Daftar Isi
Daftar Isi
1. Perang Salib & Dampaknya Terhadap Kolonialisme & Imperialisme
2. Kedatangan Bangsa-bangsa Eropa di Indonesia
- Kedatangan Bangsa Portugis di Indonesia
- Kedatangan Bangsa Spanyol di Indonesia
- Kedatangan Bangsa Inggris di Indonesia
- Kedatangan Bangsa Belanda di Indonesia
3. Reaksi Rakyat Indonesia menentang Bangsa-bangsa Eropa
Perang Salib & Dampaknya Terhadap Kolonialisme & Imperialisme
Kedatangan Bangsa-bangsa Eropa di Indonesia
Kedatangan Bangsa Portugis di Indonesia
- Bangsa Portugis akan menguasai jalur perdagangan penting di wilayah Asia, termasuk di dalamnya jual beli atas rempah-rempah.
- Malaka bisa dipakai sebagai batu loncatan untuk menguasai jual beli rempah-rempah di wilayah Maluku. Sehingga Portugis membangun basis militer yg kuat di wilayah Malaka.
- Wilayah Sumatra. Alasan mengincar daerah ini yaitu lantaran mereka mengincar hasil perkebunan lada. Bangsa Portugis tak sukses melakukan perdagangan baik perdagangan biasa terlebih monopoli. Hal ini lantaran adanya Kerajaan Aceh yg menentang adanya Bangsa Portugis.
- Di wilayah Jawa, Bangsa Portugis hanya mampu melaksanakan jual beli di wilayah Blambangan & Pasuruan. Mengapa demikian? Karena kawasan-kawasan yg yang lain di Jawa sudah dikuasai oleh Kerajaan Demak, yg merupakan musuh dr Portugis.
Kedatangan Bangsa Spanyol di Indonesia
Kedatangan Bangsa Inggris di Indonesia
Kedatangan Bangsa Belanda di Indonesia
a. Pada tahun 1596, armada jualan Belanda dgn empat kapal yg dipimpin oleh Cornelis de Houtman tiba di wilayah Banten. Kedatangan mereka di tanah Banten disambut dgn baik. Tetapi Belanda mempunyai ambisi untuk menerima laba yg besar. Sehingga pada jadinya timbul pertengkaran antara Belanda dgn penduduk lokal & pula dgn penguasa wilayah. Seluruh pelabuhan dagang di pantai utara Pulau Jawa ditutup bagi pedagang Belanda. Dengan demikian misi jualan Belanda tersebut dianggap tak berhasil.
b. Pada tahun 1598 Jacob van Neck & Warwijk memimpin misi jualan Belanda yg kedua telah mendarat di Banten. Kedatangan mereka mendapat sambutan yg baik oleh penguasa, pedagang, & rakyat Banten. Mereka melakukan interaksi sosial di Banten. Pada waktu itu Banten sedang mengalami pertengkaran dgn Bangsa Portugis. Keberhasilan Jacob van Neck & Warwijk memimpin misi jualan Belanda yg kedua ini menciptakan para usahawan & penjualBelanda untuk berlomba-kontes datang ke Nusantara. Dalam rangka untuk menyingkir dari persainga antar usahawan Belanda maka dibentuk serikat jualan (kongsi jualan ) di Hindia Timur pada tahun 1602 tepatnya tanggal 20 Maret atas proposal dr Johan Olden Barneveld yg kita kenal selaku VOC di Ambon dgn modal mulanya yakni sebesar 6,5 milyar Gulden.
Tujuan pembentukan VOC ialah:
- Supaya tak terjadi persaingan antar penjualBelanda biar dapat menghadapi persaingan dgn bangsa lainnya.
- Untuk memonopoli jual beli sehingga memperoleh pendapatan atau keuntungan yg besar.
- Untuk menolong pemerintah Belanda yg sedang berperang dgn bangsa Spanyol.
Pada tahun 1602 VOC memiliki hak octrooy atau izin untuk memonopoli jual beli dr pemerintah Belanda. Adapun untuk wilayah yg diijinkan untuk dilaksanakan monopoli ialah dimulai dr Tanjung Pengharapan (Afrika Selatan) hingga selat Magellan (Filipina). Dengan adanya hak khusus tersebut, maka VOC sudah menjadi forum pemerintah Belanda yg sekaligus jual beli yg otonom di wilayah jajahannya. Dengan demikian keberadaan dr VOC di sebuah wilayah jajahannya dipimpin oleh seorang Gubernur Jenderal, yg pula sekaligus termasuk Heeren Seventien (17 Pimpinan). Tugas & wewenang dr gubernur jenderal yakni menjalankan 2 tugas yg sekaligus yaitu sebagai 1). administrator perusahaan & 2). sebagai pimpinan pemerintahan. Semenjak tahun 1608 terdiri atas gubernur jenderal (yang mewakili pihak Kerajaan Belanda) & Road van Indie (Dewan Hindia). Kedua pihak tersebut disebut “Hooge Regering” (Pemerintah tertinggi). Gubernur Jenderal yg pertama dijabat oleh seorang yg bernama Pieter Both (1610–1614). Ia mempunyai kantor di atas kapal yg berlabuh diperairan Ambon. Kemudian Pieter Both mempunyai planning untuk memindahkan pusat kedudukan VOC menjadi ke Batavia (Jayakarta). Pertimbangan yg mendaari adanya planning pemindahan pusat kedudukan VOC tersebut antara lain:
- Jayakarta mempunyai letak yg lebih strategis apabila dibandingkan dgn Ambon alasannya adalah terletak di tengah jalur perdagangan Asia.
- Alasan yg kedua dalah VOC akan dgn lebih mudah untuk menyingkirkan Portugis yg berkedudukan di Malaka.
Dalam rangka untk menjalankan rencananya tersebut maka Pieter Both meminta ijin terlebih dahulu pada Pangeran Jayakarta, & permintaannya tersebut diterima atau dikabulkan. Namun beberapa tahun kemudian, Pangeran Jayakarta pula menunjukkan izin pada East India Company (EIC) dr Inggris untuk mendirikan kantor dagangnya di Jayakarta. Dari kondisi tersebut maka terjadi kompetisi antara VOC dgn EIC. Kemudian pada keadaan yg sedang mengalami persaingan antara VOC & EIC terjadilah pergeseran atas gubernur jendral VOC dr Pieter Both digantikan oleh Jan Pieterszoon Coen. Dalam rangka untuk mengahadapi EIC maka ia mendirikan atau membangun benteng di Jayakarta. Langkah selanjutnya ialah menghasut penguasa Banten Ranamenggala untuk memecat Pangeran Jayakarta lantaran pada saat itu Jayakarta di bawah kekuasaan Banten & sekaligus menutup EIC. Kemudian VOC mendapat hak penush atas Jayakarta semenjak tanggal 31 Mei 1619. Kemudian semenjak waktu itu nama Jayakarta bermetamorfosis nama Batavia, karena kota Jayakarta telah banyak yg rusak akhir pertempuran dgn Banten. Di dlm melaksanakan monopoli perdagangan, VOC melaksanakan beberapa langkah-langkah, yaitu:
- Pelayaran Hongi: patroli dgn memakai perahu kora-kora, yg pula dilengkapi dgn adanya senjata untuk menertibkan kepada pelaksanaan monopoli di wilayah Maluku.
- Hak ekstripasi: hukuman pada para pelanggar aturan monopoli.
Kejayaan dr VOC dengan-cara perlahan menjadi pudar, para pegawainya banyak yg melakukan korupsi. Selain aspek tersebut pula adanya persaingan kepada bangsa lainnya contohnya Prancis & Inggris, di dlm melaksanakan monopoli rempah-rempah. Akhirnya usaha yg djalankan oleh VOC mengalami kerugian, lantaran jumlah biaya yg dikeluarkan cukup tinggi.
Reaksi Rakyat Indonesia menentang Bangsa-bangsa Eropa
Reaksi terhadap Bangsa Portugis
a. Perlawanan Adipati Unus terhadap Portugis di Malaka
Seorang aristokrat Demak yg berjulukan Adipati Unus pada tahun 1513 menyerang portugis ke Malaka, karena Portugis dianggap membahayakan perdagangan & pula terhadap penyebaran agama Islam di Indonesia. Seorang keturunan Jawa yg berjulukan Katir yg bertempat tinggal di Malaka ikut membatu para prajurit Demak tersebut. Namun karena kapal serta perlengkapannya kurang ditambah lagi jarak Kerajaan Demak & Malaka terlalu jauh maka serangan Demak tersebut mengalami kegagalan. Kemudian Adipati Unus menempuh cara yg yang lain yaitu dgn memblokade ekonomi, caranya yakni bandar-bandar yg ada di pantai utara jawa tertutup untuk portugis. Jalur perdagangan dr Jawa ke Aceh tak melalui Selat Malaka, tetapi melalui Selat Sunda, Samudra Hindia kemudian ke Aceh.
b. Perlawanan Rakyat Aceh
Sejak tahun 1511, bangsa Portugis menguasai Malaka. Kerajaan Aceh yaitu merupakan saingan berat dlm bidang jual beli. Yang tadinya bersaing dlm bidang kompetisi muai meningkat menjadi peperangan. Perlawanan rakyat Aceh pada bangsa Portugis muncul mulai pemerintahan Sultan Ali Mughayat Syah.
Alasan yg mendasari rakyat Aceh melawan Portugis yakni:
- Portugis ialah merupakan tentangan yg besar lengan berkuasa Aceh dlm jual beli di Malaka.
- Adanya kepentingan Bangsa Portugis untuk mengembangkan agama Nasrani, sedangkan Aceh memeiliki kepentingan untuk mengembangkan agama Islam.
Langkah yg diambil untuk menghadapi Portugis yakni Sultan Iskandar Muda mengadakan kerjasama dgn pasukan Mesir, Turki, India untuk memperkuat pertahanannya & berupaya untuk memperoleh persenjataan dr luar negeri.
c. Perlawanan Rakyat Maluku
Rakyat maluku pula melaksanakan perlawanan kepada Portugis di tahun 1533. Terdapat bebrapa argumentasi kenapa rkyat maluku mengadakan perlawanan pada Portugis. Alasannya tersebut yaiyu karena bangsa Portugis bersikap congkak & pula mejalankan praktek monopoli perdagangan. Dalam rangka menghadapi rakyat Maluku, maka pasukan Portugis minta pemberian pasukan Portugis yg berada di Malaka yg dipimpin oleh Antonio Galvao. Kemudian pada tahun 1565 terjadi perlawanan lagi terhadap Portugis yg dipimpin oleh Sultan Khairun. Karena Portugis takut akan kehilangan hak monopoli atas jual beli rempah-rempah di Ternate, maka Portugis mengusahakan persahabatan dgn Sultan Khairun & putranya, Sultan Baabullah. Portugis kemudian mengkhianati persahabatan yg dibangun tersebut sehiingga menyebabkan Sultan Khairun menjadi marah & kemudian beliau memimpin perlawanan. Dalam perlawanan tersebut Sultan Hairun tewas terbunuh. Kondisi tersebut menciptakan puteranya pula menjadi marah. Kemudian Sultan Baabullah menyelenggarakan perlawanan pada Portugis pada Tahun 1574. Kemudian di tahun 1575, Portugis terpaksa menyingkir ke Hitu (Ambon). Kemudian Portugis pula mendapat perlawanan di Ambon sehingga pada tahun 1590 bangsa Portugis meninggalkan Ambon. Untuk selanjutnya Portugis pergi ke Pulau Timor.
Reaksi terhadap VOC
1). Mataram Melawan VOC
Puncak kejayaan kerajaan Mataram yakni pada masa kepemimpinan Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613–1645). Daerah kekuasaan kerajaan mataram yaitu nyaris seluruh Pulau Jawa selain Jawa Barat. Pada mulanya kekerabatan antara kerajaan Mataram & VOC berjalan dgn baik yg dibuktikan oleh mataram untuk memperbolehkan VOC untuk mendirikan kantor dagangnya di mataram tanpa membayar pajak. Tetapi VOC kemudan melaksanakan praktek monopolo jual beli di Jepara. Kemudian Bupati Kendal yg merupakan penanggungjawab wilayah Jepara bernama Baurekro menolak hal tersebut. Dengan kondisi tersebut maka mataram menjadi marah & melakukan penyerangan ke kantor VOC. Kemudian Gubernur Jenderal VOC Jan Pieterszoon Coen membalas serangan tersebut dgn memerintahkan pada pasukannya untuk menembaki wilayah Jepara. Sikap yg diambil oleh Sultan Agung ialah beliau betekat melaksanakan penyerangan ke kota Batavia. Penyerangan Sultan Agung tersebut sebanyak 2 kali. Pada tahun 1628 adalah merupakan serangan yg pertamanya. Pada pertengahan bulan Agustus 1628, dgn tiba-tiba armada Mataram muncul di perairan kota Batavia, kemudian armada Mataram tersebut menyerang benteng VOC.
Panglima-panglima Sultan Agung antara lain:
- Tumenggung Baurekso.
- Kyai Dipati Manduro-Rejo.
- Tumenggung Sura Agul-agul.
- Kyai Dipati Uposonto.
Dalam penyerangan tersebut, Panglima Sultan yg berjulukan Tumenggung Baurekso beserta putranya gugur. Pasukan Sultan Agung menggunakan taktik perang yg tinggi, misalnya dgn membendung Sungai Ciliwung. Tetapi penyerangan yg dilakuakan kali ini mengalami kegagalan & terpaksa mengundurkan diri.
Kemudian Sultan Agung menyusun seni manajemen gres untuk persiapan melaksanakan serangan yg kedua. Kemudian pada tahun 1629 dijalankan serangan yg kedua dgn menciptakan suatu perencanaan yg lebih tepat misalnya:
- Persenjataan sudah dilengkapi dgn senjata api & pula meriam.
- Terdapat pasukan berkuda & beberapa gajah.
- Persediaan kuliner yg cukup & pembangunan lumbung-lumbung padi di daerah Tegal & kawasan Cirebon.
Serangan yg kedua ini sukses menghancurkan benteng Hollandia & J.P. Coen tewas pada ketika menjaga benteng Meester Cornellis. Oleh lantaran terdapat pasukan yg tewas, maka kawasan tersebut dinamakan Rawa Bangke. Kemudian VOC mengetahui tempat lumbung padi yg berada di Tegal & Cirebon, lalu VOC memperabukan lumbung-lumbung tersebut. Serangan yg kedua ini pula mengalami kegagalan. Selanjutnya Sultan Agung mempertimbangkan untuk melakukan penyerangan selanjutnya, tetapi sebelum rencana tersebut terwujud, Sultan Agung mangkat di tahun 1645. Hal-hal yg menyebabkan kekalahan mataram dlm penyerangan antara lain:
- Jarak yg jauh antara Mataram (kini Jogjakarta) ke Batavia (sekrang Jakarta) sehingga mengalami capek.
- Kekurangan persediaan kuliner (kelaparan).
- Kalah di dlm persenjataan.
- Terjangkitnya penyakit malaria sehingga banyak yg meninggal.
Trunojoyo adalah merupakan putra dr bupati Madura. Di tahun 1674, Trunojoyo melaksanakan perlawanan pada Mataram lantaran Sultan Amangkurat I putra Sultan Agung melaksanakan kerja sama dgn VOC. Sikap yg diambil berbeda dgn sikap yg diambil oleh ayahnya. Gerakan Trunojoyo tersebut mendapatan pertolongan dari:
- Macan Wulung dr Madura Timur.
- Panembahan Rama dr Giri.
- Pelaut-pelaut Bugis pimpinan Kraeng Galesung & Nontemaramo.
- Para bupati pesisir, mirip Surabaya, Jember, & pula Lasem.
Gerakan Trunojoyo tersebut dihadang oleh gabungan pasukan Mataram & VOC. Untuk berikutnya, Trunojoyo terkepung di Gunung Kelud & kesudahannya mengalah pada Kapten Jonker pada tagun 1678. Namun perlawanan dr rakyat masih tetap berlangsung, bahkan memperoleh pertolongan dr R. Kajoran dr Bagelen, yg masih merupakan wilayah Mataram. Dalam perlawanan tersebut sultan Sunan Amangkurat I & putranya meninggalkan keraton, kemudian minta dukungan pada VOC. Setelah hingga di Tegalarum (Tegalwangi) Amangkurat I meninggal pada tahun 1677. Adipati Anom yg merpakan putra mahkota kemudian menggantikan Amangkurat I. Kemudian ia bergelar gelar Amangkurat II. Ia terpaksa bergantung pada sumbangan VOC dlm menegakkan mahkotanya. VOC mau membantu Amangkurat II namun mengikatnya dgn suatu persetujuandi tahun 1670 yg isinya antara lain :
- Mataram menanggung seluruh biaya perang yg dikerjakan oleh rakyat.
- VOC mampu melakukan memonopoli perdagangan.
- Terdapat beberapa kawasan yg akan diserahkan pada VOC, yakni daerah yg subur Cisadane, Cimanuk, Madura Timur, Semarang, & sekitarnya.
Akibat terjadinya peperangan, maka keraton mengalami kerusakan yg cukup banyak. Kemudian keraton terpaksa dipindahkan dr Kerto/ Plered ke Kartasura. Semenjak dikala itu, takhta dr Kerajaan Mataram terikat dgn kesepakatanyg dijalankan VOC & hidup dlm lingkungan VOC.
Untung Suropati adalah merupakan seorang darah biru Bal yg diculik oleh bajak bahari untuk dijadikan budak. Kemudian Untung Suropati dibeli oleh Edeler Moor yg merupakan salah seorang pengurus harian VOC, lalu ia diangkat menjadi seorang prajurit VOC. Di dlm mengatasi pergolakan di wilayah Banten, Untung Suropati bertindak selaku prajurit VOC bisa menangkap Pangeran Purboyo. Namun oleh serdadu Belanda berjulukan Kuffeler Untung Suropati dianggap masih berkedudukan rendah menjadikannya terasa dihina, kemudian ia membunuh Kuffeler. Rasa kebangsaannya mulai bangun & Untung Suropati malah berbalik melawan VOC & Pangeran Puger. Untuk melawan VOC kemudian Untung Suropati bekerjasama dgn Sunan Mas. Dalam pertempuran yg terjadi di Bangil – Pasuruan (Jawa Timur), Untung Suropati gugur. Kemudian Sunan Mas melanjutkan perjuangannya & risikonya Sunan Mas ditangkap oleh pasukan VOC di tahun 1708 & dibuang ke daerah Ceylon (Sri Lanka).
- Raja Mataram, Paku Buwono III menyerahkan daerah pantai utara Pulau Jawa pada VOC sehingga Kerajaan Mataram tak memiliki pelabuhan.
- Pangeran Mangkubumi merasa tersinggung & pula malu, lantaran Gubernur Jenderal Van Imhoff turut campur di dlm permasalahan antara Pangeran Mangkubumi dgn Paku Buwono II, serta memarahi Pangeran Mangkubumi di hadapan orang banyak pada waktu sidang menghadap raja.
Di tahun 1794 antara Pangeran Mangkubumi dgn Mas Said bermitra untuk melawan Paku Buwono II beserta VOC. Perlawanan yg dijalankan ialah dgn teknik bergerilya di tepi sungai Bogowonto & mampu mengalahkan pasukan Belanda. Bahkan mampu menguasai daerah kekuasaan hingga Yogya, Bagelen, & pula Pekalongan. Kemudian pada saat itu, antara Pangeran Mangkubumi & Mas Said terjadi pertengkaran & karenanya berpisah. Konsekwensinya adalah usaha menjadi melemah & pasukan VOC segar kembali. Di tanggal 13 Januari 1755, Belanda sukses membujuk Pangeran Mangkubumi untuk berdamai dgn lahirnya kesepakatanGiyanti di tahun 1755. Isi Perjanjian Giyanti adalah pembagian Kerajaan Mataram menjadi dua yaitu Mataram bagian timur dgn ibu di kota Surakarta Hadiningrat yg dikuasai Susuhunan Paku Buwono III, & Mataram Barat dgn ibu kota Yogyakarta yg dikuasai Pangeran Mangkubumi dgn gelar Sultan Hamengku Buwono I. Pada tanggal 17 Maret 1757, VOC berhasil menghentikan perlawanan yg dilaksanakan oleh Mas Said & disertai dgn penandatanganan Perjanjian Salatiga. Isi perjanjian Salatiga yaitu Mas Said diberi sebagian wilayah Surakarta & kemudian diangkat menjadi Adipati yg bergelar Adipati Mangkunegara I & kedudukannya sama dgn Putra Mahkota Surakarta, daerah kekuasaannya disebut Mangkunegaran, setengahnya tetap dikuasai Pakubuwono.
Pada masa pemerintahan Abdul Fatah atau diketahui selaku Sultan Ageng Tirtayasa (1850–1682) adalah masa kejayaan dr Kerajaan Banten. Abdul Fatah menolak semua monopoli jualan VOC & berupaya untuk menghalau VOC dr Batavia.
Tindakan yg dijalankan Sultan Ageng tak disetujui oleh putranya yg berjulukan Sultan Haji. Kemudian VOC mendekati Sultan Haji untuk memusuhi Sultan Ageng. Ini sesuai dgn politik devide et impera (mencerai-beraikan) VOC. Kemudian VOC berhasil menangkap Sultan Ageng & menguasai istana. Setelah itu Sultan Haji naik takhta, yg diikat dgn sebuah perjanjian yg isinya adalah selaku berikut:
- Kerajaan Banten harus melepaskan pengaruhnya kepada Cirebon.
- Kerajaan Banten harus mengakui monopoli VOC di Banten.
- Bangsa-bangsa abnormal selain bangsa Belanda tidak boleh berjualan di Banten.
- Sungai Cisadane merupakan batas antara Kerajaan Banten & kawasan VOC.
Perlawanan di makassar terjadi karena adanya monopoli jual beli di Makassar. Letak Makassar ialah di jalur jual beli antara Malaka & Maluku. Selain itu makasar pula merupakan pelabuhan transito, sehingga menciptakan VOC berambisi menguasainya. Tuntutan tersebut ditolak oleh Sultan Hasannudin, sehingga sering terjadi insiden antara Makassar dgn VOC.Dalam rangka untuk menghadapi Sultan Hasanudin maka VOC melakukan politik devide et impera. VOC mengahasut Raja Bone, Aru Palaka supaya melawan Sultan Hasannudin. Setelah benteng Barombon dpat direbut oleh VOC, maka Sultan Hasannudin menyerah & mesti menandatangani Perjanjian Bongaya pada tahun 1667. Isi Perjanjian Bongaya adalah:
- Makassar mengakui atas kekuasaan VOC.
- VOC mendapakan monopoli dagang di wilayah Makassar
- Makassar melepaskan Bugis & Bone.
- Aru Palaka menjadi Raja Bone.
- Makassar membayar seluruh biaya perang pada VOC.
Penyebab perlawanan di maluku adalah VOC berusaha supaya Sultan Ternate mau tunduk & memasakanan monopoli perdaganagan pada rakyatnya. Pemimpin perlawanan ialah Kakiali pada tahun 1635, Telukabesi pada tahun 1646, & Kaicil Saidi pada tahun 1656. Rakyat Tidore melakukan perlawanan pada VOC terjadi dikala ditangkapnya Raja Tidore pada tahun 1779 yakni Sultan Jamaluddin. Perlawanan dipimpin oleh Sultan Nuku dgn memakai siasat devide et impera. Cara menghasut orang-orang Inggris supaya mengusir VOC dr Tidore. Sesudah sukses, kemudian Sultan Nuku menggempur orang-orang Inggris & untuk sementara Sultan Nuku sukses menghalau VOC dr wilayah Maluku. Untuk melanjutkan tentang Kolonialisme & Imperialisme Barat serta Pengaruhnya mampu melanjutkan lewat : Kolonialisme & Imperialisme Barat serta Pengaruhnya (Bagian 2)
Artikel IPS yang lain:
1. Permasalahan Penduduk & Dampaknya
2. Lingkungan Hidup & Pelestariannya
*) Semua Materi IPS SMP Kelas 8 mampu dilihat di : Rangkuman Materi Pelajaran IPS Sekolah Menengah Pertama/ MTs Kelas VIII
Demikianlah artikel tentang kolonialisme & imperialisme di Aanwijzing.Com yg berjudul Kolonialisme & Imperialisme Barat serta Pengaruhnya (Bagian 1) yg gampang-mudahan berguna. Terimakasih.