Kemarau New Rollies

pohon secara membabi buta sejauh mata memandang Kemarau New Rollies
Saat melaksanakan perjalanan Bandung-Jakarta, pencabik bas New rollies yang aktraktif di pentas Oetje F. Tekol sering menyaksikan penebangan pohon-pohon secara membabi buta sejauh mata menatap. Kiri kanan jalan yang umumnya tampakhijau sekarang berubah muram kecoklatan. Di koran maupun majalah, Oetje pun sering membaca soal penebangan hutan secara liar. Ini dialami Oetje di tahun 1977. Mendadak Oetje pun tersentak. Sebentuk melodi pun secara tiba-datang menyembul dari alam imajinasinya. Oetje bahkan sudah mendapatkann sebaris lirik yang berulang-ulang. “Mengapa, mengapa hutanku hilang/dan tak pernah berkembang lagi.”

Sebagai lagu yang isinya bermuatan kritik kepada kesewenangan hutan dan lingkungan ini, Oetje merasa pas jika lagu ini dimainkan dalam gaya country folk yang bertumpu pada kekuatan gitar.

Lagu yang kemudian bertajuk “Kemarau” ini pun siap untuk dimasukan dalam formasi lagu yang hendak dibawakan New Rollies dalam album “Dansa Yok Dansa” yang dirilis Musica Studios’s pada tahun 1977. Tapi Oetje mesti menyerah alasannya lagu “Kemarau” versi country ini cuma diletakkan sebagai lagu cadangan saja. dikala New Rollies merilis album New Rollies Vol.3 di tahun 1978,lagi-lagi lagu Kemarau dicoret dalam traclist dianggap kurang besar lengan berkuasa.


Setelah Kemarau diubah dengan aransemen brass section serta contoh funk yang tegas, kesudahannya lagu ini masuk dalam urutan pertama album New Rollies yang dirilis di tahun 1979. Bahkan album ini pun diberi juduk “Kemarau” mendapat Anugrah Kalpataru dari Mentri Lingkungan Hidup Dr. Emil Salim, alasannya liriknya yang dianggap mengkampanyekan gosip lingkungan hidup. Sumber : Rolling Stone Special Collectors Edition 150 Lagu Indonesia Terbaik  Edisi 56 – Desember 2009. Majalahnya dijual Disini 
  Trikora: Pengertian, Latar Belakang, Tujuan, Isi, dan Dampaknya