Formalin mulanya diidentifikasi oleh August Wilhem Von Hoffman pada tahun 1868. August Wilhem Von Hoffman mengidentifikasi formalin saat beliau mengalirkan uap methanol dan air di atas spiral platinum yang panas. Fungsi formalin sebagai desinfektan (pembasmi bakteri) gres didapatkan pada tahun 1888 (Anonim, 2006;Depkes R.I, dan Dirjen POM, 2003).
Formalin merupakan materi kimia yang bersifat toksik, dimana toksisitas formalin sudah dievaluasi oleh berbagai organisasi terkemuka mirip IARC (International Agency For Research on Cancer), ATSR (Agency for Toxic Substances and Disease Registry, USA) dan IPC (International Programme on Chemical Safety). Formalin telah diklasifikasikan oleh IARC ke dalam kelompok senyawa yang beresiko menjadikan kanker (Uzairu, 2009).
Kegunaan Formalin
Menurut Reynold (1982) sebab kesanggupan formalin menghambat perkembangan mikroba, maka dapat dipakai selaku desinfektan yang efektif melawan kuman vegetatif, jamur atau virus, meskipun kurang efektif melawan spora bakteri.
Selain itu menurut Alsuhendra dan Ridawati (2013) kegunaan dari formalin adalah (1) pembasmi atau pembunuh basil sehingga dapat dimanfaatkan untuk pembersih lantai, kapal, gudang dan busana dan pembasmi lalat dan berbagai serangga lain, (2) pengeras lapisan gelatin dan kertas, (3) pengawet poduk kosmetika dan pengeras kuku, sebagai antiseptik untuk mensterilkan peralatan kedokteran, (5) selaku germisida dan fungisida pada flora dan sayuran dan (6) mengawetkan spesimen biologi, termasuk mayat dan kulit.
Bahaya Formalin Bagi Kesehatan
Formalin umumnya digunakan sebagai bahan pengawet jenazah dan berbagai jenis materi industri non makanan.Penggunaan formalin selaku materi pengawet kuliner sungguh membahayakan pelanggan.Tetapi banyak praktek yang tidak bertanggung jawab dilakukan oleh pedagang atau pengolah pangan yang menyertakan formalin sebagai pengawet makanan (Yuliarti, 2007).
Akibat yang ditimbulkan oleh formalin tergantung pada kadar formalin yang terakumulasi di dalam badan. Semakin tinggi kadar formalin yang terakumulasi, kian parah pula akhir yang ditimbulkan. ACGIH (American Conference of Governmental and Industrial Hygienists) memutuskan ambang batas aman formalin dalam badan yaitu 0,4 ppm (Alsuhendra dan Ridawati,2013).
Sedangkan menurut IPCS ( International Programme on Chemical Safety ), lembaga khusus dari tiga organisasi PBB ialah ILO, UNEP dan WHO yang peduli pada keamanan penggunaan materi-materi kimia, bahwa secara lazim ambang batas kondusif formalin dalam makanan yang masih bisa ditolerir dalam tubuh orang cukup umur yakni 1,5 mg hingga 14 mg per hari sedangkan formalin dalam bentuk air minum yang masih mampu ditolerir dalam badan yakni 0,1 ppm (Singgih, 2013).
Menurut Alsuhendra dan Ridawati (2013) beberapa imbas negatif yang ditimbulkan dari keracunan formalin jikalau masuk ke dalam tubuh insan adalah:
- Keracunan yang bersifat akut merupakan efek yang pribadi terlihat balasan jangka pendek, dan gejala yang ditimbulkan yakni hilangnya kesadaran, anuria, muntah, edema laring, ulserasi pada mukosa gastrointestinal,diare, gagal ginjal dan ulserasi pada verbal dan esophagus. Dalam fokus tinggi, formalin dapat menjadikan diare berdarah, kencing darah, muntah darah, iritasi lambung dan hasilnya menjadikan maut.
- Keracunan yang bersifat kronis ialah imbas yang terlihat sesudah terkena dalam jangka waktu yang lama dan berulang, dan tanda-tanda yang ditimbulkan ialah iritasi gastrointestinal, muntah, sakit kepala, sakit perut, nyeri usus dan gangguan peredaran darah. Dalam jangka panjang, keracunan formalin yang bersifat kronis juga dapat menjadikan gangguan menstruasi, infertilisasi, kerusakan pada hati, otak, limpa, pankreas, system syaraf pusat dan ginjal.
Dampak yang mungkin terjadi kalau kadar formalin yang terakumulasi di dalam badan melampaui batas yakni mulai dari terganggunya fungsi sel sampai kematian sel yang selanjutnya menyebabkan kerusakan pada jaringan dan organ tubuh. Pada tahap selanjutnya dapat pula terjadi penyimpangan dari kemajuan sel. Sel-sel tersebut karenanya menjelma sel kanker (Gosselin, 1976). Berdasarkan observasi sebelumnya formalin pada binatang percobaan konkret menyebabkan kanker sehingga disangka formalin kemungkinan dapat mengakibatkan kanker pada insan (Sihombing, 1996).
Kanker dapat terjadi sebab formalin yang bereaksi dengan sel dalam tubuh akan mengacaukan susunan protein atau RNA sebagai pembentukan DNA di dalam tubuh. Apabila susunan DNA berantakan, maka sel-sel akan mengalami perkembangan yang menyimpang sehingga terjadilah kanker (Alsuhendra dan Ridawati, 2013). Tabel berikut memberikan pengaruh formalin kepada kesehatan menurut fokus formalin.