dsb.

  Tes Kepribadian

d. Perkembangan adalah elastis (plastic)
Perkembangan tergantung pada kondisi kehidupan individu sendiri, dengan banyak sekali alternatif yang dapat diambil untuk menanggulangi persoalan-masalah/kendala- kendala yang dialami, misalnya: kesanggupan motorik, bahasa, dan sosial anak dapat dikembangkan lewat pembinaan/stimulasi lingkungan. Anak yang hidup di lingkungan rekreasi dan banyak dikunjungi wisatawan manca negara, maka kesanggupan berkomunikasi dengan orang abnormal akan lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang hidup cuma di komunitasnya sendiri.

e. Perkembangan adalah menempel secara kesejarahan (historically embedded)
Perkembangan dipengaruhi oleh suasana dan kondisi saat anak lahir dan berkembang. Anak yang hidup pada periode perang, akan mengalami kemajuan psikologis yang berlainan dengan anak yang lahir di kurun tenang. Anak yang hidup pada abad kejayaan secara ekonomi (baik orangtua ataupun negara), akan berbeda dengan anak yang hidup pada masa sukar.

f. Perkembangan dipelajari oleh sejumlah disiplin ilmu (multidiscipline)
Perkembangan manusia dipelajari tidak cuma oleh para andal psikologi, melainkan juga sosiolog, antropolog, neurolog, dan saintis yang lain (termasuk arsitek), untuk membuka misteri perkembangan manusia sepanjang hidup.

g. Perkembangan yaitu kontekstual (contextual)
Individu secara terus menerus merespons dan bertindak menurut konteks yang meliputi biologis, lingkungan fisik, konteks sosial, kesejarahan, dan kebudayaan. Dalam persepsi ini individu dilihat sebagai mahluk yang sedang berubah di dalam dunia yang sedang berganti.

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN MASA ANAK
Havighurst (dikutip Prasetyaningrum, 1999) menyatakan bahwa setiap individu pada fase-fase tertentu mempunyai peran-peran kemajuan ( developmental tasks) yang mesti dikerjakan. Tugas kemajuan yaitu suatu peran yang timbul pada sebuah era usia tertentu dari kehidupan individu yang mesti dijalankan. Apabila individu berhasil melaksanakannya, maka akan muncul rasa senang dan akan membawa ke arah kesuksesan dalam melakukan tugas-peran berikutnya. Sebaliknya kalau gagal akan menyebabkan rasa tidak senang dan kesusahan dalam menghadapi peran-peran berikutnya.

Adapun tugas-peran kemajuan masa anak yakni selaku berikut:
1. Mempelajari ketrampilan fisik
Masa anak yakni kala ketika potensi-potensi fisik sedang mengalami perkembangan pesat. Dalam pelaksanaan peran pertumbuhan ini, diperlukan kemudahan lingkungan yang memadai untuk ruang gerak anak yang kian meluas.

2. Membangun perilaku yang sehat tentang diri sendiri selaku mahluk yang sedang tumbuh
Anak perlu dibantu untuk menyadari pentingnya melakukan tugas perkembangan ini, semoga kemajuan fisik dan psikologisnya berjalan maksimal. Perlu diciptakan suasana yang kondusif agar anak mempunyai semangat yang tinggi untuk melaksanakan tugas perkembangan tersebut, mirip situasi rumah yang higienis, rapi dan tenteram agar nafsu makan anak maksimal, dan aktivitas anak tidak terusik. 3. Belajar mengikuti keadaan dengan sobat-sahabat seusianya

Anak adalah mahluk sosial yang memerlukan sahabat bermain untuk mengasah kompetensi sosialnya. Oleh karenanya perlu diciptakan erea bermain yang memadai, dalam arti cukup luas, aman, nyaman dan masih dalam pantauan orang cukup umur. 4. Mulai berbagi peran sosial pria atau perempuan secara sempurna

Anak yaitu mahluk Tuhan yang masih memiliki masa hidup panjang. Oleh kesannya mereka perlu belajar dan menguasai peran sosial yang sesuai dengan jenis kelaminnya. Misalnya selaku anak laki-laki, apa yang mesti diperankan dimasyarakat. Sebagai anak wanita, tugas apa yang paling sesuai untuk dilakukan. Dalam hal ini mereka membutuhkan ” versi ” yang sempurna dari orang-orang dewasa yang ada di sekitarnya.

5. Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung
Ketrampilan membaca, menulis dan berhitung yaitu ketrampilan dasar yang secara biasa potensinya telah dimiliki anak sejak dilahirkan. Untuk mengembangkannya anak memerlukan pembimbing dan fasilitas yang mencukupi untuk melakukan peran ini. Tugas perkembangan mampu dilakukan secara individual maupun kalangan.

6. Mengembangkan pemahaman-pengertian yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari
Sebagai mahluk sosial, anak perlu mempunyai pengertian dan pemahaman perihal kebiasaan dan nilai-nilai (moralitas) masyarakat lokal. Tugas perkembangan ini perlu diberikan sedini mungkin, khususnya dalam mengantisipasi masuknya moralitas pendatang/orang lain.

7. Mengembangkan hati nurani, pemahaman akhlak, dan nilai
Tugas ini ialah kelanjutan dari peran sebelumnya. Anak perlu memaksimalkan fungsi hati nurani, dalam rangka memahami moralitas dan nilai-nilai di masyarakat yang kadang bersifat heterogen.

8. Mengembangkan sikap kepada golongan-golongan sosial
Anak hidup di masyarakat. Oleh kesannya mereka perlu untuk belajar beradaptasi dengan aneka macam karakteristik kalangan sosial, agar mereka mampu berperan secara maksimal di masyarakat yang lebih luas.

9. Mencapai kebebasan eksklusif
Anak bukan miniatur orang sampaumur, oleh karenanya anak membutuhkan kebebasan langsung untuk mengaktualkan potensi-potensi yang dimilikinya secara maksimal. Meski pun demikian, bukan memiliki arti anak mesti diberi keleluasaan mutlak, mereka tetap membutuhkan tutorial dari orang dewasa.

PERKEMBANGAN FISIK
Perkembangan fisik bayi dalam dua tahun pertama kehidupan sangatlah ekstensif. Pada ketika lahir, bayi memiliki kepala yang sangat besar jika ketimbang bab badan lainnya (1:3). Kepala ini bergerak terus menerus alasannya adalah refleks. Selain refleks pada kepala, bayi juga mempunyai refleks-refleks lain, seperti: refleks mencari (rooting reflex), refleks menghisap (sucking-reflex), refleks peluk (moro-reflex), refleks menggenggam (grasping-reflex), dan refleks genggam kaki (babinski-reflex). Refleks-refleks tersebut sungguh penting alasannya adalah ialah prosedur pertahanan hidupnya . Biasanya refleks-refleks tersebut akan menghilang saat bayi berusia antara 3 – 4 bulan (Santrock, 2002).

Berat dan panjang tubuh bayi saat dilahirkan berkisar antara 2,5-4,0 kg dan 45- 55cm. (S,145). Perkembangan fisik mempunyai pengaruh pribadi terhadap anak, karena menentukan hal-hal yang dapat/tidak mampu dikerjakan oleh anak. Perkembangan fisik yang normal memungkinkan anak menyelenggarakan adaptasi diri pada suasana yang ada, sedangkan perkembangan fisik yang menyimpang akan menghalangi pembiasaan diri anak tersebut (Soemantri, 2005).

Lebih lanjut Soemantri (2005) menjelaskan bahwa kemajuan fisik meliputi penambahan tinggi dan berat badan, peningkatan kesanggupan psikomotorik, pertumbuhan otot-otot dan lemak tubuh. Perkembangan fisik ini akan berpengaruh pada tampilan, koordinasi motorik, mutu tingkah laku, dan status kematangan anak. Kerusakan fisik yang dialami anak akan menghipnotis penyesuaian dirinya. Anak akan mengalami gangguan dalam berperilaku laku, menerima reaksi yang berlawanan dari masyarakat sekitar, sehingga anak merasa berlawanan dengan bawah umur lain yang ada di sekitarnya.

Perkembangan Kognititf
1. Teori Piaget
Piaget memandang inteligensi/kecerdasan selaku sebuah proses adaptif dan menekankan bahwa penyesuaian melibatkan fungsi intelektual. Menurut Piaget proses adaptasi yakni keseimbangan antara acara organisme dengan aktivitas lingkungannya. Dengan demikian lingkungan dipandang sebagai suatu hal yang terus menerus mendorong organisme untuk mengikuti keadaan kepada situasi riil, sebaliknya organisme secara konstan juga menghadapi lingkungannya sebagai sebuah struktur yang ialah bagian dari dirinya (Gunarsa, 1987; Hurlock, 1991; 1996; Soemantri, 2005; dan Santrock, 2007)

Piaget mengemukakan ihwal adanya tahapan/periodisasi dalam kemajuan kognitif individu. Adapun tahap-tahap/periode tersebut adalah:
1). Periode Sensori-Motor (0 – 2 tahun)
Merupakan kala/tahap pertama perkembangan Piaget. Pada kurun ini anak membangun pengertian mengenai dunia ini dengan mengkoordinasikan pengalaman sensoris (seperti menyaksikan dan mendengar), dengan langkah-langkah fisik dan motorik. Pada tahap ini, inteligensi tidak bersifat reflektif, artinya tidak terdapat sebuah hal yang merupakan perjuangan untuk mengejar-ngejar atau menemukan wawasan atau kebenaran, melainkan hanya mempersoalkan aspek konkrit wacana dunia realitas. Pada kurun ini satu kemampuan penting yang dicapai anak adalah object permanence (permanensi objek), yakni sebuah pengertian bahwa objek/benda/ insan tetap ”ada” meski pun tidak tampak.

2). Periode Pra-Operasional (2 – 7 tahun)
Pada periode ini anak mulai menerangkan dunia dengan kata-kata, gambar, dan lukisan. Meskipun demikian, menurut Piaget anak masih belum bisa melaksanakan ”operasi” (istilah Piaget untuk menggambarkan tindakan mental yang terinternalisasi, yang memungkinkan anak melaksanakan secara mental apa yang sebelumnya hanya dapat dilakukan secara fisik). Anak masih cenderung untuk memusatkan perhatian ( centralized) pada ciri-ciri yang paling menawan dari sebuah stimulus, anak belum dapat merenungkan dan mengintegrasikan aneka macam karakteristik stimulus. Selain itu anak juga belum bisa melakukan daypikir secara rasional.

3). Periode Operasional Konkret (7 – 11 tahun)
Pada era ini anak dapat melaksanakan ”operasi”, dan akal sehat logis menggantikan anggapan intuitif, selama akal sehat dapat diterapkan pada acuan khusus dan kasatmata. Pada tahap ini prinsip konservasi (bahwa sebuah benda, walaupun ditransformasikan dengan cara yang berlawanan, benda-benda tersebut tetaplah sama), merupakan ciri penting dalam anutan belum dewasa. Anak pada periode ini menghadapi orang lain secara rasional. Mereka mulai mengerti dan bahkan merumuskan aturan-hukum logis. Komunikasi bawah umur dengan orang lain menjadi semakin tidak egosentris dan lebih bersifat sosial.

4). Periode Operasional Formal (11 – dst)
Pada abad ini individu telah melampaui pengalaman kasatmata dan mampu berpikir absurd dan logis. Pada tahap ini, kadang akil balig cukup akal menciptakan bayangan situasi ideal yang diinginkan, seperti orangtua yang ideal, lingkungan yang ideal, penduduk yang juga ideal, kemudian, bayangan ideal tersebut ketimbang apa yang ditemuinya dalam kehidupan kasatmata. Mereka juga mulai mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan kala depan yang akan disongsong/dihadapi, serta akan menjadi apa dirinya kelak. Dalam pemecahan problem, mereka telah lebih sistematis, mengembangkan hipotesis mengenai mengapa sesuatu terjadi dengan cara tertentu, kemudian menguji hipotesis ini dengan cara deduktif. Dengan demikian fatwa operasional formal ditandai dengan kenyataan bahwa pada dasarnya ajaran itu bersifat proporsional dan hipotetiko-deduktif.

2. Teori Vygotsky
Menurut Vygotsky, anak secara aktif menciptakan pengalaman mereka sendiri. Vygotsky menawarkan tugas yang lebih penting pada interaksi sosial dan budaya dalam kemajuan kognitif anak. Dengan kata lain, kemajuan kognitif anak sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan sosial dan budaya. Vygotsky yakin bahwa kemajuan ingatan/memori, atensi, dan penalaran, mencakup mencar ilmu menggunakan penemuan masyarakat mirip bahasa, tata cara matematis, dan taktik kenangan. Menurut teori ini, pengetahuan tidak dihasilkan dari dalam diri individu, melainkan dibangun lewat interaksi dengan orang lain dan benda budaya, mirip buku. Ini menawarkan bahwa pemahaman mampu ditingkatkan melalui interaksi dengan orang lain dalam acara yang kooperatif (Santrock, 2002 dan 2008).

Lebih lanjut Vygotsky (Santrock, 2002 dan 2008) memastikan bahwa secara aktif bawah umur menyusun wawasan dan menyebarkan rancangan-rancangan mereka secara sistematis, logis dan rasional yang diperoleh dari koneksi-koneksi sosial dengan orang lain yang kompeten. Makara dalam teori Vygotsky orang lain dan bahasa, memegang peranan penting dalam kemajuan kognitif anak. Interaksi sosial anak dengan orang remaja yang lebih cekatan dan sobat sebaya, akan mengembangkan kemajuan kognitifnya. Melalui interaksi ini pula anggota penduduk yang kurang cekatan mampu mencar ilmu dari anggota penduduk lain untuk mengikuti keadaan dan sukses di masyarakat yang lebih luas.

3. Teori Howard Gardner
Howard Gardner menyatakan bahwa kecerdasan yaitu bahasa-bahasa yang dibicarakan oleh siapa saja dan sebagian dipengaruhi oleh kebudayaan dimana ia dilahirkan. Kecerdasan juga merupakan alat untuk mencar ilmu, menuntaskan problem, dan menciptakan semua hal yang mampu digunakan insan.

Setiap individu mempunyai sembilan (9) jenis kecerdasan yang berlainan-beda dan menggunakannya dengan cara-cara yang sangat personal. Pembatasan pada program pendidikan yang hanya memfokuskan diri pada kecerdasan linguistic dan matematis, telah mengurangi arti penting bentuk-bentuk kesempatanlain yang dimiliki individu (Gardner, dalam Prasetyaningrum, 2003). Sembilan kecerdasan insan berdasarkan Gardner (Prasetyaningrum, 2003) multiple intelligence yaitu selaku berikut:

1). Linguistic intelligence (kecerdasan linguistik )
Yaitu kesanggupan untuk berpikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dan menghargai makna yang kompleks. Para pengarang, penyair, jurnalis, pembicara, dan penyiar informasi, memiliki tingkat kecerdasan lingu- istic yang tinggi.

2). Logical-mathematical intelligence (kecerdasan nalar-matematika)
Merupakan kesanggupan dalam menjumlah, mengukur, dan memikirkan propo-sisi dan hipotesis, serta menyelesaikan operasi-operasi matematis. Para ilmuwan, andal matematika, akuntan, insinyur, pro-grammer komputer, mereka mempunyai ke-cerdasan akal-matematika yang berpengaruh.

3). Spatial intelligence (kecerdasan spasial)
Yaitu kesanggupan individu untuk mem-bangkitkan kapasitasnya dalam berpikir tiga dimensi. Biasanya dimiliki oleh pelaut, pilot, pemahat, pelukis dan arsitek. Mereka bisa mencicipi bayangan eksternal dan internal, melukiskan kembali, meng-ubah, memodifikasi bayangan, mengemudi-kan diri sendiri dan objek melalui ruangan, dan menciptakan atau menguraikan infor-masi grafik.

4). Bodily-kinesthetic intelligence (kecerdasan kinestetik-tubuh)
Individu yang memiliki kemampuan ini memungkinkannya untuk menggerakkan objek dan ketrampilan-ketrampilan fisik yang halus. Potensi ini biasanya dimiliki oleh para atlit, penari, hebat bedah, dan seniman yang mempunyai ketrampilan teknik

5). Musical intelligence (kecerdasan musik)
Individu yang kecerdasan musiknya tinggi memiliki sensitivitas pada pola titinada, melodi, ritme dan nada. Mereka yang memiliki kecerdasan ini antara lain: composer , konduktor, musisi, kritikus, pembuat alat musik, dan juga pendengar musik yang sensitive.

6). Interpersonal intelligence (kecerdasan interpersonal)
Merupakan kemampuan untuk mengerti dan berinteraksi dengan orang lain secara efektif. Hal ini terlihat pada guru, pekerja sosial, artis, dan politisi yang berhasil.

  Isyarat Etik Profesi Konselor Indonesia (Abkin)

7). Intrapersonal intelligence (kecerdasan intrapersonal)
Adalah kemampuan untuk membuat persepsi yang akurat ihwal diri sendiri dan menggunakan wawasan semacam itu dalam merencanakan dan mengarahkan kehidupan seseorang. Potensi ini lazimnya nampak pada: agamawan, hebat psikologi (psikolog), dan andal filsafat (filosof).

8). Naturalist Intelligence (Kecerdasan Naturalis),
Adalah kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengelompokkan, dan membuat kategori terhadap apa yang ditemui di lingkungan sekitar maupun alam semesta. Inti dari kecerdas-an ini yaitu kesanggupan individu utk mengenali secara rincian benda2 bikinan insan (perangko, suplemen, sepatu, mobil, pesawat, dll) maupun benda/mahluk di alam semesta (flora, hewan, batu dan bab lain dari alam semesta).

9). Existence Intelligence (Kecerdasan Eksistensial),
Yaitu kecerdasan yang berafiliasi dengan kapasitas atau kemampuan untuk berpikir kosmis atau hal- hal yang bekerjasama dengan keberadaan, mulai dari keberadaan dan tujuan manusia di alam semesta, sampai pada sifat kehidupan itu sendiri, mirip kebahagiaan, bencana, penderitaan, hidup, mati, dan kemana insan sesudah mati.

Perkembangan Emosi
Emosi yakni perasaan atau afeksi yang muncul saat seseorang sedang berada pada suatu keadaan atau sebuah interaksi yang dianggap penting olehnya, terutama well- being dirinya (Campos dan Saarni, dkk, dalam Santrock, 2008). Pola pertumbuhan emosi dipengaruhi oleh faktor herediter, lingkungan, dan kondisi kesehatan anak. Pola emosi kala anak menunjukkan kecenderungan untuk tetap bertahan hingga kala remaja, kecuali anak mengalami pergeseran situasi yang radikal, baik lingkungan (relasi personal-sosial) maupun kesehatan fisik (Santrock, 2002, dan Thompson & Lagattuta, dalam McCartney & Phillips, 2008).

Untuk meraih kematangan emosi perlu adanya pembinaan dan penyesuaian untuk menyeimbangkan dan mengatur emosi. Yang dimaksud dengan menertibkan emosi ialah mengarahkan energi emosi ke dalam akses mulut yang berguna dan mampu diterima secara sosial (Hurlock, 1991,1996; Soemantri, 2005; Santrock, 2008). Emosi memainkan peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan anak, antara lain (Hurlock, 1991, Soemantri, 2005, Santrock, 2008):

  1. Emosi menimbulkan kesenangan kepada pengalaman sehari-hari ( after effect : efek yang dirasakan anak setelah mengalami suatu peristiwa).
  2. Emosi menyiapkan tubuh anak untuk memperlihatkan reaksi-reaksi fisiologis yang menyertai emosi yang dialami.
  3. Ketegangan emosi mengakibatkan terganggunya ketrampilan motorik, misalnya: anak menjadi gugup, gagap, dsb.
  4. Emosi juga mampu berperan selaku bentuk komunikasi. Artinya saat seorang anak memberikan emosinya lewat lisan maupun reaksi-reaksi fisik, maka disitu anak menyampaikan perasaannya kepada orang lain.
  5. Emosi merupakan sumber evaluasi sosial dan evaluasi diri. Cara individu mengekspresikan emosinya akan mensugesti evaluasi sosial yang pada gilirannya akan mempengaruhi penilaian diri.
  6. Emosi mempengaruhi kegiatan mental secara lazim. Ketika seseorang mengalami kondisi emosi yang tidak menyenangkan, maka sungguh memungkinkan akan terjadi penurunan prestasi, begitu juga sebaliknya.
  7. Emosi menghipnotis persepsi seseorang terhadap kehidupan. Bila seorang anak lebih sering mengalami emosi yang mengasyikkan (contohnya: affection, happiness , dll), maka pandangan anak perihal kehidupan nyata, sehingga hal ini mampu mensugesti kemampuan adaptasi diri/kesanggupan untuk berinter- agresi dengan orang lain.
  8. Respon emosional yang terus menerus akan menjadi kebiasaan/habit. ekspresi emosi yang dikerjakan berulang-ulang, akan menjadi kebiasaan anak.
  9. Emosi membekas pada verbal muka dan mewarnai tingkah laku seseorang. Ketika seseorang mengalami emosi gembira, maka keadaan tersebut akan terpancar pada verbal wajahnya.
  10. Emosi menghipnotis iklim psikologis lingkungan sekelilingnya. Apabila dalam sebuah keluarga terdapat anak yang temper-tantrum, maka kondisi tersebut dapat mempengaruhi situasi keluarga.

PENUTUP
Sejak lahir sampai menjelang kematian, manusia tidak pernah statis, insan selalu mengalami pergantian, baik yang bersifat evolutif (progressive), maupun involutif (retrograde). Perubahan yang dialami manusia merupakan integrasi dari aneka macam perubahan struktur dan fungsi.

Bagaimana mengetahui berlangsungnya proses kemajuan pada anak, dan bagaimana cara untuk mengenali citra tentang pola-acuan perkembangan yang sempurna dan mengapa ada kombinasi dalam perkembangan, maka orangtua/pengasuh/pendidik perlu mengetahui wacana prinsip-prinsip perkembangan dan perspektif masa hidup. Dengan mengetahui proses perkembangan pada anak, maka orangtua akan mampu mengantisipasi pertumbuhan yang dialami anak mereka. Dengan demikian diharapkan mereka mampu ikut berperan dalam membantu memaksimalkan potensi-peluangspesifik yang dimiliki anak, melalui pemenuhan kemudahan fisik dan psikologis untuk memperlihatkan ruang gerak pada anak dalam bereksplorasi/menjelajah rumah dan lingkungan sekitarnya.

Surakarta, 05 Agustus ….
Makalah Psikologi Perkembangan Anak Remaja

DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, E. B. 1991. Child Development (Alih Bahasa: Tjandrasa dan Zarkasih). Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
———————- 1996. Developmental Psychology (Terjemahan: Estiwidayanti, Soedjarwo, dan Sijabat). Jakarta: Penerbit Erlangga
Monks, F.J.; Knoers, A.M.P.; Haditono, S.R., 1998. Psikologi Perkembangan. Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjahmada University Press.
Mussen, P.H.; Conger, J.J.; Kagan, J.;and Huston, A.C., 1989. Child Development and Personality . New York: Harper and Row Publishers.
Prasetyaningrum, J. 1999. Psikologi Perkembangan Anak. Makalah . Intensive Practical Psychology Course (IPPI) . Jasa Psikologi Indonesia, Surakarta, April 1999.
———————–. 2006. Psikologi Perkembangan Anak. Makalah. Bimbingan Teknis
Analisis Medik Sederhana, Pem-Prov Jawa Tengah, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Unit Luar Biasa. Semarang, 5-7 Juni.
———————– 2006. Multiple Intelligence .
Makalah . Disampaikan dalam acara Seminar Pendidikan Anak Dini Usia, Play Group dan TK RABBANI, Karanganom, Klaten, 16 Juli. ———————-. 2008. Psikologi Perkembangan Anak. Makalah. ”Seminar Mendi – dik Anak Melalui Cerita”. Al-Azhar Peduli Ummat, 02-Februari.
Santrock, J.W. 2002. Life-Span Development. Perkembangan Masa Hidup. (Alih bahasa: Chusairi, dan Damanik). Jakarta: Penerbit Erlangga
——————– 2008. Child Development, eleventh edition ( alih bahasa: Rahmawati dan Kuswanti ). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Soemantri, S. 2005. Psikologi Anak Luar Biasa . Bandung: Refika Aditama.
Thompson, R.A. and Lagattuta, K.H. 2008. Feeling and Understanding: Early Emotional Development. dalam Early Childhood Development (Edited by: McCartney, K. & Phillips D). Singapore: C.O.S. Printers Pte Ltd.

===============

Dipresentasikan dalam acara: WORKSHOP URBAND NEIGHBOURHOOD AND CHILDREN

SPACES. Kerjasama Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dengan Universitas Teknologi Malaysia (UTM) di Kampoeng Batik Laweyan Surakarta, 05 – 07 Agustus, menulis wacana puisi persahabatan.

Oleh : Dra. Juliani Prasetyaningrum, MSi, Psi **)
Dosen, Supervisor dan Sekretaris Program Pendidikan Magister Profesi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Peringatan: Bagi anda yang tidak mampu mengcopy postingan ini, dan butuh file referensi makalahnya. Silahkan kirim email ke : nengsrimayanti@gmail.com