close

Makalah 10 Tantangan Kala Depan (Administrasi Pembangunan)

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Perkembangan dalam dunia ilmu wawasan dan teknologi yang demikian pesat seperti yang apat disaksikan cukup umur ini, telah menimbulkan terjadinya banyak sekali perubahan besar menyangkut aktivitas kehidupan insan. Perkembangan dan perubahan kegiatan manusia dan masyarakat sebuah negara menuntut Pemerintah suatu negara untuk mempunyai mutu dan kemampuan menertibkan dan melayani kebutuhan, cita-cita dan permintaan yang kian lama makin kritis dan kian besar dan kompleks.
Sejalan dengan pertumbuhan tersebut, dimana negara negara di dunia kian menglobal seolah tanpa batas menjadikan administrasi negara mesti mampu untuk dapat mengimbangi berbagai permintaan dan keperluan untuk mengatasi dan mengantisipasi pergeseran yang sungguh cepat tersebut. Tidak hanya kenaikan faktor simpel yang perlu diamati, tetapi hal yang berhubungan dengan faktor teoritis dan ilmiah perlu juga mengadaptasi perhatian.
Berkaitan dengan dilema yang terakhir, menyangkut urusan Administrasi Negara khususnya Administrasi pembangunan, pada sampaumur ini di kelompok para ilmuwan administrasi dan administrasi terdapat kesan bahwa peranan mereka agak tertinggal bila daripada profesi yang lain seperti para ekonom, demikian dikatakan oleh Moerdiono (1988). Oleh alasannya itu, diharapkan adanya kenaikan reorientasi dan peranan ilmu manajemen dalam upaya pembangunan (Papasi, 1994).
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu:
1.      Apa pemahaman Administrasi Negara ?
2.      Apa pemahaman Administrasi Pembangunan ?
3.      Apa saja tantangan utama dalam administrasi Negara dan pembangunan ?
C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan duduk perkara di atas, maka tujuan penulisannya ialah sebagi berikut:
1.      Untuk mengetahui dan mengerti pemahaman Administrasi Negara.
2.      Untuk mengenali pemahaman Administrasi Pembangunan.
3.      Untuk mengenali tantangan utama dalam Administrasi Negara dan Pembangunan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Administrasi Negara
Administrasi berasal dari bahasa Latin yakni Ad = intensif danministrare = melayani, menolong, memenuhi. Administrasi merujuk pada aktivitas atau perjuangan untuk menolong, melayani, mengarahkan, atau mengontrol semua acara di dalam mencapai sebuah tujuan.
Pengertian manajemen dapat dibedakan menjadi 2 pengertian adalah :
1.      Administrasi dalam arti sempit. Menurut Soewarno Handayaningrat menyampaikan “Administrasi secara sempit berasal dari kata Administratie(bahasa Belanda) yaitu meliputi kegiatan cata-mencatat, surat-menyurat, pembukuan ringan, ketik-mengetik, jadwal dan sebagainya yang bersifat teknis ketatausahaan” (1988:2). Dari definisi tersebut dapat disimpulkan manajemen dalam arti sempit ialah acara ketatausahaan yang mencakup acara catat-mencatat, surat-menyurat, pembukuan dan pengarsipan surat serta hal-hal lainnya yang dimaksudkan untuk menyediakan berita serta membuat lebih mudah mendapatkan isu kembali jikalau dibutuhkan.
2.      Administrasi dalam arti luas. Menurut The Liang Gie menyampaikan“Administrasi secara luas ialah serangkaian aktivitas yang dilaksanakan oleh sekelompok orang dalam sebuah kerjasama untuk meraih tujuan tertentu”(1980:9). Administrasi secara luas mampu ditarik kesimpulan intinya semua mengandung komponen pokok yang sama ialah adanya acara tertentu, adanya manusia yang melakukan kerjasama serta meraih tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Pendapat lain tentang administrasi dikemukan oleh Sondang P. Siagian mengemukakah “Administrasi yaitu keseluruhan proses kerjasama antara 2 orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk meraih tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya” (1994:3).
Negara ialah rancangan yang sungguh kompleks. Kompleksitas rancangan negara ini antara lain bersumber pada banyak sekali bentuk, fungsi maupun struktur yang sungguh berlawanan-beda yang dikaitkan dengan terminology negara. Dalam salah satu implikasinya muncul banyak sekali perspektif teoritis perihal negara yang juga sungguh berlainan-beda.
Terdapat banyak definisi tentang negara, yang semuanya mempunyai dasar pemikiran tersendiri dan latar belakang dari para ahli, yakni :
1.      Aristoteles menyatakan negara selaku  perpaduan beberapa keluarga mencakup beberapa desa, hingga pada akibatnya mampu berdiri sendiri sepenuhnya, dengan tujuan kesenangan dan kehormatan bareng .
2.      Sedangkan Cicero pemikir Roma menegaskan negara ialah timbulnya pemikiran sehat penduduk banyak yang bersatu untuk keadilan, dan ikut serta bersama dalam mencari laba.
3.      Francis Jean Bodin  menyampaikan negara sebagai perkumpulan beberapa keluarga dengan kesejahteraan yang patut, dengan alasan yang sehat dan baiklah untuk dipimpin oleh penguasa tertinggi
4.      Max Weber menyampaikan negara yaitu sebuah masyarakat yang mempunyai monopoli dalam memakai kekerasan fisik secara sah dalam sebuah daerah.
Dari  banyak sekali definisi perihal negara diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa, negara yakni suatu kelompok komplotan, alat organisasi kedaerahan dan kewilayahan yang memiliki system politik yang melembaga dari rakyat, keluarga, desa dan pemerintah yang lebih tinggi, terdiri dari orang-orang yang kuat mempunyai monopoli, kewibawaan, daulat, hokum dan kepemimpinan yang bersifat memaksa sehingga pada hasilnya menemukan keabsahan dari luar dan dalam negeri; berikutnya organisasi ini mempunyai kewenangan untuk menciptakan rakyatnya tentram, kondusif, teratur, terkendali di satu pihak, dan di lain pihak melayani kemakmuran dalam rangka merealisasikan cita-cita bersama.[1]
Administrasi negara mencakup implementasi akal pemerintah yang sudah ditetapkan oleh badan-badan perwakilan politik (John M.Pfiffner dan Robert Presthus). Administrasi negara yakni suatu kerja sama golongan dalam lingkungan pemerintahan (Felix A.Nigro). manajemen negara yaitu manajemen dan organisasi ketimbang manusia-manusia dan peralatannya guna mencapai tujuan pemerintah (Dwight Waldo).
B.     Pengertian Administrasi Pembangunan
Administrasi Pembangunan adalah proses penggiringan suatu organisasi untuk meraih prestasi puncak sebuah tujuan pembangunan, ini merupakan pelaksanaan dan wadah manajemen dalam mengintegrasikan akomodasi pencapaian objek bangunan  (Edward Weidner). Administrasi Pembangunan yaitu seluruh perjuangan yang dilakukan oleh suatu penduduk untuk memperbaiki tata kehidupannya selaku sebuah bangsa dalam banyak sekali aspek kehidupan bangsa tersebut dalam rangka perjuangan pencapaian tujuan yang telah ditentukan.[2]
          
C.    Tantangan Utama dalam Administrasi Negara dan Pembangunan
Ditinjau dari administrasi pembangunan, eksistensi sebuah negara bangsa adalah demi peningkatan kesejahteraan seluruh warganya. Dikatakan demikian alasannya adalah negara-negara didunia kebanyakan diresmikan selaku “welfare state” terlepas dari ideology dan system politik yang dianut. Untuk mencapai tujuan mulia tersebut dibutuhkan banyak sekali jenis organisasi, yang handal dan tangguh, baik di dalam maupun di luar lingkungan pemerintahan untuk menghadapi banyak sekali tantangan dengan intensitas yang berlawanan-beda, yang pasti akan dihadapi di era datang. Sepuluh jenis tantangan yang diidentifikasikan dan dibahas dalam makalah ini adalah :
1.      Globalisasi Ekonomi
Titik tolak yang dianggap paling sempurna untuk memahami fenomena globalisasi ekonomi akil balig cukup akal ini dan dimasa yang hendak datang adalah bahwa sepertiga masyarakatdunia masih hidup dalam keminskinan. Walaupun ada banyak sekali standar yang dapat dipakai untuk mengklasifikasikan “warga masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan”, contohnyakriteria Bank Dunia yang menggunakan pemasukan per kapita  sebesar tiga ratus tujuh puluh dolar Amerika sebagai tolak ukurnya. Dengan perkataan lain penduduk kemiskinan yakni masalah yang sudah mendunia sifatnya dan bahwa tidak ada satu negara bangsa manapun yang secara sendirian mempunyai kemampuan untuk menghapuskan kemiskinan tersebut. Oleh alasannya itu, mutlak dibutuhkan kerja sama, baik yang sifatnya multilateral, regional, dan bilateral untuk mengatasinya. Pertanyaan mirip itu memang mudah dibentuk. Dalam praktek, merealisasikan kolaborasi tersebut sangat ialah hal yang sangat susah dengan adanya kemauan dan keputusan politik sekalipun. Jurang pemisah antara negara-negara industry maju dengan negara-negara yang sedang membangun dan ndeso yang selaku keseluruhan menerima julukan “Dunia Ketiga”, mewujudkan gejala kesenjangan yang justru semakin melebar.
Kategorisasi Negara-Negara Bangsa. Dilihat dari sudut tingkat perekonomian, negara-negara di dunia dapat digolongkan pada tiga klasifikasi utama, yaitu negara-negara industry maju, negara-negara industry gres (Newly industrializing countries), dan negara-negara miskin yang sedang membangun, yang tahap industrialisasinya masih udik.
Negara-negara yang tergolong klasifikasi pertama adalah sejumlah negara yang diukur dengan persyaratan tertentu, mirip Gross Domestic Product percapita dan  pemasukan per kapita, sudah mencapai puluhan ribu dolar Amerika. Hampir semua negara tersebut terletak dibagian utara bumi ditambah dengan Jepang. Negara-negara industry maju tersebut bergabung dalam “klub” yang semenjak lama disebut “G-7” walaupun akhir-akhir ini anggotanya bertambah dengan masuknya Rusia. Volume perdagangan negara-negara tersebut, baik antara mereka maupun dengan negara-negara lain di luar “klub”nya sangat besar.
Secara tradisional, di negara-negara tersebutlah terdapat perusahaan-perusahaan multinasional (multinational corporations ) yang seperti dimaklumi, cirri-cirinya antara lain yaitu :
a.       Modal kerjanya yang sangat besar.
b.      Beroperasi dibanyak negara.
c.       Produknya yang sungguh bermacam-macam (highly diversivied ).
d.      Penghasilannya (revenue) yang demikian besarnya hingga ada kalanya melebihi pendapatan negara dimana perusahaan tersebut beroperasi.
e.       Jumlah karyawan, tergolong golongan manajer, yang sangat banyak dan berisikan aneka macam suku, ras, dan asal usul nasionalitas.
f.       Kecenderungan mensugesti politik negara dimana mereka bergerak, paling sedikit dalam bentuk upaya supaya peraturan perundang-usul dan kebijaksanaan negara yang bersangkutan menguntungkan atau tidak merugikan aktivitas bisnis mereka.
Negara-negara yang tergolong kategori kedua adalah apa yang diketahui selaku  Newly Industrializing Countries (NIC’s) yaitu negara-negara yang telah mulai memasuki masa industrialisasi yang dipandang selaku salah satu wahana yang paling efektif dalam melakukan pembangunan dibidang ekonomi. Negara-negara tersebut pada umumnya terdapat dibelahan selatan bumi dan dikenal banyak sekali nama. Di Benua Asia contohnya negara-negara tersebut diketahui sebagai Asian tigers, naga dari timur, dan sebagainya. Contoh-contoh begara dimaksud di Asia adalah Korea Selatan, Taiwan, Singapura, Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Bahkan Korea Selatan sudah diterima menjadi anggota Organization for Economic Coorperation and Development (OECD) yang berkedudukan di Paris, Prancis, yang keanggotaannya terdiri dari negara-negara yang sudah maju (developed countries).
Negara-negara yang tergolong pada klasifikasi ketiga ialah negara-negara yang termasuk miskin. Berbagi ciri dari negara-negara tersebut antara lain adalah pemasukan per kapita yang kecil, adalah kurang dari US $370.00- tingkat pendidikan yang rendah, dan bahkan presentase rakyat yang masih buta huruf tinggi, perekonomian yang masih bersifat tradisional yang pada umumnya bersifat agraris, infrastruktur fisik yang sangat kurang, belum baik dan belum mencukupi seperti tampakpada banyaknya daerah pedesaan yang masih terisolasi, masyarakat yang masih berpandangan tradisional, jaringan komunikasi yang masih sangat terbatas, dan belum berkembangnya penguasaan teknologi tinbggi. Dinegara-negara inilah sebagian besar warga masyarakat miskin tinggal.
Dengan perkataan lain, walaupun terdapat kesadaran yang mendunia bahwa menangani kemiskinan ialah tanggung jawab bareng secara global, praktek-praktek ekonomi yang sering timbul ke permukaan tidak selalu menggambarkan secara kasatmata langkah-langkah konkret yang bersifat global pula. Hubungan ekonomi utara-selatan sering berada pada situasi konfrontasional. Alih teknologi dan kemahiran manajerial sering tidak berjalan mulus sebab negara-negara industry maju tak maukehilangan kelebihan kompetitufnya dibidang tersebut. Bahkan negara-negara industry maju tersebut sering memperlakukan negara-negara yang sedang membangun selaku :
a.       Sumber materi mentah atau bahan baku dengan harga murah.
b.      Sumber tenaga kerja dengan upah yang rendah.
c.       Sebagai tempat “pembuangan” (dumping) produk tertentu yang di dalam negeri sendiri telah dianggap “kadaluwarsa”. Hubungan selatan-selatan pun tidak senantiasa lancar, antara lain sebab pandangan ihwal kepentingan nasional yang sudah disinggung di atas.
2.      Masalah Pengangguran
Dapat dinyatakan secara aksiomatik bahwa insan ingin agar harkat dan martabatnya dapat dipertahankan dan sekaligus diakui dan dihormati oleh orang atau pihak lain. Mempertahankan harkat dan martabat tersebut menggairahkan berdikari. Berarti tidak tergantung kepada orang atau pihak lain dalam mengarungi lautan hidup.
Masalah pengangguran sangat merupakan duduk perkara yang sangat rumit. Ini karena, antara lain jenisnya yang beragam dan implikasinya yang bersifat multifaset yang bermakna pemecahannya pun menuntut pendekatan yang multifungsional dan lintas sektoral.
Perihal Pengangguran Terbuka. Masalah pengangguran menjadi semakin rumit apabila dikaitkan dengan aneka macam bentuk pengangguran mirip pengangguran terbuka, pengangguran terselubung dan pengangguran musiman. Seperti dimaklumi , yang dimaksud dengan pengangguran terbuka adalah tidak bekerjanya tenaga kerja yang sebaiknya mempunyai pekerjaan.
Perihal Pengangguran Terselubung, kerumitan duduk perkara pengangguran ditambah lagi oleh apa yang disebut selaku pengangguran terselubung. Seperti dimaklumi, tenaga kerja yang berada dalam klasifikasi ini yaitu mereka yang mempunyai pekerjaan, namun alasannya tingkat produktivitasnya yang rendah, imbalan yang diterima pun menjadi tidak memadai untuk menyanggupi semua jenis kebutuhannya secara wajar.
Perihal Pengangguran Musiman . pengangguran musiman paling jelas terlihat dalam penduduk agraris yang aktivitas perekonomiannya berkisar pada bidang pertanian. Masyarakat pertanian hanya sibuk pada waktu-waktu tertentu saja mirip pada animo tanam dan musim panen. Jika terus bertahan dan tinggal di desa, antara kedua ekspresi dominan tersebut para petani tidak mempunyai kegiatan yang memperbesar sumber penghasilan keluarga. Itulah sebabnya mengapa tampakbanyak orang desa yang datang ke kota “mengadu nasib” mirip pekerja sementara di proyek-proyek fisik seperti pembuatan jalan, panggilan gorong-gorong, kuli bangunan, dan lain sebagainya.
Jika duduk perkara pengangguran tidak tertangani dengan efektif, berbagai implikasi yang mampu diperhatikan antara lain yakni :
a.       Makin melebarnya kesenjangan ekonomi antara para warga masyarakat yang bisa dan yang tidak mampu- yang mampu “meningkat” menjadi kecemburuan social dan kegelisahan social.
b.      Gangguan keamanan dan ketertiban biasa .
c.       Menjamurnya perumahan kumal serta urbanisasi yang tidak terkendali.
Itulah sebabnya pengangguran tergolong selaku sebuah tantangan yang harus dihadapi bersama. Bersama artinya melibatkan abdnegara pemerintah, kalangan bisnis, dunia pendidikan, dan tokoh-tokoh masyarakat termasuk tokoh-tokoh spiritual. Itulah alasan lain mengapa pembangunan ekonomi ditempatkan pada peringkat teratas dalam skala prioritas pembangunan sebuah masyarakat bangsa yang mesti terselenggara dengan tingkat efisiensi dan efektivitas yang setinggi mungkin.
3.      Tanggung Jawab Sosial Sebagai Tantangan
Dapat dinyatakan secara aksiomatik bahwa tidak ada satu organisasi pun yang bisa tumbuh dan berkembang tanpa pinjaman dan iman dari lingkungannya. Oleh alasannya adalah itu demi kepentingan organisasi sendiri, harus terdapat kesediaan untuk memikul tanggung jawab sosial tertentu yang dituntut daripadanya. Dua hal yang mencolokdalam kaitan ini yaitu jangan sampai organisasi dan para anggotanya bersikap administrator dan jangan hingga organisasi menampilkan keangkuhan institusional (institusional arrogance) dalam menghadapi lingkungannya. Dengan perkataan lain setiap organisasi dituntut pertanda kepedulian social yang tinggi.
Pengamatan dan pengalaman banyak organisasi menandakan bahwa terdapat paling sedikit lima wujud kepedulian sosial, ialah selaku berikut.
a.       Penggunaan tenaga kerja lokal dalam penyelenggaraan berbagaikegiatan organisasi sepanjang tenaga kerja lokal tersebut memenuhi aneka macam pernyataan administrative dan perundang-permintaan, tergolong dalam arti jumlah dan mutunya.
b.      Pemanfaatan masyarakat sekitar organisasi sebagai penyuplai bahan yang diharapkan, baik dalam arti materi mentah maupun bahan setengan jadi tanpa mengabaikan keharusan terjaminnya mutu tinggi dari materi tersebut.
c.       Keterlibatan dalam kegiatan social yang berlangsung di masyarakat sekitar seperti perayaan hari-hari besar nasional dan keagamaan, upacara khitanan, upacara akad nikah, olahraga, dan berbagai aktivitas social yang lain.
d.      Penyediaan fasilitas dan prasarana umum dan social, tergolong pembuatan jalan dan pemeliharaannya, fasilitas olahraga, daerah-tempat ibadah, pelayanan kesehatan seperti klinik dan apotik, dan bahkan mungkin rumah sakit, yang kesemuanya mampu diakses oleh warga masyarakat sekitar dan tidak cuma diperuntukan bagi para karyawan organisasi dan para anggota keluarganya.
e.       Berperan aktif dalam membangun masyarakat sekitar sehingga menjadi penduduk yang mampu berdiri diatas kaki sendiri dengan kemampuan yang semakin tinggi. Salah satu caranya ialahdengan menunjukkan derma dalam membangun sarana pendidikan dan santunan keuangan berbentukbeasiswa bagi bawah umur yang hidup di sekitar organisasi yang memiliki peluanguntuk membuatkan kreativitasnya, tetapi dengan kesanggupan financial orang bau tanah yang (sungguh) terbatas.
4.      Pelestarian Lingkungan Hidup
Kata-kata mutiara yang mampu ke permukaan mengenai kepentingan pelestarian lingkungan hidup yakni bahwa “tanah air milik sebuah masyarakat bangsa bukannya merupakan warisan dari nenek moyang melainkan dipinjam dari generasi-generasi yang masih akan lahir kemudian”. Maknanya yang hakiki adalah bahwa generasi yang hidup kini ini berkewajiban mutlak untuk memelihara dan mempergunakan kekayaan alam sedemikian rupa sehingga lingkungan hidup yang aman, nyaman, sehat, terpelihara, dan tidak rusak diwariskan kepada generasi-generasi yang mau tiba. Tidak ada yang salah kalau generasi yang hidup kini memanfaatkan kekayaan alam dan lingkungan hidup demi peningkatan kesejahteraan masyarakat, alasannya pembangunan memang menuntut pemanfaatan tersebut. Para pakar menyebutnya selaku pembangunan berkesinambungan terhadap tiga hal utama.
Pertama : sudah umum diketahui bahwa percepatan laju pembangunan, utamanya dibidang ekonomi, lazimnya berakibat pada terjadinya pergantian kegiatan dan struktur perekonomian dari perekonomian yang mengandalkan pertanian menjadi perekonomian yang didasarkan pada acara industry.
Kedua: pemanfaatan sumber daya alam memang mesti dikerjakan, akan namun hasil dilakukan dengan cara-cara yang bertanggung jawab. Ini alasannya daya dukung alam bukannya tanpa batas dan ada diantaranya yang tidak dapatdiperbaharui. Pemanfaatan sumber daya alam secara tidak bertanggung jawab mirip hasil hutan mampu berakibat pada paling sedikit empat hal, adalah :
a.       Berkurangnya sumber zat asam (oksigen) yang mutlak diharapkan oleh semua makhluk hidup.
b.      b.Terjadinya erosi lapisan tanah yang subur dan terbawa kesungai dan laut.
c.       Bahaya banjir pada isu terkini hujan.
d.      Ancaman kepunahan tanaman dan fauna alasannya adalah lingkungan habitat alamiah mereka telah rusak.
Ketiga: Keberhasilan pembangunan ekonomi berakibat pada meningkatnya kesejahteraan penduduk yang antara lain berarti meningkatnya daya beli masyarakat tersebut untuk memuasakan berbagai kebutuhan primernya. Bahkan juga  untuk membuat puas aneka macam kebutuhan sekunder dan tertiernya, termasuk kebutuhan sosial, kesehatan, pendidikan, rekreasi, dan olahraga serta keperluan yang berkaitan dengan status social seseorang yang sering berwujud symbol-simbol status tersebut. Dengan perkataan lain, timbul konsumerisme dikalangan penduduk yang juga menghasilkan limbah yang digolongkan sebagai limbah rumah tangga.
Ketiga hal tersebut turut berperan dalam menyebabkan bahaya terhadap lingkungan hidup baik di darat, dilaut maupun di udara. Pencemaran udara terjadi alasannya kian banyaknya karbon dioksida dan karbon monoksida yang dihasilkan antara lain oleh berbagai jenis industry dan fasilitas angkutan yang jumlahnya bertambah secara eksponensial serta dibuang ke udara.
5.      Peningkatan Mutu Hidup
Peningkatan mutu hidup ialah tantangan sentral yang berkisar pada pengakuan atas harkat dan martabat insan selaku insan politik, manusia ekonomi, makhluk sosial, dan selaku individu yang memiliki jati diri yang khas.
Mutu Hidup di Bidang Politik. Para pakar sudah usang menekankan bahwa sebagai insan politik, salah satu kebutuhan manusia yang bersifat fundamental adalah pemberdayaannya untuk menentukan jalan hidupnya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara antara lain lewat:
a.       Kebebasan berserikat.
b.      Kebebasan menyatakan usulan.
c.       Kebebasan menentukan wakilnya di lembaga legislative.
d.      Kebebasan menggunakan “jalur” politik yang dipandangnya paling sempurna untuk menyalurkan aspirasi politiknya.
e.       Akses yang gampang terhadap aparatur pemerintah untuk menemukan pelayanan yang dibutuhkannya.
f.       Kesempatan yang luas untuk melakukan pengawasan social.
Kesemuanya itu tersimpul dalam kehidupan politik yang demokratis. Itulah sebabnya salah satu aspek kehidupan yang menjadi “target” pembangunan adalah dibidang politik.
Mutu Hidup di Bidang Ekonomi. Peningkatan mutu hidup di bidang ekonomi pada dasarnya berkisar pada peningkatan taraf hidup. Dengan demikian, perhatian utama kebanyakan ditunjukan pada peningkatan kemampuan seluruh warga masyarakat untuk membuat puas berbagai kebutuhannya yang bersifat primer dan lazimnya terwujud dalam keperluan yang bersifat materiil.
Tujuannya adalah semoga aneka macam kebutuhan pokok tersebut  dapat terpenuhi baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Kebutuhan pangan, misalnya, tercukupi bukan sekedar dalam arti kesanggupan mengkonsumsikan makanan yang menyanggupi ketentuan sekurang-kurangnyaakan protein dan kalori, akan namun juga kualitas gizi yang tinggi sehingga kebutuhan mineral, vitamin, dan zat-zat lainnya yang diperlukan untuk kesehatan, tergolong air bersih dan udara segar mampu tercukupi pula.
Hal yang serupa juga berlaku untuk keperluan sandang. Kebutuhan perumahan yang menyanggupi standar kesehatan, kebersihan, keasrian, keamanan, dan ketenangan juga sangat dibutuhkan. Dari sudut pandang inilah adanya pekerjaan dan penghasilan tetap mesti dilihat. Bahkan mampu dibilang bahwa pemenuhan kebutuhan individu seperti disinggung dimuka harus pula dikaitkan dengan factor-faktor ekonomi lainnya mirip tersedianya kesempatan berusaha, potensi menemukan pekerjaan, pengangguran kesenjangan antara warga penduduk yang bisa dan yang tidak atau kurang bisa.
Sesungguhnya merupakan realita yang tidak mampu disanggah bahwa mengentaskan rakyat dari kemiskinan ialah sebuah tantangan sentral yang mengakibatkan negara-negara yang sedang membangun menempatkan pembangunan ekonomi pada peringkat teratas dalam skla pembangunan nasional masing-masing. Prioritas demikian menjadikan banyak pemerintahan negara yang secara sungguh gencar memburu kemajuan ekonomi yang tinggi, dibarengi oleh pembagian hasil-akibatnya untuk dinikmati oleh warga penduduk .
Mutu Hidup di Bidang Sosial.  Salah satu predikat yang diberikan kepada manusia adalah bahwa insan ialah makhluk social. Implikasinya yang sangat mencolokberkisar pada kesanggupan menjaga keseimbangan antara banyak sekali hak dan kewajibannya. Sebagai insane social, manusia mustahil hidup sendirian. Sejak lahir dan sepanjang hidupnya, setiap orang menjadi warga dari berbagai kelompok, seperti keluarga, rukun tetangga, suku dan bangsa.
Keberadaan seseorang dalam aneka macam golongan tersebut akan lebih mempunyai arti, bagi diri sendiri dan para warga yang lain, juka yang bersangkutann tidak cuma mampu menuntut haknya, akan namun juga pertanda kesediaan untuk menyanggupi kewajibannya. Hanya dengan demikianlah rasa persaudaraan, semangat kekeluargaan, jiwa kebersamaan, kesediaan mendahulukan kepentingan yang lebih besar,yaitu kepentingan masyarakat dibandingkan dengan kepentingan diri sendiri mampu ditumbuh suburkan.
Cara berpikir demikian dapat dikembangakn melalui pendidikan, tidak hanya dalam arti pendidikan formal akan tetapi dalam bentuk pendidikan, tidak cuma dalam arti pendidikan formal akan namun dalam bentuk pendidikan seumur hidup. Pendekatan demikianlah yang menjadi titik tolak pemikiran untuk menimbulkan pembangunan di bidang social budaya sebagai salah satu faktor pembangunan nasional.
Mutu Hidup pada Tingkat Individual. Meskipun insan merupakan insane politik, insane ekonomi, dan makhluk sosial, namun setiap manusia merupakan insan individu dengan jati dirinya yang khas ditinjau dari sudut pandang karakteristik biografikalnya, filsafat hidupnya, kepribadiannya, kemampuannya, system nilai hidup yang dianutnya, persepsinya, dan motivasinya. Berarti bahwa walaupun suatu masyarakat bangsa menolak paham individualism dan menganut paham kolektivisme, misalnya, individualitas para anggotanya tetap mesti diakui.
Peranan seseorang sebagaiinsane politik, insane ekonomi, dan makhluk social tidak menghilangkan jati dirinya yang khas tersebut. Dengan perkataan lain, kualitas hidup pada tingkat mikro, adalah pada tingkat perorangan berkaitan akrab dengan kenaikan kesanggupan seseorang untuk mempertahankan jati dirinya tersebut alasannya menyangkut harga diri (self-esteem) dan martabanya. Sesungguhnya membangun manusia seutuhnya ialah interprestasi yang sempurna dari peningkatan kualitas hidup pada tingkat mikro tersebut.
6.      Penerapan Norma – Norma dan Etika
Salah satu hal yang membedakan manusia dari makhluk hidup yang lain yaitu daya piker, logika, dan nalarnya. Daya piker, logika, dan akal tersebut mengakibatkan insan mampu membedakan antara yang benar dan salah, antara yang baik dan jelek, antara yang halal dan yang haram, antara yang patut dan tidak layak dilaksanakan, antara yang masuk akal dan tidak wajar. Dengan perkataan lain, insan dalam agresi dan interaksinya dengan manusia lain, terikat kepada norma-norma sopan santun dan etika. Keterikatan tersebut berlaku dalam semua langkah-langkah yang dilakukannya. Perwujudannya pun sangat bervariasi dan sekedar sebagai pola, tujuh diantaranya disinggung berikut ini.
a.       Dalam upaya meraih tujuan, norma-norma moral dan adab niscaya tidak membenarkan penggunaan segala cara untuk mencapai tujuan. Berarti baik tujuan maupun cara pencapaiannya mesti sama-sama dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan adat.
b.      Loyalitas. Yang dimaksud disini yaitu kesetiaan kepada aneka macam pihak dimana seseorang menjadi anggota, contohnya terhadap negara, bangsa, pemerintah, organisasi dimana seseorang berkarya, terhadap atasan, rekan-rekan setingkat, dan terhadap para bawahan.
c.       Kejujuran kepada diri sendiri, organisasi, mitra kerja, dan masyarakat luas. Misalnya, seorang produsen barang tertentu mesti jujur dalam mengiklankan produknya dalam arti mutunya, harganya, manfaatnya, jaminannya, layanan purnajualnya, dan justru tidak menggunakan teknik-teknik penawaran khusus secara tidak proporsional hanya demi menarik perhatian pelanggan lama atau pelanggan baru atas produk yang dihasilkannya itu.
d.      Etos kerja. Setiap orang yang berkarya pada suatu organisasi senantiasa terikat pada etos kerja yang ditetapkan dan disepakati bersama. Kaitannya antara lain adalah dengan produktivitas kerja, cara kerja yang efisien dan efektif, kinerja yang maksimal, mutu hasil pekerjaan yang setinggi mungkin, disiplin kerja antara lain dalam arti ketaatan pada jam kerja yang berlaku dan praktek-praktek kekaryaan lainnya.
e.       Iklim keterbukaan, tergolong penciptaan situasi saling mendukung dan saling mempercayai. Aspek-faktor keterbukaan yang sering menerima sorotan cukup umur ini antara lain menyangkut proses perumusan budi pengambilan keputusan, pertanggungjawaban, tanggung gugat (accountability), dan pengenaan hukuman disiplin kepada para anggota organisasi yang dianggap melakukan suatu langkah-langkah yang melanggar disiplin organisasi yang bagaimanapun beratnya, tetap mesti bersifat manusiawi.
f.       Pemberdayaan sumber daya manusia dalam organisasi. Sebagairesource yang paling strategis, sumber daya manusia dalam organisasi akan lebih termotivasi untuk memperlihatkan kinerja yang memuaskan kalau menejemen mempekerjakan mereka dalam kehidupan kerjanya. Salah satu bentuknya adalah dengan memperlihatkan peluang kepada mereka untuk mengambil keputusan tentang banyak sekali hal yang menyangkut pekerjaannya, termasuk otonomi dalam pelaksanaan tugas, menentukan tingkat produktivitas yang diduga mampu diraih, kualitas hasil pekerjaan, perencanaan dan pengembangan karier, dan cara0cara terbaik dalam memecahkan berbagai problem yang dihadapinya.
g.      Ketaatan pada peraturan perundang-permintaan.salah satu mekanisme yang mesti ditaati oleh siapa saja dalam semua organisasi yaitu ketaatannya kepada berbagai ketentuan yang sifatnya normative, baik berupa peraturan perundang-usul maupun ketentuan lainnya, terlepas dari preferensi eksklusif orang atau organisasi yang bersangkutan. Ketaatan demikian mutlak perlu demi terpeliharanya kehidupan social yang harmonis dan menjadi tanggung jawab pemerintahh untuk mengaturnya.
h.      Dari pembahasan diatas tampakbahwa norma-norma adab dan budbahasa berperan selaku “perekat” demi stabilitas dan solidaritas social yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan bersama.
7.      Keanekaragaman Tenaga Kerja
Keanekaragaman tenaga kerja sebagai salah satu tantangan sentral dimasa depan muncul alasannya aneka macam factor, seperti emansipasi wanita terusan kepada pendidikan formal yang kian terbuka, kian kuatnya permintaan supaya para pengguna tenaga kerja tidak bertindak diskriminatif kepada para pekerja —berdasarkan suku, ras, warna kulit, jenis kelamin, nasionalitas tempat, usia, dan agama dan bahkan juga pergeseran dan nilai-nilai budaya yang idanut oleh warga penduduk . Mengingat aneka macam factor penyebab tersebut, keanekaragaman tenaga kerja di era depan akan menampakkan diri pada paling sedikit tujuh bentuk yang hendak dibahas secara singkat berikut ini.
a.       Makin banyaknya perempuan karier. Merupakan realita yang menggembirakan bahwa semakin banyak penduduk berkesempatan  untuk menempuh pendidikan termasuk pada strata yang paling tinggi kian terbuka terhadap seluruh warga penduduk .
b.      Para istri sebagai pencari nafkah utama. Kalau tingkat pengangguran tinggi, tidak mustahil para istri berperan selaku pencari nafkah utama alasannya suami tidak mempunyai pekerjaan tetap. Meskipun banyak diantara mereka yang melakukan pekerjaan disektor informal, akan tetapi sector formal pun mereka masuki juga.
c.       Para istri melakukan pekerjaan untuk memperbesar penghasilan suami. Situasi lain yang berakibat pada kian banyaknya kaum wanita memasuki pasaran kerja ialah jikalau penghasilan suami dicicipi tidak memadai untuk membiayai seluruh kebutuhan keluarga secara wajar.
d.      Makin banyaknya ibu-ibu muda memasuki lapangan kerja. Meskipun bukan ialah hal yang layak untuk dibanggakan, kenyataan mengambarkan bahwa dikalangan penduduk  utamanya dikalangan sementara kaum perempuan akil balig cukup akal terjadi pergantian nilai perihal kesakralan forum rumah tangga antara lain keleluasaan seks.
e.       Anak-anak sebagai tenaga kerja. Meskipun disemua negara terdapat peraturan perundang-usul yang melarang banyak sekali organisasi utamanya organisasi bisnis untuk memperkerjakan belum dewasa, praktek menandakan bahwa tak sedikit bawah umur yang telah memasuki lapangan pekerjaan.
f.       Warga penduduk yang menderita kelainan seksual. Disenangi atau tidak, di penduduk terdapat warga tertentu yang menderita kelainan seksual. Di masyarakat tertentu, kelainan tersebut telah tampak secara terbuka sedangkan dilingkungan masyarakat lain kelainan itu masih  disembunyikan.
g.      Para pendatang selaku tenaga kerja. Salah satu fenomena dunia terbaru cukup umur ini dan dimasa yang mau datang adalah mobilitas spatial insan yang semakin tinggi. Secara internal dalam sebuah negara, terdapat migrasi penduduk, utamanya dalam bentuk urbanisasi. Pada tingkat global, kenyataan menunjukan meningkatnya imigrasi penduduk, khususnya dari negara-negara sedang berkembang ke negara-negara industry maju, perpindahan demikian sudah barang tentu menambah kerepotan keanekaragaman ketenagakerjaan dengan banyak sekali implikasinya.
8.      Konfigurasi Demografi
Sebagai tantangan, yang dimaksud dengan konfigurasi demografi ialah bahwa penduduk terbagi atas tiga klasifikasi, yakni :
a.       Penduduk yang belum waktunya memasuki lapangan pekerjaan.
b.      Penduduk yang termasuk pada angkatan kerja.
c.       Penduduk yang termasuk pada kaegori purnakarya.
Seperti dimaklumi, masyarakatyang belum waktunya memasuki lapangan pekerjaan yakni bawah umur mirip yang sudah disinggung diatas, bantu-membantu dihentikan dipekerjakan. Tempat mereka adalah disekolah mencar ilmu untuk mempersiapkan diri menghadapi abad depan yang sarat dengan tantangan dan harapan. Berkat kenaikan taraf hidup, antara lain dalam bidang kesehatan, jumlah golongan ini akan kian besar. Kenyataan mengambarkan bahwa jumlah bayi dan bawah umur balita yang hidup kian besar. Padahal mereka tergolong pada masyarakatyang belum produktif dilihat dari sudut pandang kekayaan.
Penduduk yang tergolong pada kategori ketiga ialah mereka yang tidak produktif lagi. Karena usia yang telah lanjut mereka seudah “turun dari panggung kekayaan”. Jumlah mereka ini pun akan kian beasr antara lain karena harapan hidup makin panjang, perbaikan gizi yang terus meningkat, dan jalan masuk terhadap pelayanan kesehatan dengan tersedianya obat-obatan yang efektif. Meskipun demikian, di banyak negara batas usia pension diperpanjang waktunya tetap niscaya datang pada saat mana golongan usia lanjut ini tidak akan bekerja lagi.
9.      Penguasaan dan Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Dewasa ini sering terdengar ungkapan bahwa ilmu wawasan dan teknologi, sebagai salah satu produknya, belum pernah berkembang  sepesat mirip sekarang ini. Ada yang mengatakan bahwa salah satu factor penyebabnya ialah bahwa 90% dari semua insan yang termasuk klasifikasi pakar yang pernah hidup di dunia ini masih hidup kini. Jika data tersebut benar —dan tidak ada alasan untuk meragukannya—tidaklah mengherankan bila ilmu wawasan berkembang dengan sungguh pesat. Tiga mengherankan apabila ilmu wawasan berkembang dengan sungguh pesat. Tiga implikasi yang mencolokdari perkembangan tersebut yakni selaku berikut :
a.       Dengan dinamika yang semakin lama semakin tinggi, umat insan membutuhkan instrument ilmiah baru yang dapat digunakan untuk memecahkan banyak sekali persoalan yang dihadapi dan pertumbuhan ini ialah hal yang sangat konkret karena dengan demikian nilai ilmiah suatu disiplin ilmu menampakan diri pada aplikasinya.
b.      Ilmu pengetahuan yang berkembang dengan sangat pesat melahirkan disiplin ilmiah gres yang bersifat spesialistik dan dengan demikian lebih ampuh selaku “pisau analisis” untuk memecahlkan berbagai problem yang dihadapi dalam semua sisi kehidupan dan penghidupan umat manusia.
c.       Sebagai tantangan, perkembangan demikian menuntut upaya sadar dan sistematis dari yang berkepentingan untuk sesalu memutakhirkan ilmu dan pengetahuannya sehingga mampu menerapkan kemajuan terakhir. Pemutakhiran bersifat mutlak antara lain karena penguasaan sebuah disiplin ilmu sangat cepat menjadi kadaluwarsa.
10.  Bidang Politik Sebagai Tantangan
Dalam dekade delapan puluhan dan pada permulaan decade Sembilan puluhan terjadi perkembangan geopolitik di berbagai bab dunia dengan dampak yang sangat mendasar. Ternyata pertumbuhan tersebut bermula dari kepercayaan banyak sekali penduduk bangsa bahwa pendekatan ideologis tidak sukses mengembangkan kemakmuran masyarakat betapapun kuatnya efek pendekatan tersebut dibidang politik, militer, penguasaan teknologi, dan ekspansi hegomoni suatu negara bangsa.
Runtuhnya tembok Berlin, jatuhnya pemerintahan berhaluan komunis di Eropa Timur, modernisasi yang terjadi di Republik Rakyat Cina yang di canangkan oleh Deng Tsiao Ping, bubarnya Uni Soviet sebagai negara, berakhirnya Perang Dingin, makin terbukanya negara-negara “demokrasi rakyat” mirip Albania dan Kuba, tidak berlanjutnya perlombaan senjata dengan kemampuan pemusnahnya yang sangat dahsyat, kesediaan negara anggota “Klub Nuklir” untuk merusak berbagai senjata nuklir yang dimilikinya, dan penandatanganan kesepakatanyang populer sebagai “Non Proliferation Treaty” oleh hamper semua negara naggota Perserikatan Bangsa-Bangsa ialah acuan-acuan perkembangan tersebut.
Akan namun pertumbuhan yang mengasyikkan tersebut belum memungkinkan umat insan untuk mengatakan bahwa dunia dunia telah sungguh-sungguh aman dan bebas dari bahaya perang. Masih ada beberapa negara yang tidak bersedia untuk meratifikasi persetujuantersebut, melanggar jiwa dan semangat kontrakitu.
Disamping itu masih tampaklima kemajuan geopolitik yang menyebabkan dunia belum sepenuhnya bebas ari bahaya perang dunia, perang regional, dan perang local. Pertama : Diberbagai dunia masih terdapat  despot yang memerintah bangsanya dengan tangan besi dan secara dictatorial dan proses demokratisasi di bidang politik  tidak terjadi sama sekali. Kedua:  berbagai negara masih terus memperkuat dan memperluas hegemoninya dibidang politik, ekonomi dan militer. Ketiga: Di banyak negara terdapat gerakan-gerakan sparatis contohnya menurut suku dan atau agama yang bila dibiarkan akan mengancam eksistensi  negara bangsa yang bersangkutan. 
Keempat: Di banyak negara bangsa timbul gerakan-gerakan ekstrem fundamentalis, berdasarkan agama misalnya yang juga merupakan bahaya kepada kedaulatan dan kemerdekaan negara bangsa yang bersangkutan Kelima: Masih adanya pandangan wacana “supremasi” bangsa tertentu yang antara lain berakibat pada pelecehan martabat bangsa lain dan menolak kehadiran bangsa-bangsa lain itu di negara yang bersangkutan.
Dalam situasi demikian, tidak mengherankan kalau semua negara bangsa terus membangun kekuatan angkatan bersenjatanya dan memantapkan ketahanan politiknya. Dengan perkataan lain, mengadakan pembangunan di bidang politik sebagai bab integral pembangunan negara bangsa yang bersangkutan.
Pembahasan di wajah menunjukan bahwa untuk mencapai tujuannya, untuk mempertahankan eksistensinya, untuk memajukan kemampuannya memecahkan aneka macam problem yang dihadapi dengan mengandalkan kesanggupan dan kekuatan sendiri, negara bangsa menyelenggarakan pembangunan dalam semua sisi kehidupan dan penghidupan negara bangsa yang bersangkutan.[3]


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Administrasi merujuk pada kegiatan atau perjuangan untuk menolong, melayani, mengarahkan, atau mengontrol semua acara di dalam mencapai sebuah tujuan. Administrasi negara meliputi implementasi kebijaksanaan pemerintah yang sudah ditetapkan oleh tubuh-badan perwakilan politik
2.      Administrasi Pembangunan bagian proses penggiringan sebuah organisasi untuk mencapai prestasi puncak suatu tujuan pembangunan, ini ialah pelaksanaan dan wadah manajemen dalam mengintegrasikan akomodasi pencapaian objek bangunan . Administrasi Pembangunan meliputi seluruh perjuangan yang dilaksanakan oleh suatu penduduk untuk memperbaiki tata kehidupannya selaku suatu bangsa dalam berbagai faktor kehidupan bangsa tersebut dalam rangka perjuangan pencapaian tujuan yang telah diputuskan.
3.      Tantangan Utama dalam Administrasi Negara dan Pembangunan: Bagi bangsa Indonesia, tantangan kurun depan  diperlukan tidak menetralisir ciri khas sosial budaya atau jati diri bangsa. Jati diri bangsa secara nasional tidak hanya menyangkut identitas selaku bangsa, tetapi menyangkut soal motivasi untuk bantu-membantu berkorban dan melaksanakan ajaran yang sungguh-sungguh guna meneruskan pembangunan.
B.     Saran
Demikian makalah ini yang kami tulis, biar isi dari makalah ini mampu berfaedah bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sungguh jauh dari kesempurnaan. Karenanya, usulan dan kritikan yang sifatnya membangun, sungguh penulis kehendaki dari semua pihak. Serta perlunya keterlibatan generasi muda atau penerus bangsa untuk menjadi solusi dalam mengatasi tantangan yang akan menjadi hambatan dalam pembangunan NKRI.


DAFTAR PUSTAKA
Afiffudin. 2010. Pengantar Administrasi Pembangunan (Konsep, Teori dan Implikasinya di Era Reformasi). Bandung: Alfabeta.
Siagian, Sondang P. 2009. Administrasi Pembangunan Konsep, Dimensi, dan Strateginya. Jakarta : Bumi Aksara.
Syafiie, Inu Kencana. 2007.  Ilmu Pemerintahan Edisi Revisi. Bandung : Mandar Maju.

  Tire Pressure Gauge - Alat Ukur Tekanan Angin Pada Ban Kendaraan

[1] Afiffudin. Pengantar Administrasi Pembangunan Konsep, Teori dan Implikasinya di Era Reformasi. (Bandung:Alfabeta, 2010 ) Hlm.7-9.

[2] Inu Kencana Syafiie. Ilmu Pemerintahan Edisi Revisi (Bandung: Mandar Maju, 2007) Hlm. 253.

[3] Sondang P.Siagian. Administrasi Pembangunan Konsep, Dimensi, dan Strateginya. (Jakarta:Bumi Aksara, 2009) Hlm. 18-40