close

Makalah Islam Dan Globalisasi: Memilih Dan Menyeleksi Gosip

<Makalah Islam dan Globalisasi: Memilih dan Memilah Informasi>”Yang mendengarkan perkataan kemudian mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah isyarat dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.” (Az-Zumar: 18).
Era globalisasi ketika ini ditandai dengan arus berita yang deras dan tak terbendung. Konten mampu tiba dari manapun, kapanpun, dan isinya mampu beragam sekali. Konten negatif seperti kekerasan, pornografi, dan sejenisnya “menyerang” sampai kawasan paling privat dalam kehidupan kita. Sebagai eksklusif yang meyakini bahwa nilai agama yaitu spirit bagi perubahan, kedatangan globalisasi tidak mampu disingkirkan dari dalam kehidupan ini.
Baca Juga=>Aku Sesuai Prasangka Hambaku Terhadapku
               =>Perniagaan yang Tidak Akan Merugi
               =>Hukum Menikah dengan Wanita Hamil diluar Nikah
               =>Nikah Siri Menurut Pandangan Hukum Islam

Sikap panic, kaku, pasrah, malas dan tidak kreatif dalam menghadapi arus globalisasi cuma akan menjerumuskan kita pada jurang keterpurukan. Siapapun yang tidak mempunyai kesiapan dan kelebihan untuk bersaing dengan lainnya akan mengalami ketertinggalan. Globalisasi yaitu tantangan. Tantangan itu memerlukan tanggapan berupa kecerdasan, kebijakan dan kebersamaan supaya semua konsekuensi era global berupa fasilitas tekhnologis gosip dan komunikasi kurun yang dampaknya meluas pada bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya bisa menguatkan nilai kemanusian serta memajukan peradaban. Bukan sebaliknya. 
Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya Makalah Islam dan Globalisasi: Memilih dan Memilah Informasi
Kata ‘perkataan‘ dalam ayat di atas berlaku biasa . Kita bisa mengartikannya “gosip”. Kecerdasan dalam memilih dan memilah info menjadi prasyarat utama pertumbuhan suatu bangsa. Perlu dicatat, Negara yang berkuasa yaitu negara yang menguasai berita. Konten gosip, baik positif atau negatif akan menghipnotis tingkat intelektual dan pengembangan abjad seseorang.
Berkaitan dengan para pelajar, tidak relevan membatasi mereka dalam mendapatkan susukan isu. Yang dibutuhkan ialah latihan dan pendidikan dalam menentukan dan menyeleksi informasi secara pandai dan bertanggung jawab. Pembatasan gosip hanya akan menumpulkan ketajaman berpikir di satu segi dan merangsang keingintahuan yang tidak wajar di sisi lain. Berikan susukan pada mereka dan ajarkan mereka untuk menggunakan gosip dengan baik.
Pendampingan dan penyadaran dalam proses mengenal dunia isu harus dilaksanakan orang bau tanah atau pendidik secara konsisten dan bijaksana. Hingga mereka berkembang menjadi generasi yang terbuka, toleran dan pandai. Islam mengajarkan sikap Wasathîyat (moderasi) yang mendorong umatnya untuk berinteraksi, berdialog dan terbuka dengan semua pihak yang berlawanan dalam agama, budaya, peradaban. Bagaimana mampu mampu menjadi saksi atau berlaku adil jika tertutup atau menutup diri dari lingkungan dan kemajuan global?.
Keterbukaan ini mengakibatkan bangsa mampu menerima yang bagus dan berfaedah dari siapapun, dan menolak yang buruk lewat filter pandangan hidupnya. Al-Alquran mengingatkan kita untuk menyaring informasi, Allah berfirman dalam QS. Al-Hujurat [49]; 6: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik menjinjing sebuah info, Maka periksalah dengan teliti biar kau tidak menimpakan suatu musibah terhadap sebuah kaum tanpa mengetahui keadaannya yang mengakibatkan kamu”.
Menurut Hassan Hanafi, tantangan terbesar dikala ini ialah bagaimana menjaga identitas tanpa mesti terpinggirkan. Bagaimana bersaing dalam dunia global tanpa larut dalam budaya global yang negative seperti penyalahgunaan miras dan narkoba, serta pergantian nilai alasannya adalah semakin meluasnya arus keleluasaan dan permisifisme.
Efek negative ini yang mau menjerumuskan generasi muda pada budaya seks bebas dan mengalami alienasi, tertekan, dan ketidakseimbangan mental karena dampak-dampak yang ditimbulkannya. Akibatnya, mereka mempunyai kecerdasan intelektual dan keahlian, tetapi bermental jahat, berjiwa korup, dan berakhlak jelek. Mereka bersikap apatis dan tidak mempunyai kepedulian terhadap lingkungan sekitar.
Di tengah gempuran globalisasi yang sering menumpulkan hati nurani, semoga generasi muda Muslim tetap mengasah logika sehat dan kepekaan nuraninya serta memperlihatkan ketekunan iktikad dan kesetiaan pada nilai kasih sayang dan keteguhan, dimana keimanan tidak sekadar perhiasan belaka, melainkan dibuktikan dengan perkataan yang jujur, tindakan yang bertanggung jawab, dan senantiasa menempuh jalan keberagamaaan yang hanif (baik, bijak, dan lurus)