Daftar Isi
Kumpulan Puisi Romantis Pendek
Kumpulan Puisi Singkat Romantis
1. Menyukai itu tidak butuhdengan sebuah hal yang langsung cukup dengan mudah
Puisi Romantis AKU INGIN
Saya ingin menyukaimu dengan mudah dalam kata yang tidak sempat disampaikan kayu ke api yang menimbulkan debu
Saya ingin menyukaimu dengan simpel dengan kode yang tidak sempat dikatakan awan ke hujan yang mengakibatkan tidak ada
(Sapardi Djoko Damono)
Puisi Romantis Pemilik Hatiku
Masa lampau sudah beri pilu menderu hati
Mengamankan rapat hati yang terlukai
Hampa berasa jalani tiap hari
Tanpa seorang pacar yang perduli temani
Tetapi itu semua cuma proses
Ke arah cinta sejati yang telah menanti
Kaki terus mengambil langkah jumpai semua duduk perkara
Mengharap dan berdoa berjumpa dengan si pemilik hati
Masa kemudian awalnya bertemupenuhdengan rasa aib
Kedudukan tangan selaku awalnya dari suatu rasa
Matamu menatap penuh makna demikian dalam
Percakapan yang enteng berasa sarat makna
Tatap wajah bagus mulanya dari semua narasi
Lembar baru beri motivasi jiwa
Sama-sama tukar periode lalu, ke arah era tiba
Kita mengambil langkah bareng memburu mimpi
Hati yang terkunci meronta ingin segere dikeluarkan
Berjumpa denganmu adalah hal paling indah dalam hidupku
Rasa ini berbeda dari awalnya
Tenang hias beberapa hariku bersamamu
Mengucur tenteram demikian saja tanpa desakan
Cinta yang murni sekarang sudah datang di depanku
Saat dua hati telah bersatu
Semua berasa manis tumbangkan pilu
Pernyataan cinta tidak dapat dibendung kembali
Sama memadu kasih dengan jiwa yang bersih
Bersama cinta sejati, mengambil langkah ke arah komitmen yang suci
Kumpulan Puisi Romantis Pendek
3. Saat kangen, bayangan orang yang dicinta supaya tergambar jelas dalam hati dan raga
Kumpulan Puisi Romantis Singkat
5. Sesudah kau perlihatkan segala hal, kamu meninggalkan aku demikian saja
Puisi Romantis TAMAN DUNIA
Kau masukan saya ke taman-dunia, pacarku!
Kau memimpin jariku, kamu perlihatkan bunga ketawa, kuntum tersenyum.
Kau menundukkan haluku tegak, mencium harum terselinap sepi.
Kau gaunglaikan di pipiku kangen daun beldu melunak kurang kuat.
Takjub saya takjub, bengong.
Berbisik kau:
“Taman swarga, taman swarga mutiara rupa “.
Kamu juga musnah.
Termanggu aku gilakan rupa.
(Asrul Sani)