Kumpulan Puisi Bertema Hari Kebangkitan Nasional Karya Taufik Ismail
Puisi 3: Sajak Sebatang Lisong
Karya W.S. Rendra
Menghisap sebatang lisong menyaksikan Indonesia Raya, mendengar 130 juta rakyat, dan di langit dua tiga cukong mengangkang, berak di atas kepala mereka
Matahari terbit. Fajar tiba. Dan saya melihat delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan.
Aku mengajukan pertanyaan, namun pertanyaan-pertanyaanku membentur meja kekuasaan yang macet, dan papantulis-papantulis para pendidik yang terlepas dari duduk perkara kehidupan.
Delapan juta kanak-kanak menghadapi satu jalan panjang, tanpa pilihan, tanpa pepohonan, tanpa dangau persinggahan, tanpa ada bayangan ujungnya. …………………
Menghisap udara yang disemprot deodorant, saya menyaksikan sarjana-sarjana menganggur berpeluh di jalan raya; saya menyaksikan wanita bunting antri uang pensiun.
Dan di langit; para tekhnokrat berkata :
bahwa bangsa kita adalah malas, bahwa bangsa harus dibangun; harus di-up-grade diubahsuaikan dengan teknologi yang diimpor
Gunung-gunung menjulang. Langit pesta warna di dalam senjakala Dan saya menyaksikan protes-protes yang terpendam, terhimpit di bawah tilam.
Aku bertanya, namun pertanyaanku membentur jidat penyair-penyair salon, yang bersajak perihal anggur dan rembulan, sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan melongo-mangu di kaki dewi kesenian.
Bunga-bunga bangsa tahun depan berkunang-kunang pandang matanya, di bawah iklan berlampu neon, Berjuta-juta keinginan ibu dan bapak menjadi gemalau bunyi yang kacau, menjadi karang di bawah paras samodra. ………………
Kita mesti berhenti membeli rumus-rumus ajaib. Diktat-diktat cuma boleh memberi sistem, namun kita sendiri harus merumuskan keadaan. Kita mesti keluar ke jalan raya, keluar ke desa-desa, mencatat sendiri semua gejala, dan menghayati persoalan yang kasatmata.
Inilah sajakku Pamplet masa darurat. Apakah artinya kesenian, jika terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, jika terpisah dari problem kehidupan.
*
Boleh Baca: Kumpulan Puisi Hari Kebangkitan Nasional Karya Chairil Anwar
Puisi 4: Sajak Seonggok Jagung
Karya W.S. Rendra
Seonggok jagung di kamar dan seorang perjaka yang kurang sekolahan.
Memandang jagung itu, sang cowok melihat ladang; ia melihat petani; dia melihat panen; dan suatu hari subuh, para perempuan dengan gendongan pergi ke pasar…
Dan ia juga melihat sebuah pagi hari di dekat sumur gadis-gadis bercanda sambil menumbuk jagung menjadi maisena. Sedang di dalam dapur tungku-tungku menyala. Di dalam udara murni tercium kue jagung
Seonggok jagung di kamar dan seorang pemuda. Ia siap menggarap jagung.
Ia menyaksikan kemungkinan otak dan tangan siap melakukan pekerjaan
Tetapi ini:
Seonggok jagung di kamar dan seorang perjaka akhir SLA Tak ada uang, tak bisa menjadi mahasiswa. Hanya ada seonggok jagung di kamarnya.
Ia menatap jagung itu dan dia menyaksikan dirinya terlunta-lunta . Ia menyaksikan dirinya ditendang dari diskotik. Ia menyaksikan sepasang sepatu kenes di balik etalase. Ia menyaksikan saingannya naik sepeda motor. Ia melihat nomor-nomor lotre. Ia menyaksikan dirinya sendiri miskin dan gagal. Seonggok jagung di kamar tidak menyangkut pada logika, tidak akan menolongnya.
Seonggok jagung di kamar tak akan membantu seorang pemuda yang pandangan hidupnya berasal dari buku, dan tidak dari kehidupan. Yang tidak terlatih dalam metode, dan hanya penuh hafalan kesimpulan. Yang cuma terlatih sebagai pemakai, namun kurang latihan bebas berkarya. Pendidikan telah memisahkannya dari kehidupan.
Aku bertanya: Apakah gunanya pendidikan kalau hanya akan membuat seseorang menjadi asing di tengah kenyataan persoalannya? Apakah gunanya pendidikan bila hanya mendorong seseorang menjadi layang-layang di ibukota kikuk pulang ke daerahnya? Apakah gunanya seseorang belajat filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran, atau apa saja, jika pada risikonya, dikala beliau pulang ke daerahnya, kemudian berkata: “Di sini saya merasa gila dan sepi!”
***
Demikianlah tadi seutas menu wacana kumpulan puisi Hari Kebangkitan Nasional Karya WS. Rendra yang mampu dijadikan tumpuan oleh Sobat dalam menyambut Harkitnas.
Semoga bermanfaat Salam.
|