PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pembahasan
Setiap orang ialah pemimpin, sekurang-kurangnyapemimpin untuk dirinya sendiri, hal ini sebagaimana tertuang dalam suatu hadits Rasulullah saw:
عن ابن عمر ر.ع قال: قال رسول الله ص.م ” كلّكم راعٍ وكلّكم مسئول عن رعيّته… الحديث ” متفق عليه
Artinya: Dari Ibnu Umar R.a ia berkata: bersabda Rasulullah saw “Setiap kalian adalah pemimpin, dan kalian akan ditanya perihal kepemimpinan kalian… al-hadits (Mutafaq `alaih).
Namun, terkadang insan lupa perihal peranan beliau selaku seorang pemimpin dan kerap kali dia tidak tahu bahwa kelak dia akan ditanya perihal kepemimpinannya; Atau kerap kali ada insan yang ditakdirkan menjadi seorang pemimpin tetapi beliau tidak tahu apa yang mesti diperbuat selaku seorang pemimpin. Disinilah diperlukan pengetahuan dan keilmuan perihal kepemimpinan, sehingga seseorang yang ditakdirkan menjadi pemimpin tidak gelagapan dan gundah dengan jabatannya.
Akhir-selesai ini banyak orang membahas problem krisis kepemimpinan. Konon sangat suilt mencari kader-kader pemimpin pada berbagai tingkatan. Orang pada zaman kini cenderung mementingkan diri sendiri dan tidak atau kurang peduli pada kepentingan orang lain, kepentingan lingkungannya. Krisis kepemimpinan ini disebabkan sebab semakin langkanya kepedulian pada kepentingan orang banyak, kepentingan lingkungannya. Sekurang-kurangnya tampakada tiga problem fundamental yang menandai kelemahan ini. Pertama, adanya krisis akad. Kebanyakan orang tidak merasa mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memikirkan dan mencari pemecahan persoalan kemaslahatan bareng , persoalan harmoni dalam kehidupan dan dilema kemajuan dalam kebersamaan.
Kedua, adanya krisis dapat dipercaya. Sangat sulit mencari pemimpin atau kader pemimpin yang bisa menegakkan dapat dipercaya tanggung jawab. Kredibilitas itu mampu diukur contohnya dengan kesanggupan untuk menegakkan adab memikul amanah, setia pada janji dan janji, bersikap teguh dalam pendirian, jujur dalam memikul peran dan tanggung jawab yang dibebankan padanya, besar lengan berkuasa iman dalam menolak godaan dan peluang untuk menyimpang.
Ketiga, masalah kebangsaan dan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Saat ini tantangannya semakin kompleks dan rumit. Kepemimpinan kini tidak cukup lagi hanya mengandalkan pada talenta atau keturunan. Pemimpin zaman sekarang mesti belajar, mesti membaca, harus memiliki wawasan canggih dan pemahamannya perihal aneka macam soal yang menyangkut kepentingan orang-orang yang dipimpin. Juga pemimpin itu mesti mempunyai dapat dipercaya dan integritas, mampu bertahan, serta melanjutkan misi kepemimpinannya. Kalau tidak, pemimpin itu hanya akan menjadi sebuah karikatur yang hendak menjadi cermin atau bahan tertawaan dalam kala sejarah di kelak di kemudian hari.
Salah satu hal yang menjadi persoalan dalam kepemimpinan ialah dalam hal pengambilan keputusan; kadang kala hal ini menjadi perkara yang tidak gampang bagi seorang pemimpin untuk menetapkan sebuah masalah. Terkadang ego, kepentingan, keadaan bawahan, hal yang menjadi pokok bahasan menjadi factor-aspek yang menghipnotis seorang pemimpin dalam mengambil sebuah keputusan. Dalam makalah singkat ini, kami membicarakan ihwal kepemimpinan dan pengambilan keputusan yang menjadi dua hal yang mutlak ada dalam kehidupan berorganisasi pada khususnya dan kehidupan insan secara biasa selaku makhluk social.
1.2 Rumusan dan Batasan Pembahasan
Untuk lebih terarahnya makalah ini, maka kami membatasi persoalan dengan beberapa pertanyaan selaku berikut:
- Apa pengertian dari kepemimpinan?
- Apa saja tipe-tipe kepemimpinan?
- Faktor apa saja yang mensugesti pengambilan keputusan seorang pemimpin?
- Tekhnik atau sistem apa saja yang mesti digunakan oleh seorang pemimpin dalam upaya pengambilan keputusan?
1.3 Tujuan Pembahasan
Dari rumusan dan batasan masalah di atas, ada beberapa tujuan yang ingin kami capai dari makalah ini, ialah:
- Mengetahui pemahaman dari kepemimpinan;
- Mengetahui tipe-tipe kepemimpinan;
- Mengetahui factor-aspek yang menghipnotis pengambilan keputusan seorang pemimpin;
- Mengetahui tekhnik dan metode yang dipakai seorang pemimpin dalam upaya pengambilan keputusan.
1.4 Sistematika Pembahasan
Untuk lebih sistematisnya pembahasan ini, maka kami membagi makalah singkat ini menjadi empat (4) bagian, yakni:
BAB I. PENDAHULUAN, terdiri dari: Latar Belakang Pembahasan, Pembatasan dan Rumusan Pembahasan, Tujuan Pembahasan dan Sistematika Pembahasan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, berisikan: Pengertian Kepemimpinan, Syarat-Syarat Seorang Pemimpin dan Gaya Kepemimpinan.
BAB III. PEMBAHASAN, berisikan: Pengambilan Keputusan, Langkah-Langkah Pengambilan Keputusan dan Peranan Pemimpin dalam Pengambilan Keputusan.
BAB IV. KESIMPULAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kepemimpinan
Leadership is capatibilty of persuading others to work together undertheir direction as a team to accomplish certain designated objectives (kepemimpinan yakni kemampuan meyakinkan orang lain semoga melakukan pekerjaan sama di bawah pimpinannya sebagai suatu tim untuk meraih atau melakukan suatu tujuan tertentu), demikian tulis James M Black dalam bukunya Management, A guide to Executive Command.
Menurut Tead; Terry, Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan ialah kegiatan atau seni menghipnotis orang lain biar mau berhubungan yang didasarkan pada kesanggupan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan golongan. Menurut Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang mampu mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang menurut penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keterampilan khusus yang sempurna bagi situasi yang khusus.
Moejiono (2002) memandang bahwa leadership tersebut bantu-membantu sebagai balasan pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki mutu-mutu tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para mahir teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung menatap leadership selaku pemaksaan atau pendesakan dampak secara tidak eksklusif dan sebagai fasilitas untuk membentuk kelompok sesuai dengan cita-cita pemimpin (Moejiono, 2002).
Dari beberapa definisi diatas mampu ditarik kesimpulan bahwa kepemimpnan merupakan kesanggupan menghipnotis orang lain, bawahan atau kalangan; kesanggupan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, mempunyai kesanggupan atau kemampuan khusus dalam bidang yang dikehendaki oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
2.2 Syarat-Syarat Seorang Pemimpin
Siapa orang yang mampu diangkat atau diseleksi untuk menjadi pemimpin? Tidak bisa sembarang orang bisa diangkat menjadi seorang pemimpin; alasannya adalah dikala seseorang salah mengangkat pemimpin maka tunggulah kebinasaan, hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw:
قال رسول الله ص.م: إذا وسَِد الأمرُ إِلى غير أهلِه فانْتظِر السّاعةَ . رواه البخاري
Artinya: Bersabda Rasulullah saw: `Barangsiapa menyerahkan suatu persoalan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran` H.R Bukhari
Untuk menjawab pertanyaan di atas perlulah kita memilih persyaratan yang mau dipakai untuk menentukan pimpinan tersebut. Seorang pemimpin paling sedikit bisa untuk memimpin para bawahan untuk meraih tujuan organisasi dan juga mampu menangani relasi antar karyawan. Mempunyai interaksi antar personnel yang baik dan mempunyai kesanggupan untuk mampu mengikuti keadaan dengan kondisi.
Ada beberapa sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin di antaranya yaitu:
- 1. Keinginan Untuk Menerima Tanggung Jawab
Apabila seseorang sudah bersedia untuk menerima iktikad diangkat sebagai seorang pemimpin, maka ia bertanggung jawab atas komitmen yang ia ucapkan dikala diangkat menjadi pemimpin. Disini pemimpin mesti mampu menangani bawahannya, mengatasi tekanan kalangan informal, bahkan jika perlu juga harus mampu menangani tekanan dari luar.
- 2. Kemampuan Untuk Bisa”Perceptive”
Perceptive membuktikan Kemampuan untuk memperhatikan atau mendapatkan kenyataan dari suatu lingkungan. Setiap pimpinan haruslah mengetahui tujuan organisasi sehingga mereka bisa melakukan pekerjaan untuk membantu mencapai tujuan tersebut. Disini ia membutuhkan kesanggupan untuk untuk memahami bawahan, sehingga ia dapat mengenali kekuatan dan kekurangan mereka serta juga berbagai ambisi yang ada. Di samping itu pemimpin mesti juga mempunyai persepsi instropektif (menilai diri sendiri) sehingga beliau bisa mengetahui kekuatan, kelemahan dan tujuan yang layak baginya. Inilah yang disebut kemampuan “Perceptive”
- 3. Kemampuan untuk bersikap Objektif
Objektivitas yakni kemampuan untuk menyaksikan suatu insiden atau ialah ekspansi dari kesanggupan perceptive.Apabila perceptivitas menimbulkan kepekaan terhdap fakta, insiden dan kenyatan-kenyatan yang lain. Objektivitas menolong pemimpin untuk meminimumkan faktor-aspek emosional dan pribadi yang mungkin mengaburkan realitas.
- 4. Kemampuan Untuk Menentukan Perioritas
Seorang pemimpin yang akil yaitu seseorang yang mempuanyai kemampuan untuk memiliki dan memilih mana yang penting dan mana yang tidak. Kemampuan ini sungguh dibutuhkan sebab pada kenyataanya sering dilema-duduk perkara yang harus dipecahkan bukan datang satu per satu namun terkadang masalah tiba berbarengan dan berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
- 5. Kemampuan untuk berkomunikasi
Kemamapuan untuk memberikan dan menerima gosip ialah kewajiban bagi seorang pemimpin. Seorang pemimpin yakni orang yang melakukan pekerjaan dengan memakai tunjangan orang lain, alasannya adalah itu pinjaman perintah, penyampaian berita kepada orang lain mutlak perlu dikuasai.
2.3 Tipe-Tipe (Gaya) Kepemimpinan
Perilaku pemimpin ini disebut juga Gaya Kepemimpinan (Style of Leadership). Berbagai gaya kepemimpinan telah diteliti dan ditemukan bahwa setiap pemimpin telah diteliti dan ditemukan bahwa setiap pemimpin bisa memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain, dan tidak harus suatu gaya kepemimpinan yang satu lebih baik atau lebih buruk daripada gaya kepemimpinan yang lainya.
Para jago mencoba menggolongkan gaya kepemimpinan dengan memakai sebuah dasar tertentu. Dasar yang sering dipergunakan ialah tugas yang dinikmati harus dilakukakan oleh pemimpin, Kewajiban yang pimpinan harapakan diterima oleh bawahan dan falsafah yang dianut oleh pimpinan untuk pengembangan dan pemenuhan cita-cita para bawahan. Ada banyak sekali gaya kepemimpinan antara lain:
- 1. The anthocratic leader
Seorang pemimpin yang otokratik menilai bahwa semua keharusan untuk mengambil keputusan, untuk melakukan langkah-langkah, dan untuk mengarahkan tindakan, dan untuk mengarahkan, memberi motivasi dan mengawasi bawahanya terpusat ditangannya. Seorang pemimpin yang otokratik mungkin memutuskan, dan punya perasaan bahwa bawahanya tidak mampu untuk baranggapan memiliki posisi yang besar lengan berkuasa untuk mengarahkan dan memantau pelaksanaan pekerjaaan dengan maksud untuk meminimumkan penyimpangan dari arah yang ia berikan.
- 2. The Paticipative Leader
Apabila seseorang pemimpin memakai gaya partisipasi beliau melaksanakan kepemimpinan dengan konsultasi. Ia tidak mewakilkan wewenangnya untuk menciptakan keputusan akhir dan untuk memperlihatkan pengarahan tertentu kepada bawahanya. Tetapi beliau mencari aneka macam pendapat dan pemikiran dari pada bawahanya mengenai keputusan yang akan diambil. Ia akan secara serius mendengarkan dan menilai anggapan –anggapan para bawahanya dan mendapatkan perlindungan anggapan mereka .Sejauh fatwa tersebut bisa dipraktekan .Pemimpin dengan gaya partisipatif akan mendorong kemampuan mengambil keputusan dari pada bawahanya sehingga fikiran –pikiran mereka akan selalu berkembangdan semakin matang . Para bawahanya juga didorong biar mengembangkan kesanggupan mengontrol diri dan menerima tanggung jawab yang lebih besar. Pemimpin akan lebih “ Supportive” dalam kontak dengan para bawahan dan bukan menjadi bersikap diktator. Meskipun pastinya. Wewenang terakhir dalam penganbilan keputusan terletak pada pimpinan.
- 3. The Free Rein Leader
Dalam gaya kepemimpinan “ Free rein “ pemimpin mengutus wewenang untuk mengambil keputusan kepada para bawahannya dengan agak lengkap. Pada prinsipnya pimpinan akan menyampaikan “ inilah pekerjaan yang harus saudara lakukan. Saya tidak peduli bagaimana kalau mengerjakannya, asalkan pekerjaan tersebut bisa dituntaskan dengan baik “. Disini pimpinan menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan tersebut kepada para bawahanya. Dalam artian pimpinan mengharapkan biar para bawahan mampu mengendaliakan diri mereka sendiri di dalam menuntaskan pekerjaan tersebut. Pimpinan tidak akan menciptakan peraturan-peraturan ihwal pelaksanaan pekerjaan tersebut, dan hanya para bawahan dituntut untuk memiliki kesanggupan/kemampuan yang tinggi .
.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengambilan Keputusan
Salah satu tugas dan fungsi seorang pemimpin yaitu penentu keputusan bagi suatu komunitas atau sebuah organisasi. Maka seorang atau sekelompok pemimpin dituntut oleh statusnya untuk mempunyai kesanggupan yang bagus dalam pengambilan keputusan. Kemampuan yang bagus dalam pengambilan keputusan harus tercermin pada tiga hal: cara, hasil keputusan dan kemampuan menyampaikan hasil keputusan. Hasil keputusan dari seorang pemimpin mesti bisa diterima oleh orang-orang yang dipimpin; tetapi penerimaan tersebut sungguh dipengaruhi oleh cara atau proses perihal bagaimana keputusan itu diambil. Karena kewenangan yang dimiliki oleh pemimpin itu merupakan kewenangan yang diberikan oleh orang-orang yang dipimpin, maka proses pengambilan keputusan mesti mampu dikelola dan dipertanggung-jawabkan kepada yang memberi wewenang.
Pemberian wewenang yakni wujud dari impian berkontribusi dari bawahan dalam bantuan keputusan sehingga dengan pengontrolan ialah wujud dari kontribusi bawahan terhadap pengambilan keputusan. Kontribusi yang diberikan kepada pemimpin tujuan akhirnya bukan terhadap pemimpin itu sendiri, melainkan bantuan kepada perjuangan mewujudkan nilai-nilai dan keinginan organisasi atau komunitas. Oleh karena itu proses pengambilan keputusan yang dikerjakan oleh pemimpin mesti dipastikan selaras dengan nilai-nilai dan impian organisasi atau komunitas. Maka menjadi jelas bahwa proses pengambilan keputusan yang dijalankan oleh pemimpin mesti transparan dan dapat diukur. Proses pengambilan keputusan yang tidak transparan dan tidak terukur secara hakiki menjadi proses pembusukan sebuah organisasi atau suatu komunitas. Dan secara khusus akan menjadi proses pengeroposan kepemimpinan itu sendiri. Pengeroposan ini akan menjadikan kepemimpinan kehilangan legitimasi. Dan dikala kepemimpinan kehilangan legitimasi, maka kecenderungannya ialah – gaya kepemimpinan – kian absolut.
Untuk menciptakan proses pengambilan keputusan yang baik, yang transparan dan terukur, pemimpin mesti menetapkan prosedur dan nilai-nilai acuan pengambilan yang mampu diakses oleh orang-orang yang dipimpin. Akses kepada prosedur dan nilai-nilai yang menjadi teladan dalam pengambilan keputusan ini akan memungkinkan terjadinya bantuan dan partisipasi yang lebih intens. Kontribusi dan partisipasi yang lebih intens ini akan kian memperkokoh legitimasi pemimpin dan mutu keputusan-keputusan yang dihasilkannya.
Apakah proses pengambilan keputusan yang baik mirip diatas dijamin menghasilkan keputusan-keputusan yang bagus juga? Belum tentu. Hasil keputusan mampu bias oleh dua hal. Pertama, informasi yang tidak akurat. Oleh alasannya itu seorang atau sekelompok pemimpin mesti mempunyai kesanggupan mengumpulkan dan memilih berita/data dengan baik. Kedua, motivasi dan kepentingan. Data yang bagus, akurat, lengkap dan up to date mampu menghasilkan keputusan melenceng manakala ada motivasi, kepentingan dan niatan yang salah dari pemimpin. Siapa yang mampu mengontrol motivasi dan naiatan seseorang? Tentu tidak ada. Maka, setelah proses pengambilan keputusan, produk keputusan pemimpin mesti juga bisa diatur. Alat kendali produk keputusan pemimpin yaitu: Pertama, seberapa sesuai nilai-nilai yang terkandung dalam keputusan dengan nilai-nilai organisasi atau komunitas. Kedua, seberapa berkaitan keputusan itu dengan program, tema dan arah organisasi. Ketiga, seberapa keputusan itu memiliki daya terap (mampu dikerjakan) bagi organisasi atau komunitas.
Pada hasilnya, keputusan yang bagus adalah keputusan yang mampu dikenali oleh orang-orang yang dipimpin. Maka kemampuan mengkomunikasikan hasil keputusan menjadi sungguh penting. Apakah ini sesuatu yang berat? Tentu saja tidak. Karena, dikala proses pengambilan keputusan bersifat transparan dan terukur, dikala produk keputusan masih terbuka kepada control mereka yang dipimpin, maka telah dengan sendirinya produk keputusan pemimpin telah diketahui oleh mereka yang dipimpin. Tetapi sayangnya banyak pemimpin yang karena sejak proses pengambilan keputusan tidak transparan dan terukur, serta tidak ada ruang partisipasi, maka hal mengkomunikasikan keputusan menjadi pekerjaan yang berat. Dan dikala orang-orang yang dipimpin tidak mampu memahami produk-produk keputusannya, maka dengan mudah alamat kesalahan diarahkan terhadap mereka yang dipimpin. Ketika terjadi suasana demikian, maka potensi berkembangnya gaya kepemimpinan yang diktatorial makin besar.
Pengambilan keputusan ialah salah satu fungsi dari seorang pemimpin. Pengambilan keputusan ialah proses penerjemahan dari suatu harapan-keinginan berbagai fihak. Pengambilan keputusan adalah soal yang berat sebab sering menyangkut kepentingan banyak orang.Tidak ada sesuatu yang niscaya dalam pengambilan keputusan . Pemimpin harus memilih di antara alternatif yang ada dan kemungkinan implikasi atau balasan sebuah pengambilan keputusan tertentu.
Pengambilan keputusan pada hakekatnya yaitu suatu pendekatan yang sistematis kepada hakekat suatu duduk perkara. Pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan –tindakan yang menurut perhitungan merupakan langkah-langkah yang paling tepat. Dari pengertian ini dapat diartikan beberapa hal.
- Dalam proses pengambilan keputusan tidak ada hal yang terjadi secara kebetulan.
- Pengambilan keputusan mesti didasarkan kepada sistematika tertentu, antara lain: dengan memikirkan kesanggupan organisasi, personnel yang tersedia, situasi lingkungan yang hendak digunakan untuk melaksanakan keputusan yang diambil.
- Sebelum suatu persoalan mampu dipecahkan dengan baik, hakekat dari problem tersebut mesti dimengerti dengan terperinci.
- Pemecahan dilema tidak dapat dikerjakan dengan main-main namun harus didasarkan pada fakta yang terkumpul secara sistematis, baik dan sanggup menerima amanah.
- Keputusan yang bagus adalah keputusan yang diambil dari mengembangkan alternatif yang ada setelah alternatif-alternatif itu dianalisa secara matang.
3.2 Langkah-Langkah Pengambilan keputusan
Masalah yang dihadapi oleh seorang pemimpin terikat pada suatu kawasan, suasana, orang dan waktu tertentu. Masalah dalam pengambilan keputusan selalu dihubungkan dengan tujuan yang jelas. Jenis-jenis problem yang dihadapi oleh seorang pemimpin berdasarkan intensitas duduk perkara mampu digolongkan menjadi problem yang sederhana dan dilema yang komplek. Masalah yang sederhana yakni masalah yang mengandung ciri-ciri: kecil, berdiri sendiri dan tidak/kurang memiliki kaitan dengan duduk perkara lain. Pemecahannya biasanya tidak memerlukan anutan yang luas tetapi cukup dijalankan secara perorangan, yang biasanya didasarkan terhadap pengalaman, isu yang sederhana dan wewenang yang melekat pada jabatan.
Masalah yang komplek adalah dilema yang memiliki ciri-ciri : besar, tidak bangun sendiri sendiri, berkaitan dengan problem-duduk perkara lain, dan, mempunyai balasan yang luas. Pemecahannya biasanya dilaksanakan bersama-sama antara pimpinan dengan stafnya.
Dilihat dari faktor penyebabnya, persoalan yang dihadapi mampu berupa duduk perkara yang jelas penyebabnya (structure persoalan) dan persoalan yang tidak. Jelas penyebabnya (unstructured masalah). Masalah yang terang penyebabnya, aspek penyebabnya terperinci. bersifat rutin dan umumnya timbul berulang-ulang, sehingga pemecahannya dapat dijalankan dengan proses pengambilan keputusan yang bercorak berkala dan dibakukan. Proses pengambilan keputusannya intinya telah ditentukan tindakan tertentu, relatif gampang untuk memperhitungkan hasil serta akhir-akibatnya.
Masalah yang tidak jelas penyebabnya ialah masalah yang muncul sebagai masalah yang menyimpang dari dilema organisasl yang bersifat lazim, faktor penyebabnya tidak terperinci. Tehnik pengambilan keputusannya disebut non-programmed decision making technique, dimana diperlukan isu aksesori, evaluasi, daya cipta, pendapatserta penilaian masalah.
Pengambilan keputusan antara lain juga diartikan selaku suatu tehnik memecahkan suatu persoalan dengan memanfaatkan tehnik-tehnik ilmiah. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ada 7 langkah yang perlu diambil dalam perjuangan memecahkan dilema dengan mempergunakan teknik-teknik ilmiah. Langkah-langkah itu yakni (Siagian SP, 1973) :
- Mengetahui hakekat dari pada persoalan yang dihadapi, dengan perkataan lain mendefinisikan problem yang dihadapi itu dengan setepat-tepatnya;
- Mengumpulkan fakta dan data yang relevant;
- Mengolah fakta dan data tersebut;
- Menentukan beberapa alternatif yang mungkin ditempuh;
- Memilih cara pemecahan dari alternatif-alternatif yang sudah diolah dengan matang;
- Memutuskan langkah-langkah apa yang mau dikerjakan;
- Menilai hasil-hasil yang diperoleh selaku balasan daripada keputusan yang sudah diambil.
Ketujuh langkah tersebut seperti gampang untuk diambil, akan namun dalam kenyataannya yang sudah diuji melalui banyak sekali eksperimen dan penelitian, pengambilan ketujuh langkah itu tidaklah mudah. Implikasinya yaitu setiap pimpinan mesti terus berupaya untuk meningkatkan kemampuannya memanfaatkan tehnik-tehnik ilmiah dimaksud.
3.3 Peran Kepemimpinan Dalam Pengambilan Keputusan
Kepemimpinan seseorang dalam suatu organisasi sungguh besar kiprahnya dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga menciptakan keputusan dan mengambil tanggung jawab kepada balasannya yakni salah satu peran pemimpin; sehingga jikalau seorang pemimpin tidak mampu menciptakan keputusan, sebaiknya ia tidak mampu menjadi pemimpin. Pengambilan keputusan dalam tinjauan sikap mencerminkan aksara bagi seorang pemimpin. Oleh karena itu, untuk mengetahui baik tidaknya keputusan yang diambil bukan hanya dinilai dari konsekuensi yang ditimbulkannya, melainkan lewat aneka macam pendapatdalam prosesnya. Kegiatan pengambilan keputusan merupakan salah satu bentuk kepemimpinan, sehingga:
- Teori keputusan ialah metodologi untuk menstrukturkan dan menganalisis suasana yang tidak niscaya atau berisiko, dalam konteks ini keputusan lebih bersifat perspektif daripada deskriptif;
- Pengambilan keputusan adalah proses mental dimana seorang manajer mendapatkan dan menggunakan data dengan menanyakan hal lainnya, memindah tanggapan untuk memperoleh gosip yang berhubungan dan menganalisis data; manajer, secara individual dan dalam tim, menertibkan dan mengawasi isu utamanya berita bisnisnya;
- Pengambilan keputusan yakni proses menentukan di antara alternatif-alternatif tindakan untuk menanggulangi persoalan.
Dalam pelaksanaannya, pengambilan keputusan mampu dilihat dari beberapa aspek, ialah: proses dan gaya pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan; Prosesnya dikerjakan melalui beberapa tahapan seperti:
- Identifikasi duduk perkara
- Mendefinisikan problem
- Memformulasikan dan menyebarkan alternative
- Implementasi keputusan
- Evaluasi keputusan
Selain proses pengambilan keputusan, terdapat juga gaya pengambilan keputusan. Gaya yaitu lear habit atau kebiasaan yang dipelajari. Gaya pengambilan keputusan merupakan kuadran yang dibatasi oleh dimensi:
1). Cara berpikir, terdiri dari:
- Logis dan rasional; mengolah gosip secara serial
- Intuitif dan kreatif; memahami sesuatu secara keseluruhan.
2). Toleransi kepada ambiguitas
- Kebutuhan yang tinggi untuk menstruktur berita dengan cara menghemat ambiguitas
- Kebutuhan yang rendah untuk menstruktur info, sehingga mampu memproses banyak anutan pada saat yang sama.
Kombinasi dari kedua dimensi diatas menciptakan gaya pengambilan keputusan mirip:
- Direktif= toleransi ambiguitas rendah dan mencari rasionalitas. Efisien, mengambil keputusan secara cepat dan berorientasi jangka pendek
- Analitik= toleransi ambiguitas tinggi dan mencari rasionalitas. Pengambil keputusan yang cermat, mampu menyesuaikan diri dengan suasana baru
- Konseptual= toleransi ambiguitas tinggi dan intuitif. Berorientasi jangka panjang, acap kali menekan penyelesaian kreatif atas problem
- Behavioral= toleransi ambiguitas rendah dan intuitif. Mencoba menghindari pertentangan dan mengupayakan penerimaan.
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasar perumusan dan pembatasan pembahasan, maka ada beberapa kesimpulan yang mampu kami simpulkan sebagai berikut:
1. Pengertian Kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang mampu mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan mempunyai keterampilan khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
2. Ada tiga tipe gaya kepemimpinan yaitu:
- The Authocrhatic Leader
- The Parthicifative Leader
- The Free Rein Leader
3. Ada beberapa aspek yang mempengaruhi pengambilan keputusan seorang pemimpin selaku berikut:
- Faktor ego (internal) dari diri seorang pemimpin;
- Kondisi bawahan;
- Masalah yang dihadapi (sukar/ringan) atau (sederhana/komplek).
4. Langkah-langkah yang harus dijalankan oleh seorang pemimpin dikala mesti mengambil suatu keputusan, ialah:
- Mengetahui hakekat dari pada duduk perkara yang dihadapi, dengan perkataan lain mendefinisikan problem yang dihadapi itu dengan setepat-tepatnya;
- Mengumpulkan fakta dan data yang relevant;
- Mengolah fakta dan data tersebut;
- Menentukan beberapa alternatif yang mungkin ditempuh;
- Memilih cara pemecahan dari alternatif-alternatif yang telah dimasak dengan matang;
- Memutuskan tindakan apa yang akan dijalankan;
- Menilai hasil-hasil yang diperoleh selaku akhir daripada keputusan yang telah diambil.