Macam-Macam Dan Teladan Tari Upacara Budpekerti (Tari Upacara Ritual Dan Upacara Acara Masyarakat)

Tarian yang berfungsi selaku tari upacara yaitu tarian yang bermaksud untuk ritualisme tanpa mengindahkan keindahan dan bahan duniawi. Tari yang dilihat pada upacara keagamaan atau kemasyarakatan dikategorikan selaku tari yang berfungsi selaku tari upacara. Satu hal yang terpenting yakni tercapainya atau tersampaikannya cita-cita mereka kepada Tuhan mereka.
Macam-macam tari upacara adab diantaranya yakni tari upacara ritual dan tari pada kegiatan masyarakat yang bersifat sakral:
a. Tari Upacara Ritual (Upacara Keagamaan)
    Contoh tari upacara ritual yakni:
  • Tari Sang Hyang Jaran
Tarian yang berfungsi sebagai tari upacara adalah Macam-Macam dan Contoh Tari Upacara Adat (Tari Upacara Ritual dan Upacara Kegiatan Masyarakat)
Di provinsi Bali masih terdapat Tari Sang Hyang Jaran yang sampai kini masih dilakukan sebagai tari upacara untuk menghalau roh jahat. Penari meliuk­liukkan tubuhnya dan bergerak mirip menunggang kuda dengan memakai kuda yang yang dibuat dari bambu. Kemudian, penari bergulingan di atas bara api, tetapi tubuhnya tidak terbakar. Gerakan tubuhnya bergerak bebas sebab dalam kondisi tidak sadar. Gerakan ini dijalankan impulsif mengikuti cita-cita hati tanpa didasarkan kaidah seni, namun menunjukkan gerakan ritmis yang tak disadarinya.
  • Jatilan
Tarian yang berfungsi sebagai tari upacara adalah Macam-Macam dan Contoh Tari Upacara Adat (Tari Upacara Ritual dan Upacara Kegiatan Masyarakat)
    Tarian lain yang merupakan salah satu peninggalan zaman prasejarah, adalah Jatilan. Tari ini merupakan tarian dari daerah Borobudur yang sungguh dekat dengan upacara ritual memanggil roh hewan totem selaku bala keselamatan dari roh jahat. Ritual ini dianggap dapat menyucikan jiwa. Kadang­kadang pemainnya melaksanakan adegan yang pada kehidupan positif sangat mustahil dilakukan. Mereka tidak terluka saat menginjak bara api, memakan pecahan kaca, memecahkan kelapa dengan kepala tanpa merasa sakit atau terluka. Hal tersebut dilakukan pada ketika ndadi atau trance (Bali: kerawuhan, kesurupan, masuknya roh halus ke dalam badan) sebagai perwujudan bahwa roh ‘hadir’ dan memberikan kekuatannya terhadap masyarakat. Hal tersebut dapat dilaksanakan sebab mereka menari dengan gerakan impulsif.

    Tari upacara yang berfungsi selaku media sarana upacara ritual keagamaan dilakukan masyarakat lewat serangkaian upacara budpekerti yang bermaksud melindungi masyarakat dari peristiwa, kejahatan, serta selaku perumpamaan permintaan supaya maksud dan keinginannya terkabul. Pada zaman primitif sebelum masuknya agama ke Indonesia, tari menjadi bab tidak terpisahkan dari kehidupan spiritualisme masyarakat Indonesia.
Tari Upacara Ritual dapat dibagi menjadi 2 macam ialah:

1) Tari Upacara Ritual yang Bersifat Sakral
    Tarian jenis ini merupakan tarian suci dan keramat (sakral). Salah satu contoh tari upacara ritual yang bersifat sakral yaitu Tari Ngalage. Seperti pada upacara peringatan panen padi di Jawa barat, Tari Ngalage merupakan tarian sebagai bentuk ucapan terima kasih kepada Dewi Padi Pohaci Sang Hyang Sri. Dalam upacara tersebut, setumpuk padi diarak ke balai desa. Iring­ iringan tadi didahului penari pembawa umbulumbul warna­warni. Iringan yang terdepan adalah umbulumbul utamanya menggunakan warna merah putih sebagai lambang dua sisi sifat yang berlawanan, yaitu baik buruk, sulit bahagia, dan dunia alam baka. Iring­-iringan tersebut terdiri atas para pemikul padi dari bambu yang dibuat sedemikian rupa sehingga akan menimbulkan bunyi yang kian lama kian ramai dan membuat semangat iring­iringan alasannya umumnya jarak ke balai desa lumayan jauh. Di belakang barisan pemikul padi tersebut, ada lagi rombongan yang menjinjing alat­-alat pertanian dan pembawa angklung serta alat tabuh dog­dog lojor. Kemudian, angklung serta dogdog lojor itu dibunyikan pada daerah-­kawasan tertentu di sepanjang perjalanan mereka. Setelah tiba di balai desa, barulah mereka mempertunjukkan kemahiran menari sambil memainkan empat buah dogdog dan sembilan buah angklung.

Tarian yang berfungsi sebagai tari upacara adalah Macam-Macam dan Contoh Tari Upacara Adat (Tari Upacara Ritual dan Upacara Kegiatan Masyarakat)

    Tari Rokatenda dari Flores juga menunjukkan verbal istilah rasa syukur karena hasil panen yang melimpah ruah. Tari ini dibawakan oleh penari muda­mudi daerah Ende, Flores, dan Nusa Tenggara Timur. Tari Mon dari Irian Jaya juga merupakan tari upacara ritual yang bersifat sakral. Tarian tersebut dibawakan oleh penari wanita yang duduk melingkari pohon tempat arwah. Mereka dilingkari oleh para penari pria dengan posisi bangkit. Tarian ini ialah tarian pemujaan kepada arwah nenek moyang.

Contoh Tari Upacara Ritual yang Bersifat Sakral ialah: Tari Ngalage, Tari Rokatenda, dan Tari Mon.

2) Tari Upacara Ritual yang Bersifat Magis
    Tarian ini berafiliasi dengan hal­-hal mistik (magis). Salah satu acuan tarian upacara yang bersifat magis ialah Tari Sang Hyang Jaran dari Bali. Tarian ini selaku perumpamaan permohonan keamanan, yang mengandung komponen magis dengan menginjak­injak bara api, menjinjing simbol kuda dibuat dari jerami, dan penari bergerak kerawuhan/trance. Dipercaya kekuatan magis menjadi faktor penguat relasi komunikasi dengan sang Dewa. Tari Sang Hyang yakni tari upacara keagamaan selaku cara manusia membentengi dirinya dan menolak ancaman dari alam atau aspek lain. Pembawaan penari tidak sadarkan diri memang menjadi dominan dalam tari sejenis. Dalam kondisi trance, penari memiliki kekuatan dan kemahiran di luar kemampuan manusia kebanyakan. Kesempatan inilah yang dipakai untuk meminta sesuatu kepada Sang Hyang sesuai dengan apa yang diperlukan masyarakat Bali.
    Contoh tarian yang lain ialah Tari Warung Kelumbut dari Sumba Timur. Tari ini ialah perwujudan dogma kepada binatang totem oleh masyarakat setempat. Masyarakat Kecamatan Merabu menarikan tarian ritual magis ini dengan menjiplak hewan totemnya. Masyarakat yakin bahwa insan dan hewan dapat hidup berdampingan sehingga ada persatuan yang bersifat mistis yang mampu menjaga satu sama lain, tidak saling menghancurkan dan mengusik. Jika terjadi persatuan mistis, manusia akan kerasukan atau tak sadar diri.
    Tari Sintren ialah tarian bersifat magis yang berasal dari Cirebon, Jawa Barat. Tari ini menampilkan seorang penari yang sekujur tubuhnya diikat tali, kemudian ditutup kurungan ayam yang ditutupi kain. Hanya dalam beberapa saat saat kurungan ayam dibuka, penari tadi dapat melepaskan diri dari ikatan. Kemudian, dia menari dalam keadaan tidak sadarkan diri. Selama tarian berjalan, penari akan terkulai lemas jika penonton melempari duit logam ke arahnya.
    Tarian lain ini bersifat magis, namun bukan merupakan tarian upacara keagamaan. Tarian yang bersifat magis lain, contohnya Tari Kuda Kepang dan Tari Piring. Pada bab tertentu dalam Tari Piring, penari menginjak piring menjadi potongan kecil.

Contoh Tari Upacara Ritual yang Bersifat Magis ialah: Tari Sang Hyang Jaran, Tari Warung Kelumbut, Tari Sintren.

b. Tari Upacara pada Kegiatan Kemasyarakatan yang Bersifat Sakral

Tarian yang berfungsi sebagai tari upacara adalah Macam-Macam dan Contoh Tari Upacara Adat (Tari Upacara Ritual dan Upacara Kegiatan Masyarakat)

Contoh tarian jenis ini, adalah:

  1. Tari ritual perkawinan adat Mentawai, Sumatra Barat.
  2. Tari Ngarot dari Cirebon, ialah tarian yang diselenggarakan untuk mempertemukan pemuda dan pemudi di daerah dan antardaerah sebagai bentuk relasi interaksi sosial yang mengandung unsur sakral.
  3. Upacara sebagai permintaan restu untuk membangun rumah yang diungkapkan dengan Tari Seru Kajo Noo Gawi oleh masyarakat Flores.
  4. Tari Kabokang dari Sumbawa selaku bentuk menyambut kelahiran bayi.
  5. Tari Wolane dari Maluku menyambut kelahiran bayi.
  6. Tari Kanja, ialah Tari Perang. Anehnya, tarian ini dipertunjukkan pada upacara Maulid Nabi Muhammad Saw dan menyambut hero perang.
Ciri-Ciri Tari yang Berfungsi Tarian Upacara

    Dari uraian tersebut, dapat ditemukan ciri­-ciri tari yang berfungsi sebagai tarian upacara, adalah sebagai berikut:
  1. Dilakukan pada aktivitas ritual keagamaan yang bersifat sakral dan magis serta pada aktivitas kemasyarakatan yang bersifat sakral.
  2. Gerakannya sangat sederhana sebab gerak merupakan ungkapan impulsif selaku perumpamaan dalam menjembatani kehendak jiwa para penarinya.
  3. Gerakannya monoton dan banyak pengulangan.
  4. Perwujudan menu tari (waktu, aturan) erat dengan tujuan penyelenggaraannya.
  5. Musik terdengar monoton.
  6. Menggunakan alat musik sederhana dan seadanya.
  7. Penyajiannya tidak menjamah sisi artistik.
  8. Inti dari gerak tari ini yaitu terkabul atau tersampaikannya tujuan.
  Contoh-Acuan Teater Tradisi Dari Melayu Dan Bali (Teater Mendu, Dulmuluk, Mamanda, Calonarang)

Keberadaan jenis tari yang berfungsi sebagai tarian upacara sangat sukar untuk dibarengi keberlangsungannya. Ada perbedaan yang mencolokdibanding antusiasme penduduk kawasan barat Nusantara yang condong kurang peduli, sedikit menilai tradisonal ialah ortodoks, sebagai imbas budaya kontemporer yang metropolis. Namun, di kawasan timur Indonesia, tari tradisional masih lekat dalam kehidupan. Masyarakat menempatkan etika istiadat membaur dengan keperluan dan pola hidup mereka. Lambat laun, dalam era waktu yang lama menjadi sebuah tradisi yang mempunyai nilai seni yang tinggi. 
Mari kita coba untuk menelaah tabel acuan tari upacara berikut. Tabel ini memberikan segala hal yang berhubungan dengan Tari Wor dari Papua.

Tarian yang berfungsi sebagai tari upacara adalah Macam-Macam dan Contoh Tari Upacara Adat (Tari Upacara Ritual dan Upacara Kegiatan Masyarakat)

Sebenarnya banyak tarian yang termasuk ke dalam tari upacara yang kurang begitu menyanggupi kaidah tari. Gerak pada tari upacara sangat bergantung terhadap naluri untuk bergerak tanpa mengindahkan sisi estetika suatu karya seni tari. Kadang-kadang para penari dalam tarian upacara melaksanakan gerakan dibarengi kondisi tidak sadar (trance). Hal tersebut terjadi karena saat para penari mengungkapkan keinginan yang ditujukan untuk Yang Mahakuasa atau Yang Didewakan, atau Yang Tertinggi Penguasa Alam, beliau bergerak dengan segenap rasa dengan satu tujuan semoga permohonannya terkabul.
    Orang yang sedang menari pada upacara keagamaan merupakan perwujudan ungkapan seluruh daya hidupnya terhadap yang dianggap Tuhan, mirip pohon, patung, atau roh halus. Dengan paparan tersebut, kita telah mendapatkan satu kata bantu dalam menemukan dan mengingatkan kembali pengertian tari, ialah lisan. Ekspresi yakni ungkapan jiwa terdalam dalam wujud fisik sebuah ungkapan, bisa berbentuk gerak, coretan, senandung, dan lain-­lain.
    Melalui serangkaian upacara etika pada zaman sebelum masuknya agama ke Indonesia, tari menjadi bab tak terpisahkan dari kehidupan spiritualisme penduduk Indonesia. Lambat laun, kesakralan tari upacara ini telah berkurang di beberapa daerah. Namun, di beberapa kawasan lain, mirip Bali, meskipun telah banyak tari upacara yang berganti fungsi, tari Bali tetap menjadi suatu seni yang mempunyai nilai spiritualisme alasannya tari melekat dalam kehidupan sehari­hari masyarakatnya.
    Tari lahir sebagian besar disebabkan keperluan akan adanya media dalam memberikan cita-cita kepada sesuatu yang dianggap Tuhan oleh manusia. Salah satu cara berkomunikasi tertua dengan alam yang mengandung unsur tari ialah penyelenggaraan upacara keagamaan. Upacara tersebut dijalankan selaku bab yang tak terpisahkan dari adat istiadat mereka. Perwujudan permintaan dan komunikasi yakni dengan membaca mantra diiringi gerakan­gerakan tubuh yang lahir secara impulsif sebagai istilah kegembiraan atau rasa syukur, juga selaku permintaan atas doa. Lambat laun, hal tersebut menjadi sebuah tradisi.