Khutbah Jumat Yang Memberi Ide: Tiga Pelajaran Dari Rasulullah Saw Selaku Pola Sepanjang Era


الحمد لله، أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله وكفى بالله شهيداً، أحمده وأشكره وأتوب إليه وأستغفره، وكفى به ولياً حميداً، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيماً لشأنه وتمجيداً، وأشهد أن نبينا محمداً عبد الله ورسوله، نبي شرح الله صدره ورفع ذكره ووضع وزره وأعلى في العالمين قدره، وجعل الذلة والصغار على من خالف أمره، بعثه الله بالهدى ودين الحق فأشاد صرح العقيدة، وأرسى قواعد الملة، وأكمل الله به الدين وأتم به النعمة، فالخير ما جاء به، والدين ما شرعه، والحق ما التزمه، فصلى الله وسلم وبارك عليه وعلى آله وصحبه خير هذه الأمة وأطوعها له وأحبها لرسوله عليه الصلاة والسلام، وأكثرها اتباعاً له، فرضي الله عنهم وأرضاهم ومن لزم هديهم ودعا بدعوتهم إلى يوم الدين. أما بعد : أيها المسلمون: أوصيكم ونفسي بتقوى الله عز وجل قال تعالى : (يا أيها الذين آمنوا اتقو الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون) قال تعالى : ( أَفَمَنْ شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلْإِسْلامِ فَهُوَ عَلَى نُورٍ مِنْ رَبِّهِ ) (الزمر: 22) وقال تعالى : ( فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإِسْلامِ ) الأنعام:125
Kaum muslimin jamah sholat jumat yang dimuliakan Allah
Marilah kita senantiasa berupaya untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Takwa dengan makna yang sebetulnya, senantiasa berusaha mengabdi pada Allah dalam setiap aktivitas kita dengan sarat keikhlasan dan mengharapkan keridhoan-Nya semata. Juga selalu merasa khawatir dan takut jika tindakan yang kita kerjakan menjinjing kita terhadap kemurkaan Allah SWT. Dan Bersyukur atas segala kenikmatan yang sudah diberikan sampai detik ini.
Hadirin sidang jumat yang berbahagia
Setelah Dua Pekan ini kita dihadapkan dengan realitas kehidupan yang meriah dimana mana untuk merayakan datangnya Tahun Baru Masehi yang nota bene bukan ajaran dari Rosulullah dan Liburan selesai tahun yang tentunya menyedot energi kita untuk berlibur bareng keluarga, pekan ini kita kembali diingatkan untuk senantiasa menumbuhkan kecintaan dan  meneladani kehidupan ia  Rosulullah.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya sudah ada pada (diri) Rasulullah itu suri pola yang bagus bagimu (yakni) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kehadiran) hari akhir zaman dan dia banyak menyebut Allah.” (Al-Ahzab: 21)
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Tidaklah Kami mengutusmu wahai Muhammad kecuali untuk menjadi rahmat sekalian alam” (Al-Anbiyah: 107)
 Tiga Pelajaran dari Rosulullah SAW Sebagai Teladan Sepanjang Masa Khutbah Jumat Yang Menginspirasi: Tiga Pelajaran dari Rasulullah SAW Sebagai Teladan Sepanjang Masa
Rosulullah bukan hanya menjadi rahmat buat kaum muslimin yang menimbulkan dia sebagai panutan dan pola sejati dalam merealisasikan ketaatan terhadap Allah, dalam bersosialisasi sehari, menjadi ayah, menjadi suami, menjadi kakek bahkan menjadi seorang pemimpin. Tetapi Rosulullah juga ialah rahmat untuk alam sejagat ini, yang di sana hidup manusia-insan yang tak pernah tahu dan mau tahu buat apa mereka diciptakan oleh Allah. Dengan diutusnya Rosulullah saw ke dunia, dengan menenteng cahaya islam, Islam telah mampu merubah kehidupan umat manusia ke arah kehidupan yang sarat makna, menerangi dengan ilmu wawasan
Saat ini kita masih berada dalam bulan rabiul awal yang mulia, yang mana bukan cuma pada bulan ini saja Rosulullah dilahirkan tetapi pada bulan ini juga dia diwafatkan oleh Allah SWT, cerita wafatnya begitu menyayat hati kalau kita mengingatnya kembali. Kisah wafatnya Rosulullah sangat akan menggugah jiwa-jiwa beriman, duka itu masih berbekas meskipun sudah 14 era berlalu jikalau kembali untuk dikenang.
Seorang teman Abdullah bin Mas’ud ra berkata: “Ketika Rosulullah mendekati ajalnya, beliau menghimpun kami di rumah ‘Aisyah. Beliau menatap kami tanpa sepata kata, sehingga kami semua menangis menderaikan air mata. Lalu dia bersabda: “Semoga Allah mencintai, membantu dan menunjukkan isyarat terhadap kalian. Aku berwasiat supaya kalian bertakwa terhadap Allah. Janganlah kamu berlaku angkuh kepada Allah. Kalau sudah datang ajalku, hendaklah Ali yang memandikan saya, Fudlail bin Abbas yang menuangkan air, dan Usman bin Zaid menolong mereka berdua. Kemudian kafani aku dengan pakaianku saja manakala kau semua menginginkan, atau dengan kain Yaman yang putih. Ketika kalian sedang memandikan saya, letakkan saya di atas tempat tidurku di rumahku ini, yang akrab dengan liang kuburku nanti.”
Mendengar itu, seketika para teman menjerit histeris, menangis pilu, sambil berkata: ”Wahai Rasulullah, engkau ialah delegasi untuk kami, menjadi kekuatan jamaah kami, sebagaipenguasa yang selalu memutusi masalah kami, kalau Engkau sudah tiada, lalu kepada siapakah kami mengadukan semua masalah kami!?”
Rasulullah Saw bersabda: “Aku sudah lewati untuk kalian jalan yang benar di atas jalan yang terperinci benderang, juga saya tinggalkan dua penasehat, yang satu akil bicara dan yang satu pendiam. Yang pandai bicara yaitu Al-Alquran, dan yang diam adalah akhir hayat. Manakala ada masalah yang sulit bagi kalian, maka kembalikan kepada Al Quran dan Sunnahku, dan andaikan hati keras mirip batu, maka lenturkan dia dengan mengenang kematian.”
Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah
Semenjak hari itu, sakit Rasulullah saw bertambah parah, selama 18 hari dia menanggungnya. Smpailah tiba hari senin di hari beliau menghadap Rabbnya. Sewaktu adzan shubuh Bilal ra datang menghampiri pintu Rasulullah Saw seraya mengucapkan salam. Dari dalam rumah Fathimah putri Rasulullah saw menjawab salam Bilal, dan beliau membertahukan bahwa Rasulullah saw dalam kondisi sakit. Bilal pun kembali ke masjid, tatkala shubuh mulai terang sedang Rasulullah saw belum juga datang, Bilal kembali menghampiri pintu Rasulullah. Mendengar suara Bilal, Rosulullah memanggilnya, kemudian bersabda: ”Masuklah wahai Bilal, penyakitku rasanya makin bertambah, suruhlah Abu Bakar biar menjadi imam shalat dengan orang-orang yang hadir.”
Kemudian bilal memasuki masjid dan memberitahu Abu Bakar supaya dia menjadi imam dalam sholat tersebut. Ketika Abu Bakar melihat ke mihrab Rasulullah saw yang kosong, ia tidak dapat menahan perasaannya, lalu beliau menjerit dan alhasil jatuh pingsan. Orang-orang yang berada di dalam masjid menjadi bising sehingga terdengarlah oleh Rasulullah saw.
Rosulullah kemudian memanggil fathimah kemudian berkata: ”Wahai Fathimah, ada apakah dengan jeritan itu, kenapa di dalam masjid sana begitu gaduh?” Fathimah menjawab: ”Itu sebab engkau tidak hadir mengimami wahai Rosulullah.”
Maka Rasulullah meminta Ali dan Fadhal bin Abbas untuk memapah ia masuk ke masjid, Rosulullah kemudian shalat bantu-membantu mereka . Setelah salam ia menghadap ke arah kaum muslimin dan bersabda: ”Wahai kaum muslimin, kalian masih dalam pemeliharaan dan derma Allah. Untuk itu bertaqwa-lah terhadap-Nya dan taatilah Dia, sebetulnya saya akan meninggalkan dunia ini, dan hari ini ialah hari pertamaku di akherat dan hari terakhirku di dunia.”
Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah
Kisah ini kian membuat kita menjadi sedih dikala Rosulullah pulang kembali ke rumahnya, Allah mewahyukan terhadap Malaikat Maut agar turun menemui Rasulullah saw dengan berpakaian sebaik-baiknya. Kemudian menyuruh Malaikat Maut mencabut nyawa Rasulullah saw dengan lemah lembut. Seandainya Rasulullah menyuruhnya masuk, maka dia dibolehkan masuk. Tetapi kalau Rasulullah tidak mengizinkannya, hendaklah beliau kembali.
Maka turunlah Malaikat Maut untuk menunaikan perintah Allah SWT. Sesampainya di depan pintu kediaman Rasulullah saw, Malaikat Maut berkata: “Assalamualaikum wahai andal rumah kenabian, sumber wahyu dan risalah!” Fatimah pun keluar menemuinya dan berkata kepada tamunya: “Wahai hamba Allah, Rasulullah kini dalam kondisi sakit.” Kemudian Malaikat Maut itu memberi salam lagi: “Assalamualaikum, bolehkah saya masuk?” Rasulullah saw mendengar bunyi Malaikat Maut itu, lalu dia bertanya kepada puterinya Fatimah: “Siapakah yang ada di luar pintu itu?” Fatimah menjawab: “Seorang lelaki mengundang baginda. Saya katakan kepadanya bahwa baginda dalam keadaan sakit. Kemudian beliau memanggil sekali lagi dengan bunyi yang menggetarkan sukma.” Rasulullah saw bersabda: “Tahukah kau siapakah dia?” Fatimah menjawab: “Tidak wahai baginda.”
Lalu Rasulullah saw menerangkan: “Wahai Fatimah, beliau itu ialah melaikat akhir hayat yang memusnahkan semua kenikmatan, yang memutuskan segala nafsu syahwat, yang memisahkan pertemuan, dan menghabiskan semua rumah, serta ia yang meramaikan kuburan.”
Mendadak Fathimah menangis, kemudian berucap: “Wahai Ayahku, sesungguhnya saya takkan mendengar sabdamu lagi, juga tak kan menyimak ucapan salam darimu setelah hari ini.”
Rasulullah berkata: “Tabahkan hatimu wahai anakku Fathimah, karena bekerjsama cuma engkau di antara keluargaku yang pertama berjumpa denganku.”
Kemudian Rasulullah saw bersabda: “Masuklah, wahai Malaikat Maut.” Maka masuklah Malaikat Maut itu sambil mengucapkan: “Assalamualaika ya Rasulullah.”
Rasulullah saw pun menjawab: “Waalaikassalam wahai Malaikat Maut. Engkau tiba untuk berziarah atau untuk mencabut nyawaku?
Malaikat Maut menjawab: “Saya tiba untuk ziarah sekaligus mencabut nyawa. Jika tuan izinkan akan saya lakukan. Jika tidak, aku akan pulang.”
Rasulullah saw mengajukan pertanyaan: “Wahai Malaikat Maut, di mana engkau lewati Jibril?”
Jawab Malaikat Maut: “Saya tinggalkan dia di langit dunia.”
Baru saja Malaikat Maut akhir bicara, tiba-datang Jibril datang lalu duduk disamping Rasulullah saw. Kemudian Rosulullah berkata: “Wahai Jibril, tidakkah engkau mengetahui bahwa ajalku telah dekat?”
Jibril menjawab: “Ya, wahai kekasih Allah.”
Rosul melanjutkan ucapannya: “Beritakan kepadaku akan kemuliaan yang menggembirakan saya di segi Allah.”
Jibril menjawab: “Semua pintu-pintu sudah terbuka. Dan para malaikat telah berbaris menanti kehadiran Ruh-mu di langit. Pintu-pintu nirwana sudah terbuka, dan bidadari-bidadari sudah bersolek menunggu kedatangan Ruh-mu.
Rasulullah saw berkata: “Segala Puji bagi Allah wahai Jibril, berilah saya kabar gembira perihal umatku kelak di hari kiamat!”
Jibril menjawab: “Aku beritahukan kepadamu wahai Rosulullah, bahwa bekerjsama Allah Ta’ala sudah berfirman: “Sesungguhnya sudah Aku larang semua Nabi masuk ke dalam surga sebelum engkau memasuki lebih dahulu. Dan Aku larang semua umat sebelum umatmu masuk lebih dulu.” (Hadist Qudsi).
Dengan tersenyum Rosulullah berkata: ”Sekarang telah damai hatiku dan hilanglah kekhawatirankuku.” Beliau melanjutkan: ”Wahai malaikat ajal, mendekatlah kepadaku.”Malaikat Maut pun mendekati ia dan mulailah mencabut ruh Rosulullah.
Ketika sampai di perut Beliau bersabda: “Wahai malaikat Jibril, alangkah pahitnya rasa sakaratul maut ini”. Malaikat Jibril memalingkan wajahnya. Ketika itu Nabi Saw berkata: ”Wahai Jibril, apakah engkau tidak senang menyaksikan wajahku!” Jibril menjawab: ”Wahai kekasih Allah, siapa kiranya yang hingga hati menyaksikan wajahmu, dan engkau dalam kondisi sakaratul ajal.“
Anas ra berkata: ”Ketika ruh Nabi Saw sampai di dada, beliau bersabda: ”Aku berwasiat kepada kalian, semoga kalian memelihara shalat, dan apa-apa yang menjadi tanggungjawabmu” sampai perkataan ia putus.
Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah
Rosulullah telah menghembuskan nafasnya yang terakhir dengan tersenyum. Anas bin Malik melanjutkan ucapannya: “Ketika aku di depan pintu rumah Aisyah, saya mendengar Aisyah sedang menangis dengan kesedihan yang mendalam sambil menyampaikan, “Wahai orang yang tidak pernah menggunakan sutera, wahai orang yang keluar dari dunia dengan perut yang tidak pernah kenyang dari gandum, wahai orang yang sudah memilih tikar daripada singgahsana, wahai orang yang jarang tidur di waktu malam alasannya adalah takut Neraka Sa’ir.”
Begitulah perumpamaan Aisyah seorang istri Rosulullah yang menyadarkan kita bahwa begitulah keseharian Rosulullah tatkala ia masih hidup. Padahal beliau ialah orang yang telah dijamin Allah untuk masuk surge. Kini telah 14 kala berlalu saat Rosulullah meninggalkan umatnya, tetapi ajaran beliau selalu hidup dan akan senantiasa menghidupkan hati orang-orang beriman. Ada beberapa hal yang hendaklah selalu diingat dan diwujudkan, selaku wujud kecintaan kita terhadap Rosulullah saw:
Pertama: Ikhlas dan mengikuti tuntunan Rosululllah dalam beribadah
Hal ini ditegaskan oleh Allah Swt dalam firmannya:
فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia melaksanakan amal yang saleh dan janganlah dia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (Al-Kahfi: 110)
Rosulullah saw bersabda:
عائشة رضي الله عنها من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد . أخرجه الشيخان
Barang siapa melaksanakan amalan bukan sesuai dengan tuntunanku maka dia ditolak. (HR. Bukhori Muslim)
Kedua : Konsisten dalam ketaatan kepada Allah SWT
Saat Umar bin Khattab berteriak lantang dengan penuh kesedihan sambil mengacungkan pedangnya sambil mengucapkan: “Barang siapa yang menyampaikan bahwa Muhammad sudah mati akan aku babat lehernya”. Setelah Abu bakar menutup kembali kain panjang yang menutupi muka Rosulullah yang mulia, tetesan air mata mengalir membasahi pipi dan janggutnya, dia kemudian berdiri dan melangkah keluar menjumpai Umar. Ia tahu perasan Umar yang tidak mampu mendapatkan kehilangan Rasul. Dia sendiri sedang bergelut dengan kesedihan yang amat dalam. Lalu beliau pun berseru dengan nyaring. Seruan itu ditujukan terhadap semua yang hadir khususnya kepada Umar. “Barang seiapa menyembah Nabi Muhammad, bergotong-royong Rasulullah sungguh-sungguh sudah wafat. Dan barang siapa menyembah Allah,maka Allah tidak pernah mati dan awet selama-lamanya.”
Kemudian dia membacakan sebuah firman Allah dalam Al-Alquran:
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ
“Dan tidaklah Muhammad itu kecuali seorang Rasul. Sudah berlalu rasul-rasul lain sebelumnya. Kerana itu, Apakah kalau Muhammad meninggal dunia atau terbunuh, kamu akan murtad dan kembali terhadap agama nenek moyang kau? Sungguh barang siapa murtad kembali kepada agama nenek moyang, tidak sedikit pun menjadikan kerugian terhadap Allah SWT. Dan Allah akan menganjarkan pahala bagi orang-orang yang bersyukur.” (Ali Imran:144)
Tiba-tiba Umar terjatuh lemah di atas kedua lututnya. Tangannya menjulur kebawah bagaikan kehabisan tenaga. Keringat masbodoh membasahi seluruh badanya. Bagaikan baru hari itu ia mendengar ayat yang telah lama disampaikan oleh Rasul terhadap mereka. Kini hatinya benar-benar tersentak. “Benarlah baginda sudah pergi untuk selama-lamanya. Kau pergi meninggalkan kami yang amat mencintaimu,” rintih hati Umar. Dan tangis kecintaan tersebut terus merambat ke hati para sobat dan ke seluruh hati umat sehingga akhir zaman. Kecintaan orang beriman terhadap Rasulnya yang tidak pernah putus sekalipun oleh akhir hayat alasannya adalah kecintaan atas dasar keyakinan itu tetap lestari dan kekal. Walau Rosulullah sudah tiada, ketaatan kepada Allah mesti terus ialah selamanya.
Ketiga : Meneladani dan Mencintai Rosulullah
Banyak sisi dari kisah kehidupan Rosulullah yang mesti diteladani oleh umat islam, apalagi pada dikala sekarang ini, bangsa kita sangat membutuhkan pemimpin yang dapat membimbing bangsa yang bukan hanya selamat dari krisis global, tetapi yang lebih penting dari pada itu seorang pemimpinyang juga dapat membimbing bangsa hingga mereka selamat di akherat kelak.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
“Sungguh terdapat dalam diri Rosulullah suri tauladan yang baik” (Al-Ahzab: 21)
Mencintai Rosulullah adalah kewajiban, membela kehormatan Rosulullah ialah kewajiban, alasannya itu yakni tanda dari keimanan. Sebagaimana sabda Rosulullah dalam hadist shahih:
عن أنس رضي الله عنه: لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من ولده ووالده والناس أجمعين
Kelima: Berpegang teguh terhadap Kitabullah dan Sunah
Umat ketika ini sungguh dituntut untuk sungguh-sungguh kembali kepada Al-Quran dan Sunah sebagaimana pesan Rosulullah saat akan wafat, itulah yang akan membimbing mereka menuju keamanan di dunia dan akherat.:
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيماً فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Ini yakni jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) alasannya adalah jalan-jalan itu mencerai beraikan kau dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kau bertakwa.” (Al-An’am : 153)
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم بهدي سيد المرسلين. أقول قولي هذا وأستغفر الله لي ولكم ولجميع المسلمين، فاستغفروه، إنه هو الغفور الرحيم