Dapat dikategorikan menjadi 1) Majas perbandingan, 2) majas kontradiksi, dan 3) majas pertautan.
Majas dikategorikan selaku majas perbandingan. Diantara manja yang dimasukkan ke dalam majas perbandingan yaitu perumpamaan, hiperbola, perkumpulan, metafora, dan sinekdoke.
Selain itu ada pula majas personifikasi dan majas alegori.
Sebagian orang memasukkan majas simile selaku majas pertautan. Ada juga yang menyatakan bahwa simile ialah persamaan.
Daftar Isi
Pengertian Majas Simile
Berikut ini beberapa definisi majas simile dari para hebat.
Nurgiyantoro (2009: 298) menyebutkan simile dengan majas yang menyatakan pada adanya perbandingan tidak langsung dan emplisit, dengan mempergunakan kata-kata tugas terentu sebagai penunjukkeeksplisitannya adalah mirip, bagai, bagaikan, selaku , laksana, mirip dan sebagainya
Sedangkan menurut Keraf,
simile yakni perbandingan yang bersifat eksplisit.
Dan satu lagi,
Majas perbandingan (simile) yaitu bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain dengan memanfaatkan kata-kata pembanding seperti: bagai, sebagai, bak, mirip, semisal, seumpama, laksana, dan kata-kata pembanding yang lain (Pradopo 2010:62).
Dari definisi diatas dipahami bahwa ciri utama dari simile ialah adanya kata pembanding.
Kata Pembanding
Dalam majas simile ciri utamanya adalah adanya kata pembanding.
Tentunya kita tahu apa saja kata pembanding itu, di antaranya:
- Bagaikan
- Laksana
- Seperti
- Semisal
- Serupa
Dengan adanya kata pembanding tersebut bisa dikatakan selaku simile.
Contoh Kalimat Majas Simile
Pembanding “Bagaikan”
Berikut ini adalah beberapa kalimat yang mengandung majas simile.
- Malam itu begitu gelap. Langit bagaikan menelan segala cahaya yang ada di sana.
- Arumi berlangsung dengan sangat elok bagaikan permaisuri dari sebuah kerajaan.
- Langit senja berwarna keemasan bagai disepuh oleh tangan-tangan gaib.
- Kian usang kian kesulitan. Perusahaan yang bagaikan telur di atas tanduk.
- Kehadirannya membuat seisi rumah selalu ceria. Ia bagaikan malaikat yang membawa sepeti kebahagiaan.
- Rumah tangganya sedang diguncang prahara bagaikan perahu yang terombang-ambing di lautan.
- Mental anak kecil itu sungguh berpengaruh Bagaikan watu karang di tepi lautan.
- Hatinya kering kerontang bagaikan kemarau yang sungguh panjang.
- Jumlah mereka sungguh banyak tetapi bagaikan buih di lautan.
- Seorang mukmin bagaikan singa di siang hari dan lahir di malam hari.
- Tiba-tiba saya terpesona ketika menatap wajahnya. Gadis itu betul-betul anggun bagaikan bidadari yang tak pernah dilihat sebelumnya.
- Kini beliau tidak mampu berbuat apa-apa. Orang kaya itu bagaikan harimau yang kehilangan taringnya.
- Lereng bukit jatuh begitu saja dengan sungguh indah bagaikan selendang para putri raja.
- Sebetulnya Andi menyimpan tekad yang sungguh berpengaruh. Hanya saja tidak terlihat . Tekadnya bagaikan api di dalam sekam.
- Pekerjaan itu sangat sukar bagaikan menegakkan benang yang basah.
- Gadis itu betul-betul manis bagaikan bunga mawar yang gres saja mekar.
- Perbandingan dunia dan alam baka bagaikan setetes air dengan lautan.
- Kepalanya terasa sangat sakit bagaikan ditusuk-tusuk oleh ribuan jarum.
- Ketekunan yang bagaikan ombak yang terlalu berdebur; tidak pernah berhenti sepanjang hari.
- Berharap mendapatkannya bagaikan pungguk merindukan bulan. Sungguh sangat tidak mungkin.
Pembanding “Laksana”
- Berita mengagetkan itu laksana hujan yang turun di siang yang terik.
- Kecantikan Andini laksana kumpulan 100 keayuan wanita.
- Seorang anak kecil laksana kertas putih yang belum ditulisi oleh apapun.
- Seorang guru laksana pelita di malam gelap.
- Badannya sangat gagah laksana gunung yang tinggi.
- Dayang-dayang itu laksana bintang yang mengiringi rembulan.
- Hidupnya sangat sengsara laksana sebatang pohon yang kering di padang pasir.
- Negeri Indonesia sangatlah indah laksana untaian kalung permata.
- Hidup ini laksana ombak atau kerikil karang. Dalam keadaan sulit tabahlah bagaikan karang.
- Hatinya sangat sukar ditebak laksana lautan yang sangat dalam.
- Semenjak ditinggalkan oleh suaminya, beliau hidup laksana perahu tanpa arah.
- Hatinya terasa sejuk mendengar nasehat itu laksana disirami oleh embun.
- Hidup tanpa hidayah laksana kehilangan arah di gurun pasir yang luas.
- Orang yang qanaah laksana seorang raja.
- Ia menuliskan suatu puisi laksana pujangga yang sedang jatuh cinta.
- Kalau dia berkata kata laksana air sungai yang mengalir. Tak ada titik ada koma.
- Keduanya mempesona sangat indah laksana sepasang rusa dari rimba.
- Hari-harinya begitu bahagia laksana manusia yang tak kenal duka.
- Wajahnya pucat pasi laksana bulan kesiangan.
- Tekadnya sungguh berpengaruh laksana baja yang ditempa.
Berikut ini beberapa teladan majas simile dengan memakai kata pembanding lainnya.
Pembanding “Seperti”:
- Wajahnya sungguh cemas seperti baru menyaksikan hantu.
- Pagi ini begitu cerah mirip seorang putri yang bangun dari kepulasan tidurnya.
- Ia sama sekali tidak takut menghadapi lawan-musuhnya seperti memiliki 9 nyawa.
- Hidup ini mirip pelangi, penuh warna yang beraneka rupa.
- Melihat keduanya mirip menyaksikan pangeran dan putri. Sangat serasi.
- Wajahnya sangat kusut mirip orang gres berdiri tidur.
- Dia hanya bergaul dengan orang-orang yang jelek seperti seekor lalat saja.
- Kalau berjumpa senantiasa berkelahi mirip anjing dan kucing.
- Banyaklah mencari ilmu jangan mirip katak dalam tempurung.
- Orang yang tidak mempunyai pendirian mirip air di atas daun talas.
- Sikapnya begitu cuek mirip salju di kutub.
- Hatinya menjadi lembut seperti keju yang dibelah oleh pisau panas.
- Ia senantiasa ingin jalan-jalan seperti orang yang baru mengenal dunia.
- Dunia dan seisinya ini hanyalah mirip selembar sayap nyamuk. Bahkan lebih rendah dari itu.
- Orang yang jahat terhadap orang lain mirip menggali perangkap untuk dirinya sendiri.
- Tubuhnya harum mirip bunga melati di pagi hari.
- Hatinya layu seperti bunga tersiram air panas.
- Rumahnya sangat besar dan mewah seperti istana raja.
- Suaranya sungguh mengemukakan pendengaran seperti bunyi kaleng yang terjatuh.
- Dia sungguh damai di hingar bingar mirip seorang biksu yang sedang bertapa.
Contoh Puisi Dengan Majas Simile
Majas senantiasa dipakai dalam suatu karya sastra. Baik itu cerpen, novel, maupun puisi.
Di bawah ini merupakan beberapa teladan puisi yang mengandung majas simile.
Waktu
Kita hidup di hamparan waktu,
Dan waktu selalu berjalan bagaikan fatwa sungai.
Jika telah berlalu,
Ia tak akan kembali.
Hari-hariku kemarin
Telah tertinggal jauh di sana.
Ingin aku pulang lagi
Tetapi, sangat tak mampu.
.
Kau
Kau bagaikan embun
yang jatuh ke lantai jiwaku.
Aku yang kemarau
Dari kasih sayang
Sungguh, merindukanmu.
.
Bagaikan sang surya
Yang menimpa kan cahaya
Lalu memelukku, penuh kehangatan.
.
Di Tepi Pantai
Di tepi pantai
Duduk sendiri, menyepi.
Sedangkan angin datang
Bagaikan penari yang gemulai.
Mereka menemani:
Ombak yang mendecah
Langit yang cerah
Dan angin yang begitu indah.
Mungkin
Mereka ingin menghiburku
Atau sekedar mendengarkan
Keluh kesahku yang tersimpan di dalam.
Baca juga majas lainnya: majas sinekdoke dan majas metonimia.
.
Hidup
Hidup bagaikan dalam mimpi
Mengumpulkan harta duniawi
Berbangga-besar hati dengan harta,
Ketika bangun, hilang seketika.
Hidup bagaikan batang padi
Yang menghijaukan sawah-sawah
Yang menguning begitu glamor
Lalu di panen, hilanglah telah.
Hidup ini bagaikan pagi
Sejuk segar mengelilingi
Tiba-datang datang sang surya
Menghabiskan dengan segala panasnya.
Contoh Simile Dalam Teks (Cerpen)
Hari hampir saja senja. Kaki Dita terus melangkah meskipun dengan gontai.
Ia sekali memegang kepalanya yang terasa sakit. Ia merasakan kepalanya bagaikan ditusuk-tusuk oleh ratusan jarum.
Pandangannya pun makin kabur. Setiap kali beliau melihat kunang-kunang di matanya.
Semenjak pagi, Dita memang belum sarapan. Ia sama sekali tidak selera untuk makan.
Pikirannya masih terbang jauh. Di telinga yang seakan-akan terngiang ucapan orang bau tanah itu.
“Aku ialah ayahmu!” Kalimat itu terasa terdengar begitu faktual.
Tentu saja Dita terkejut. Ucapan itu bagaikan petir di siang bolong. Apakah benar laki-laki bau tanah itu yakni ayahnya yang selama ini dia cari?
Kenyataan ini sangat mengecewakan. Keluarganya selalu menyampaikan bahwa ayahnya ialah pengusaha sukses di luar kota.
Ah mungkin cuma waktu yang mampu menjawab semua ini.
Dita terus melangkahkan kakinya. Lalu datang-datang beliau pun tak sadar. Dunia terasa gelap.
Ref:
http://eprints.uny.ac.id/9153/3/bab%202-08205244108.pdf
https://lib.unnes.ac.id/18013/1/2150408024.pdf