Kisah Umar bin Khattab ‘Mengusir’ Dua Lelaki Tampan

Ilustrasi Kisah Umar bin Khatab
Ilustrasi 2 burung © longwallpapers.com

Salah satu kebiasaan Khalifah Umar bin Khatab adalah berkeliling ke banyak sekali pelosok Madinah untuk mengenali keadaan rakyatnya secara aktual. Dan malam itu, Umar mendengar suatu bait ‘gila’ yg disenandungkan seorang perempuan.

“Adakah jalan untuk minuman keras

Dan aku akan meminumnya

Atau adakah jalan kepada Nashr bin Hajjaj?”

Umar mengajukan pertanyaan-tanya. Siapakah Nashr bin Hajjaj yg disebut wanita itu? Setelah mendapat informasi dari pembantunya, Umar lalu memanggil laki-laki tersebut. Ternyata Nashr bin Hajjaj memang tampan. Sangat tampan. Itukah yg membuat sejumlah perempuan tergila-ajaib pa&ya?

Amirul mukminin lalu memerintahkan supaya rambut Nashr bin Hajjaj diiris. Hasilnya? Nashr justru makin ganteng. Lalu Umar menyuruhnya menggunakan ikat kepala. Nashr justru lebih tampan lagi. Akhirnya, demi kebaikan Nashr, Umar memerintahkannya bergabung menjadi tentara di Bashrah.

Waktu berlalu & Umar tetap tekun melihat rakyatnya dari erat, di malam hari. Kali itu, sahabat bergelar Al Faruq tersebut mendengar perbincangan sejumlah wanita. Rupanya mereka tengah membicarakan pria yg tampan. Dan kesimpulan mereka, yg paling tampan diantara laki-laki Madinah ialah Abu Dzuaib.

Esuknya, Umar memanggil Abu Dzuaib. Ternyata benar, beliau sangat ganteng. Umar pun menyuruhnya mudah-mudahan rambutnya dipotong. Sama seperti Nashr, Abu Dzuaib juga semakin tampan dgn versi rambutnya yg baru itu. “Wahai Amirul mukminin,” kata Abu Dzuaib yg memahami maksud Umar bin Khattab, “ jika saya harus berangkat, susulkan saya pada sepupuku.” Ya, Abu Dzuaib ialah sepupu Nashr bin Hajjaj. Lalu beliau pun menyusul sepupunya itu, menjadi tentara Islam di Bashrah.

Bukan tanpa argumentasi Umar menyuruh keduanya pergi menjadi prajurit. Umar baru saja menyelamatkan mereka dari fitnah wanita & menggabungkan mereka dgn barisan kandidat syuhada. Umar juga berusaha menyelamatkan para muslimah dari godaan jiwa & fitnah persepsi mata. Sebab Umar paham betul, beruntunglah orang-prang yg menyucikan jiwanya & merugilah orang-orang yg menodainya. Sucinya hati & bersihnya jiwa, sebenarnya mampu terlihat tanda-tan&ya dari gelagat sikap & kata-kata. Seperti kata Aa Gym, teko hanya mengeluarkan isinya.

  [Puisi] Tiang Gantungan - Oleh Edy Witanto

Umar paham betul, saat muslimah sibuk dgn perbincangan ketampanan laki-laki, sesungguhnya hati mereka yg sebaiknya mulia dgn dzikir & kalam Ilahi, terjatuh pada nafsu hewani yg hanya mementingkan fisik & rupa semata. Dan bukankah zinanya mata ialah menyaksikan, & zinanya hati dimulai ketika nafsu menguasai?

Ketika obrolan itu berulang, mendarah daging menjadi kebiasaan, maka hatinya juga mulai gersang. Gersang dari sentuhan Ilahiyah. Gersang dari nikmatnya ibadah. Jiwa yg mulai membaygkan, hati yg mulai berimajinasi, sebenarnya yaitu awal dari kehancuran. Kedamaian & kebahagiaan menjadi susah didapatkan.

Masalahnya yaitu, hari ini lebih banyak wanita yg disibukkan dgn lebih banyak Nashr & Abu Dhubaib gres. Bahkan jika Nashr & Abu Dhubaib yaitu pemuda muslim yg lalu menjadi mujahid, ka&g muslimah di zaman sekarang mengagumi & mengidolakan artis & selebritis non muslim. Yang belum menikah ka&g terlihat histeris dikala berjumpa artis idolanya. Yang sudah menikah masih juga membicarakan & membaygkan mereka, padahal suaminya jauh lebih mulia.

Tapi itulah tantangan muslimah di kala sekarang. Dan cuma muslimah berjiwa Umar saja yg berani menghalau muka-paras ganteng yg bukan haknya, dari kehidupan & imajinasinya. Hanya muslimah berjiwa Umar saja yg berani berhenti mulai saat ini juga, dari pembicaraan yg tiada keuntungannya & hanya membuat jatuh jiwa sucinya. [Tim Redaksi Webmuslimah.com]