Kaum Muslimin sidang Jum’at rahimakumullah.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, aku berwasiat pada diri sendiri dan juga para jamaah sekalian, marilah kita tidak bosan-bosannya untuk memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Ilahi Rabbi. Di mana pada detik ini kita masih diberi anugerah, hidayah taufik dan inayah-Nya. Baik berbentukkesehatan, kesempatan bahkan keyakinan dan takwa. Sehingga kita masih dapat menghambakan diri untuk beribadah shalat Jum’at di majelis yang mubarak ini. Untuk itu selaku rasa syukur atas kenikmatan yang telah diberikan, kita optimalkan iktikad dan takwa kita sekuat tenaga kita.
Selanjutnya, shalawat dan salam kita haturkan terhadap junjungan Nabi agung Muhammad saw beserta keluarga, sahabat, tabi’in, tabi’it-tabi’in dan seluruhnya yang mengikuti jejak beliau hingga yaumul qiamah.
Kaum Muslimin sidang Jum’at rahimakumullah.
Ketahuilah, bahwa di dalam diri manusia terdapat segumpal daging, jikalau daging itu baik, seluruh badan menjadi baik. Sebaliknya, bila segumpal daging itu buruk, maka buruk pulalah seluruh jasad insan tersebut. Ketahuilah, bahwa segumpal daging itu adalah HATI. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah saw:
أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
Artinya: “…Sesungguhnya, didalam badan terdapat segumpal darah. Jika beliau baik, maka setuju seluruhn tubuh, jika beliau rusak, maka rusaklah seluruh badan. Ketahuilah, bahwa segumpal darah itu ialah hati.”
Kaum Muslimin sidang Jum’at rahimakumullah.
Secara tesurat Hadits tersebut dapat dipahami, bahwa inti dari diri insan yakni terletak dalam hatinya. Jika hati baik, maka manusia akan menjadi baik. Sebaliknya jika hati insan jelek, maka insan itu pun akan menjadi buruk pula. Dengan demikian, hati inilah yang menjadi peranan penting, bahkan menjadi pemimpin dalam badan manusia. Ia bisa saja memerintah kepada badan kita untuk berbuat baik. Seperti, shalat, puasa, zakat/sodaqah, membantu orang lain dan lain sebagainya. Tetapi, bisa juga memerintah keburukan, mirip mencuri, berzina, membunuh, korupsi dan sebagainya sesuai dengan kehendaknya. Pendek kata, bahwa hati adalah raja dalam dunia kerajaan badan. Karena baik buruknya kelakuan, perangai, perilaku dan perbuatan manusia tergantung pada baik buruknya hati.
Kaum Muslimin sidang Jum’at rahimakumullah.
Ketahuilah, selain hati selaku penentu amal perbuatan insan juga merupakan sumber kebahagiaan dan kesengsaraan hidup bagi manusia. Kaprikornus, kita jangan menyangka sumber kebahagiaan hidup itu terletak pada kelebihan harta, tingginya jabatan, rumah glamor mobil banyak dsb. Sedangkan, sumber
kesengsaraan hidup yaitu kekurangan harta, tidak punya jabatan, rumah kecil lagi sempit, tidak memiliki mobil pula dsb. Akan namun, kebahagiaan dan kesengsaraan itu terletak pada hati. Karena hatilah yang nanti akan merasakan kedua perasaan tersebut.
Meskipun insan bergelimpangan harta, jabatan dan kekayaan, namun jika hatinya tidak bisa mencicipi kebahagiaan, maka tetap saja hidupnya sedih dan merana. Sebaliknya, meski seseorang hidup dalam kelemahan harta dan jabatan, tetapi kalau hatinya mampu menjamah kebahagiaan, maka pasti akan jauh dari rasa duka, bingung dan merana. Sekarang timbul pertanyaan, apakah harta kekayaan, jabatan dan keunggulan-kelebihan lain tidak perlu? Pasti semua orang sepakat perlu! Namun, itu semua hanya sekadar aspek penunjang hadirnya kebahagiaan dan kesengsaraan, bukan sebagai penentu. Firman Allah dalam Qs Al-Baqarah: 62:
”Sesungguhnya, orang-orang Mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Katolik dan orang-orang Shabi’in, semua orang diantara mereka yang sungguh-sungguh beriman terhadap Allah, Hari Kemudian dan berinfak shalih, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kegundahan terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
Kaum Muslimin sidang Jum’at rahimakumullah.
Sekarang, yang wajib kita miliki selaku insan jikalau ingin mencicipi kebahagiaan yaitu hatinya mesti bersih dari segalahal yang mampu menjadikan tumbuhnya kesengsaraan. Yaitu, bersih dari segala kotoran-kotoran yang menyebabkan hati menjadi suram. Seperti, riya, hasad,takabur, rakus, musyrik dsb. Sebagaimana firman Allah dalam Qs Asy-Syam: 9-10:
قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا، وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا
“Sesungguhnya, beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya, merugilah orang yang mengotorinya.”
Jika ditelaah ayat tersebut, mengingatkan kepada insan, bahwa kebersihan hati akan menenteng keberuntungan. Sedangkan kotornya hati, akan menjinjing kerugian, hal ini mampu ditafsirkan bahwa kunci dari kebahagiaan hidup (dunia akhirat) terletak pada kesucian atau kebersihan hati. Sedangkan sumber kesengsaraan hidup (dunia alam baka) juga terletak pada kotornya hati.
Demikianlah, khutbah jumat yang kami sampaikan. Mudah-mudahan ada manfaatnya dan kita tergolong kelompok orang-orang yang menerima isyarat Allah SWT dalam setiap langkah dan ibadah kita. Sehingga menerima ridla Allah, apa yang kita kerjakan serta dijauhkan dari penyakit hati. Amin, amin, ya rabbal ‘alamin
Khutbah Jumat Yang Menyejukkan Hati: Khutbah Kedua