=>Khutbah Jumat Kisah Inspiratif: Allah SWT Masih Menutupi Aib Kita<= Dalam kitab
Fii Bathni al-Huut karya Syaikh DR. Muhammad Al-‘Arifi, dinukilkan suatu cerita di zaman Nabiyullah Musa ‘Alaihissalam. Bani Israil pada masa itu ditimpa suatu peristiwa dasyat, adalah kemarau panjang. Dampak peristiwa ini hebat, kurun itu mata air dan sungai kering, berkembang-tanaman mati, ikan dan binatang ternak mati, banyak korban dari kelompok anak-anak, wanita dan orang renta. Menghadapi bencana besar ini, pemuka Bani Israil dan kaumnya sepakat mengunjungi Nabiyullah Musa ‘Alaihissalam memohon bantuan semoga berdoa terhadap Tuhannya, mereka berkata:
“Ya Musa, berdoalah kepada RabbMu supaya Dia menurunkan hujan kepada kami!. Nabiyullah Musa ‘Alaihissalam lalu mengajak pemuka Bani Israil dan kaumnya berlangsung menuju sebuah lapangan/padang yang luas untuk berdoa, mereka masa itu dalam kondisi sangat haus dan lapar, badan mereka kurus dan kumal . Lalu Nabiyullah Musa ‘Alaihissalam mulai berdoa: ”Ya Allah Tuhanku! Turunkan hujan kepada kami, tebarkanlah rahmatMu terhadap kami, kasihanilah kami demi bawah umur yang masih menyusui, hewan ternak yang merumput, dan para orangtua yang masih terus ruku’ kepadaMu”.
Namun langit tetap saja jelas, matahari malah makin bersinar panas menyengat, rasa putus asa dari raut paras pemuka Bani Israil dan kaumnya terlihat terang kecewa, mereka mulai ragu dan tak yakin terhadap Musa. Nabiyullah Musa ‘Alaihissalam berdoa lagi: “Ilaahi … asqinaa….” (Ya Tuhanku turunkan hujan terhadap kami). Akhirnya Allah menjawab doa Musa ‘Alaihissalam dengan berfirman kepadanya: “Wahai Musa, bagaimana hujan Aku turunkan kepada kalian, sedangkan di antara kalian masih ada seorang laki-laki yang bermaksiat semenjak 40 tahun yang kemudian, maka perintahkan laki-laki itu keluar bareng manusia yang lain, supaya dia berdiri di hadapan kalian semua alasannya laki-laki itulah, Aku tidak menurunkan hujan untuk kalian dan kemarau akan terus berkepanjangan.”
Mendengar firman Allah ini, Musa ‘Alaihissalampun berteriak di tengah-tengah Bani Israil: “Wahai hamba yang bermaksiat kepada Allah semenjak 40 tahun, keluarlah kehadapan kami, alasannya adalah engkau tragedi kemarau berkepanjangan dan hujan tak kunjung turun”. Seorang laki-laki yang tidak ikut keluar bareng kaumnya sadar jikalau dirinya yang dimaksud dalam teriakan Nabiyullah Musa ‘Alaihissalam, beliau aib tidak berani keluar, maka tak seorangpun terlihat keluar di hadapan manusia dikala itu. Batin laki-laki inipun berkata: “bila aku keluar kehadapan manusia, maka akan terbuka rahasiaku, jikalau aku tidak berterus terperinci, maka hujanpun tak akan turun, kemarau akan semakin berkepanjangan”. Lelaki ini gundah gulana, tak sadar air matanya menetes, ia menangis menyesali tindakan maksiatnya dan batinnya berkata: “Ya Allah, saya telah bermaksiat terhadap-Mu selama 40 tahun, selama itu pula Engkau menutupi aibku, sangat mulai dikala ini aku menyesal dan bertaubat kepadaMu, maka terimalah taubatku.”
=>
Khutbah Idul Adha yang Menggugah Hati: Menjadi Manusia Cerdas
Selang sesaat sesudah legalisasi taubat tersebut, awan tebal bermunculan, semakin tebal menghitam dan turunlah hujan dengan sungguh deras. Pemuka Bani Israil dan kaumnya bersorak bangga saling berpelukan bermandikan hujan. Nabi Musa ‘Alaihissalam heran, kemudian berkata: “Ya Allah, Engkau telah turunkan hujan terhadap kami, tetapi tak seorangpun yang keluar di hadapan insan.”Lalu Allah berfirman kepada Musa ‘Alaihissalam: “Wahai Musa, hambaku telah mengakui dosanya dan bertaubat, Aku sudah mendapatkan taubatnya, karena kemaksiatannya Aku menahan hujan, dan alasannya pengukuhan serta penyesalannya, Aku menurunkan hujan. “Nabiyullah Musa ‘Alaihissalam berkata lagi:”YaRabb, tunjukkan padaku lelakiitu. “Allah berfirman: “Wahai Musa, Aku sudah menutupi aibnya padahal ia bermaksiat kepada Ku selama 40 tahun, apakah sekarang Aku membuka ‘aibnya sedangkan beliau telah menyesali dan bertaubat kepadaKu?
Nukilan kisah di atas mengajarkan kepada kita bagaimana Maha Suci Allah yang Maha Pengasih lagi Penerima Taubat yang telah menutupi aib hamba-hambaNya. Cobalah direnungkan jika Allah tidak menutup aib kita, kemana kita membawa tampang dihadapan manusia lainnya alasannya menanggung rasa malu terbongkarnya malu. Allah Maha Tahu yang tersurat dan tersirat dari diri kita, tak secuil kemaksiatan dan dosa kita yang tidak diketahuiNya. Boleh jadi dimata manusia lainnya kita dinilai sangat ‘alim dan bertaqwa, padahal dalam ilmu Allah kita hamba yang malas, beribadah hanya untuk mendapat sanjungan dari manusia. Boleh jadi di mata insan lainnya kita seorang hartawan yang dinilai sangat senang memberi, padahal dimata Allah kita seorang yang bakhil dan riya’. Boleh jadi di mata manusia kita seorang yang besar lengan berkuasa, padahal kita ialah insan yang tak henti-hentinya berkeluh kesah.
Tak ada kalimat yang lebih pantas melainkan rasa syukur kita terhadap Allah Yang Maha Tahu segala perbendaharaan langit dan bumi, yang telah dan masih menutupi malu kita sampai ketika ini. Bercermin dan tanyakan pada diri, siapakah kita? Tak sadarkah bahwa selama ini Allah sudah mempertahankan marwah kita, tetapi kita tidak merasakannya. Tak sadarkah kita, dikala sedang asyik masyuk membuka malu saudara muslim yang lain, malu kita bergotong-royong juga menggunung. Begitu gampangnya kita menyebarluaskan aib dan keburukan saudara sendiri, merasa seakan diri ini lebih suci, lebih alim, lebih taqwa, kemudian senang mempergunjingkan keburukan saudara kita dengan berbagai kepentingan untuk menciptakan malu dan menjatuhkan harkat martabat kerabat sendiri. Dengan kesadaran ini, kita gelorakan spirit usulan-menasehati sesame muslim dalam ketaqwaan dan ketekunan. Rasulullah Muhammad Sallahu‘Alaihissalam dalam hadisnya dari Ibnu Umar bersabda: “Barangsiapa menutupi malu saudara muslim, maka Allah akan menutupaibnya”. (HR. Bukhari).
Terakhir, terdapat tiga keistimewaan yang mampu dicapai jika mana kita menutupi aib kerabat muslim, yakni:
- 1). Allah menutupi malu kita di akhirat kelak.
Hal ini sebagaimana hadis Rasulullah Sallahu‘Alaihissalam: “Tidaklah seseorang menutupi aib orang lain di dunia, melainkan Allah akan menutupiaibnya di hari akhir zaman kelak.” (HR. Muslim). Dalam periwayatan Ahmad dan Ibnu Majah: “Barangsiapa menutupi malu saudara muslim di dunia, Allah menutupi aibnya pada hari akhir zaman.” (HR. Ahmad). “Barangsiapa menutupi malu kerabat muslim, Allah akan menutupi aibnya pada hari akhir zaman, dan barangsiapa mengumbar malu saudara muslim, maka Allah akan mengumbar aibnya sehingga terbukalah kejelekannya di dalam rumahnya.” (HR. IbnuMajah)
- 2). Allah menutupi malu kita di dunia.
Berdasarkan hadis riwayat Ibnu Majah, Rasulullah Muhammad Sallahu‘Alaihissalam bersabda: “Barangsiapa menutupi malu seorang muslim, maka Allah akan menutupi malu orang tersebut di dunia dan alam baka.” (HR. IbnuMajah). Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Tirmidzi: “Barangsiapa yang mengendorkan atau menetralisir kesulitan-kesulitan duniawi seorang muslim, maka Allah akan meringankan/menghilangkan baginya kesulitan di alam baka kelak. Barangsiapa yang memperlihatkan akomodasi bagi orang yang mengalami kesusahan di dunia, maka Allah akan memudahkan baginya fasilitas persoalan di dunia dan alam baka. Dan barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim ketika di dunia, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah akan senantiasa menolong seorang hamba selagi ia membantu saudaranya.” (HR. Tirmidzi)
- 3). Menutup malu saudara sendiri mirip membangkitkan kembali bayi yang dikubur hidup-hidup.
Rasulullah Sallahu‘Alaihissalam bersabda: “Siapa melihat aurat (malu orang lain) kemudian menutupinya, maka seakan-akan ia membangkitkan bayi yang dikubur hidup-hidup.” (HR. Abu Daud)
Semoga melalui
Khutbah Jumat Kisah Inspiratif ini menjadi ‘itibar atau peringatan terhadap kita untuk selalu memperbaiki kualitas diri dan berupaya untuk tidak membuka dan mempergunjingkan aib saudara muslim atau senang dengan terbukanya malu orang lain. Setiap kita tidak ada yang menghendaki aibnya dibuka dan dimengerti orang lain, mengapa pula kita senang mengumbar malu orang lain. Ingatlah, Allah telah dan masih menutupi aib kita hingga dikala ini.