Setiap harinya, kita selalu berinteraksi dengan berbagai orang, mulai dari teman akrab, individu dengan keunikan sendiri, kerabat terdekat, hingga individu yang mendiami lingkungan sekitar kita. Kegiatan bersosialisasi dengan sesama ini kita kenal dengan istilah interaksi sosial.
Daftar Isi
1. Definisi Interaksi Sosial
Sebagai makhluk sosial, manusia secara kodrati memiliki keinginan untuk terus hidup bersama orang lain dalam suatu kelompok atau masyarakat. Tidak ada satu pun individu di dunia ini yang dapat hidup secara mandiri tanpa adanya keterkaitan atau kerja sama dengan orang lain.
Sejak lahir, manusia telah dibekali dengan naluri untuk terhubung dengan sesama, menyadari kekurangannya, dan merasakan kebutuhan akan afiliasi dengan orang lain.
Sebagai contoh, seorang balita memerlukan perawatan dan bantuan dari ibunya karena belum mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Selanjutnya, individu tersebut memerlukan perhatian terkait kesehatan, pendidikan, dan interaksi sosial.
Dari pola ini, terlihat bahwa pada dasarnya kita selalu membutuhkan keberadaan orang lain.
Kehidupan kita memerlukan berbagai aspek, dan semua kebutuhan itu dapat terpenuhi melalui hubungan sosial dengan orang-orang di sekitar kita. Melalui interaksi ini, kita dapat menyampaikan maksud, tujuan, dan cita-cita kita, sambil menerima tanggapan atau reaksi dari pihak lain.
Proses timbal balik (agresi dan reaksi) inilah yang disebut sebagai interaksi sosial. Jadi, apa sebenarnya yang dimaksud dengan interaksi sosial? Interaksi sosial adalah jalinan dinamis yang melibatkan korelasi antara individu dan individu, antara individu dan kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok. Bentuknya bisa berupa kerja sama, kompetisi, atau bahkan konflik.
2. Ragam Interaksi Sosial
Sebagaimana dijelaskan dalam definisi sebelumnya, interaksi sosial selalu melibatkan dua individu atau lebih. Oleh karena itu, terdapat tiga bentuk unik interaksi sosial, yaitu interaksi antara individu dengan individu, antara kelompok dengan kelompok, dan antara individu dengan kelompok.
a. Interaksi antara Individu dengan Individu
Ketika dua individu bertemu, walaupun tanpa melakukan kegiatan spesifik, interaksi sosial sebenarnya telah terjadi. Kesadaran masing-masing pihak terhadap keberadaan pihak lain menciptakan dinamika internal yang unik, seperti aroma minyak bacin, bau keringat, suara sepatu yang melangkah, dan elemen-elemen lain yang memicu reaksi orang lain. Jenis interaksi ini tidak hanya harus bersifat konkret seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tetapi juga dapat bersifat sangat aktual, termasuk dalam bentuk jabat tangan, percakapan yang berkesan, sapaan hangat, dan sebagainya.
b. Interaksi antara Kelompok dengan Kelompok
Interaksi ini terjadi di tingkat kelompok sebagai satu kesatuan, bukan sekadar anggota eksklusif dari suatu kelompok. Artinya, kepentingan individu dalam kelompok tersebut menjadi satu kesatuan yang bekerja sama dengan kepentingan individu dalam kelompok lainnya. Sebagai contoh, pertandingan antartim sepak bola, di mana mereka bermain untuk kepentingan timnya (kelompok).
c. Interaksi antara Individu dengan Kelompok
Interaksi antara individu dan kelompok menampilkan dinamika di mana kepentingan individu berhadapan dengan kepentingan kelompok. Bentuk interaksi ini bervariasi sesuai dengan konteksnya. Misalnya, seorang guru yang mengawasi murid-muridnya saat ujian. Dalam situasi ini, seorang guru sebagai individu bekerjasama dengan murid-muridnya yang berperan sebagai kelompok.
3. Persyaratan Munculnya Interaksi Sosial
Persyaratan utama terjadinya suatu interaksi sosial melibatkan dua elemen penting, yakni kontak sosial dan komunikasi.
a. Kontak Sosial
Kata “kontak” berasal dari bahasa Latin “cum” atau “con” yang berarti bersama, dan “tangere” yang berarti menyentuh. Secara harfiah, kontak memiliki makna gotong royong dalam menyentuh. Dalam perspektif sosiologis, kontak merujuk pada tanda-tanda sosial di mana individu dapat menjalin hubungan tanpa perlu menyentuh secara fisik, seperti berbicara melalui telepon, surat, dan media lainnya. Kontak sosial merupakan aksi individu atau kelompok yang membawa makna bagi pelaku dan penerima, dan penerima merespons dengan reaksi.
Kontak dapat dibedakan berdasarkan cara, sifat, bentuk, dan tingkat relevansinya.
Berdasarkan Cara
Ada dua jenis kontak berdasarkan cara, yaitu kontak langsung dan kontak tidak langsung.
a) Kontak langsung terjadi secara fisik, seperti berbicara, tersenyum, atau menggunakan bahasa tubuh.
b) Kontak tidak langsung melibatkan media atau perantara tertentu, seperti telepon, radio, televisi, surat, dan lainnya.
Berdasarkan Sifat
Dilihat dari sifatnya, terdapat tiga jenis kontak, yaitu kontak antarindividu, antara individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok.
a) Kontak antarindividu, contohnya ketika seorang anak mempelajari kebiasaan dalam keluarganya.
b) Kontak antara kelompok dengan kelompok, misalnya pertandingan bola voli antar siswa SMA di Jakarta.
c) Kontak antara individu dengan kelompok, seperti langkah-langkah seorang guru yang mengajar siswanya untuk memiliki persepsi serupa mengenai suatu permasalahan.
Berdasarkan Bentuk
Dilihat dari bentuknya, ada dua jenis kontak, yaitu kontak positif dan kontak negatif.
a) Kontak positif melibatkan kerja sama, seperti pelayanan baik dari seorang pedagang kepada pelanggannya.
b) Kontak negatif melibatkan konflik, bahkan bisa menyebabkan terputusnya interaksi, seperti yang terjadi dalam perang Lebanon dan Israel.
Berdasarkan Tingkat Hubungan
Berdasarkan tingkat keterkaitannya, terdapat kontak primer dan kontak sekunder.
a) Kontak primer terjadi ketika individu menjalin hubungan secara langsung, seperti bertatap muka atau berjabat tangan.
b) Kontak sekunder melibatkan perantara atau media, bisa berupa orang atau alat. Misalnya, berkomunikasi melalui telepon.
Contoh dari kontak sekunder tidak langsung dapat diilustrasikan melalui kisah berikut: “Toni memberi tahu Sigit bahwa Ani sangat mengagumi permainannya sebagai pemain utama dalam sandiwara terakhir. Sigit menyampaikan terima kasih kepada Ani atas pujian tersebut melalui Toni.” Dari cerita ini, dapat disimpulkan bahwa meskipun Toni tidak pernah bertemu langsung dengan Ani, namun ada interaksi karena keduanya memberikan tanggapan satu sama lain.
b. Komunikasi
Dalam berinteraksi dengan teman-temanmu, pasti kamu juga terlibat dalam proses komunikasi. Jadi, apa sebenarnya yang dimaksud dengan komunikasi? Komunikasi bisa terjadi melalui kata-kata, gerakan fisik, atau bahkan melibatkan ekspresi perasaan. Dari sinilah muncul berbagai perilaku dan istilah perasaan seperti kebahagiaan, keraguan, ketakutan, penolakan, keakraban, dan sebagainya sebagai respons terhadap pesan yang diterima. Saat ada dinamika agresi dan reaksi, itulah yang kita sebut sebagai proses komunikasi. Jadi, komunikasi adalah cara seseorang menyampaikan pesan kepada orang lain dan bagaimana orang lain memberikan interpretasi terhadap sinyal tersebut serta mengwujudkannya dalam sikap.
Meskipun terlihat bahwa komunikasi hampir mirip dengan kontak, namun penting untuk diingat bahwa tidak setiap kontak berarti terjadi komunikasi. Komunikasi memerlukan pemahaman makna pesan dan tujuan bersama antara kedua belah pihak.
Dalam dunia komunikasi, terdapat empat unsur utama, yaitu pengirim, penerima, pesan, dan umpan balik.
- Pengirim (sender) atau sering disebut communicator adalah individu yang mengirimkan pesan kepada orang lain.
- Penerima (receiver) yang biasa disebut communicant adalah individu yang menerima pesan dari sender.
- Pesan (message) adalah isi atau informasi yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima.
- Umpan balik (feedback) adalah respons dari penerima terhadap pesan yang diterima.
4. Uniknya Ciri-Ciri Interaksi Sosial
Interaksi sosial yang diperankan oleh individu sebagai bagian dari masyarakat pada hakikatnya memperlihatkan ragam ciri yang menarik berikut ini.
a. Banyaknya Pelaku: Setiap kali interaksi sosial terjadi, setidaknya melibatkan dua individu yang sedang berinteraksi dan membentuk hubungan.
b. Komunikasi Simbolis: Dalam konteks interaksi sosial, komunikasi melibatkan pertukaran informasi melalui simbol-simbol. Proses ini sering disebut sebagai proses komunikasi, di mana isyarat atau tanda digunakan untuk menyampaikan pesan yang diartikan melalui simbol-simbol.
c. Dimensi Waktu: Interaksi sosial mencakup dimensi waktu, termasuk masa lalu, masa kini, dan masa depan, yang memberikan karakteristik pada aksi yang tengah berlangsung. Pembatasan oleh dimensi waktu membantu menentukan sifat dari tindakan yang dilakukan oleh individu yang terlibat dalam interaksi.
d. Tujuan Khusus: Terlepas dari sejalan atau tidaknya tujuan dengan pengamatan luar, interaksi sosial melibatkan individu-individu dengan tujuan-tujuan tertentu. Ini bisa mencakup eksplorasi isu-isu, pertemuan santai, atau tujuan lainnya sesuai dengan harapan mereka yang terlibat dalam interaksi.
5. Faktor-Faktor Pendorong Interaksi Sosial yang Unik
Interaksi sosial di dalam masyarakat disokong oleh berbagai aspek menarik, di antaranya imitasi, sugesti, identifikasi, simpati, motivasi, dan empati. Faktor-faktor ini tidak hanya beroperasi secara independen, tetapi juga saling terhubung.
a. Imitasi
Imitasi merupakan bentuk meniru perilaku, gaya hidup, atau penampilan orang lain. Awalnya, tindakan ini dimulai di dalam lingkungan keluarga, dengan meniru kebiasaan-kebiasaan anggota keluarga lainnya, terutama orang tua. Imitasi berkembang ke lingkup yang lebih luas, seperti masyarakat, dengan dukungan perkembangan media, seperti televisi dan radio. Dalam konteks interaksi sosial, imitasi dapat memiliki dampak positif, mendorong individu untuk mengikuti norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku, sehingga menciptakan harmoni dan keteraturan sosial.
Namun, imitasi juga dapat memiliki dampak negatif jika yang ditiru adalah perilaku menyimpang. Ini dapat menyebabkan berbagai bentuk penyimpangan sosial di masyarakat, yang pada gilirannya dapat merongrong fondasi kehidupan sosial budaya. Imitasi berlebihan bahkan dapat menghambat atau bahkan mematikan kreativitas individu.
b. Sugesti
Sugesti melibatkan penanaman pandangan atau pengaruh tertentu oleh seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu, sehingga individu tersebut mengikuti persepsi atau pengaruh tersebut tanpa melakukan pemikiran kritis dan rasional. Sugesti terjadi karena penerima pengaruh itu tergerak secara emosional, dan emosi ini umumnya menghalangi kemampuan berpikir rasional.
Sugesti seringkali dilakukan oleh individu yang berwibawa, memiliki sifat otoriter, atau berasal dari kelompok dominan dalam masyarakat. Selain itu, sugesti dapat dilakukan oleh orang dewasa atau orang tua terhadap anak-anak, serta melalui iklan di berbagai media massa. Sebagai contoh, seorang dokter anak yang meyakinkan atau memengaruhi pasiennya untuk minum obat agar cepat sembuh.
c. Identifikasi
Identifikasi adalah kecenderungan atau keinginan seseorang untuk menjadi serupa dengan tokoh idolanya. Identifikasi merupakan langkah lebih lanjut dari imitasi dan sugesti. Melalui identifikasi, seseorang mencoba menempatkan dirinya dalam posisi orang lain atau ‘mengidentikkan’ dirinya dengan orang lain. Proses identifikasi tidak hanya mencakup peniruan perilaku, tetapi juga adopsi doktrin dan nilai-nilai yang dianut oleh orang tersebut sebagai keyakinan dan nilai sendiri. Oleh karena itu, proses identifikasi dapat membentuk kepribadian seseorang.
Bagaimana proses identifikasi berlangsung? Proses ini terjadi dalam kondisi di mana individu yang melakukan identifikasi memiliki pemahaman yang mendalam terhadap orang yang dijadikan panutan atau idolanya, baik secara personal maupun melalui media seperti televisi. Sebagai contoh, seorang remaja yang mengubah gaya berpakaian, cara berbicara, dan gaya rambut sesuai dengan idola artisnya. Ia mengidentifikasi dirinya dengan artis tersebut.
d. Simpati
Simpati adalah perasaan ‘tertarik’ yang muncul dalam diri seseorang dan kemampuan untuk merasakan diri kita seolah-olah berada dalam situasi orang lain. Simpati dapat ditunjukkan terhadap individu, kelompok, atau lembaga. Dalam simpati, seseorang turut merasakan apa yang dialami, dilakukan, dan dirasakan oleh orang lain. Sebagai contoh, kita merasa sedih melihat penderitaan saudara-saudara kita yang terkena bencana alam gempa dan tsunami di Pangandaran, Tasikmalaya, Jawa Barat.
e. Motivasi
Motivasi adalah dorongan, rangsangan, atau pengaruh yang diberikan oleh individu kepada individu lain, sehingga individu yang menerima motivasi menuruti atau melaksanakan apa yang diberikan tersebut secara kritis, rasional, dan bertanggung jawab. Motivasi juga dapat diberikan oleh individu kepada kelompok, kelompok kepada kelompok, atau bahkan masyarakat kepada individu. Sebagai contoh, untuk memotivasi semangat belajar siswanya, seorang guru menunjukkan peran-tugas yang terkait dengan materi yang telah diajarkan.
f. Empati
Empati adalah proses psikologis seseorang untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain, baik sukacita maupun kesedihan. Sebagai contoh, ketika melihat orang tua teman kita meninggal dunia, kita tentu merasakan penderitaan dan kesedihan teman kita. Kita seakan-akan ikut merasakan kehilangan seperti yang dialami oleh teman kita.
6. Dinamika Unik Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Menurut perspektif Gillin dan Gillin, terdapat dua jenis proses sosial yang muncul akibat interaksi sosial, yaitu proses asosiatif dan proses disosiatif.
a. Proses Asosiatif
Pada dasarnya, proses ini cenderung menyatukan individu dan membangun solidaritas di antara anggota kelompok.
Dikenal empat bentuk proses asosiatif, yaitu kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.
Kerja Sama (Cooperation)
Kerja sama adalah bentuk interaksi sosial yang mendasar. Dilakukan oleh individu dalam kelompok dengan tujuan memudahkan pencapaian kepentingan mereka. Ini merupakan upaya bersama antarindividu atau kelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama terjadi sejak manusia berinteraksi dengan sesamanya, dimulai dalam lingkungan keluarga dan berkembang dalam masyarakat yang lebih luas. Situasi-situasi tertentu memicu terjadinya kerja sama dalam masyarakat, seperti:
a) Keadaan alam yang mendesak, seperti kejadian tragedi.
b) Ancaman bersama dari luar daerah.
c) Pekerjaan yang memerlukan banyak tenaga kerja.
d) Kegiatan keagamaan yang dianggap sakral.
Bentuk-bentuk kolaborasi dalam masyarakat melibatkan tawar-menawar, kooptasi, koalisi, dan usaha patungan.
a) Tawar-menawar (bargaining) adalah perjanjian atau kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat melalui diskusi, tawaran, dan lainnya.
b) Kooptasi (cooptation) merupakan proses penerimaan elemen baru oleh pemimpin organisasi sebagai langkah untuk mencegah guncangan atau kekacauan dalam suatu organisasi.
c) Koalisi (coalition) adalah gabungan dua organisasi atau lebih yang memiliki tujuan yang serupa. Koalisi dapat menciptakan kondisi tidak stabil untuk sementara waktu karena organisasi yang terlibat mungkin memiliki struktur yang berbeda.
d) Usaha patungan (joint venture) adalah kolaborasi dalam menjalankan proyek-proyek tertentu, seperti pengeboran minyak, pembangunan jembatan layang, pembangunan hotel, dan sebagainya.
Penyesuaian Dinamis sebagai Seni Interaksi
Akomodasi bukan sekadar proses sosial biasa, tetapi sebuah seni interaksi di mana dua atau lebih individu atau kelompok berupaya untuk beradaptasi satu sama lain, menghindari gegap gempita dengan cara mengurangi, mengatasi, atau menghentikan ketegangan yang mungkin timbul atau sudah ada, guna mencapai kestabilan dan keseimbangan.
Lantas, apa tujuan dari seni penyesuaian ini? Akomodasi memiliki beberapa tujuan yang menarik, antara lain:
a) Mengurangi konflik antara dua pihak atau individu. b) Mencegah terjadinya pertentangan secara sementara. c) Membuka peluang untuk kolaborasi antarindividu atau kelompok sosial. d) Membangun integrasi antara kelompok sosial yang berlawanan (terpisah), seperti melalui perkawinan campuran (amalgamasi).
Berbagai bentuk penyesuaian mencakup koersi, kompromi, arbitrasi, mediasi, konsiliasi, toleransi, stalemate, adjudikasi, rasionalisasi, gencatan senjata, segregasi, dan dispasement.
a) Koersi (coercion) adalah bentuk penyesuaian yang dilakukan melalui paksaan. Artinya, ada dorongan kehendak oleh pihak tertentu kepada pihak lain yang berada dalam posisi lebih rendah. Pelaksanaannya dapat bersifat fisik maupun psikologis.
b) Kompromi (compromise) adalah bentuk penyesuaian di mana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutan mereka agar tercapai penyelesaian konflik.
c) Arbitrasi (arbitration) adalah bentuk penyesuaian yang melibatkan pihak ketiga netral untuk mencapai penyelesaian konflik.
d) Mediasi (mediation), serupa dengan arbitrasi, tetapi dalam mediasi, pihak ketiga netral yang bertindak sebagai penengah tidak memiliki kewenangan untuk memberikan keputusan penyelesaian konflik antara pihak-pihak yang berselisih.
e) Konsiliasi (conciliation) adalah upaya membawa harapan-harapan pihak-pihak yang berselisih untuk mencapai kesepakatan bersama.
f) Toleransi (tolerance) adalah bentuk penyesuaian tanpa kesepakatan formal. Terkadang, toleransi muncul secara spontan dan tanpa perencanaan sebelumnya.
g) Stalemate adalah bentuk penyesuaian di mana pihak-pihak yang bertentangan, karena memiliki kekuatan sebanding, berhenti pada suatu titik dalam konflik mereka.
h) Adjudikasi (adjudication) adalah penyelesaian sengketa melalui pengadilan atau jalur hukum.
i) Rasionalisasi adalah upaya memberikan alasan atau argumentasi yang terdengar rasional untuk membenarkan tindakan atau langkah-langkah yang mendukung dan dapat memicu konflik.
j) Gencatan senjata (cease-fire) adalah penghentian sementara pertikaian karena alasan tertentu, seperti evakuasi korban, adanya negosiasi perdamaian, dan lainnya.
k) Segregasi adalah usaha untuk saling memisahkan dan menghindari kontak antara pihak-pihak yang berselisih untuk mengurangi ketegangan.
l) Dispacement adalah upaya mengakhiri konflik dengan mengalihkannya ke objek yang sesuai dengan minat masing-masing pihak.
3) Asimilasi
Asimilasi merupakan sebuah proses yang ditandai oleh adanya usaha-perjuangan untuk menghemat perbedaanperbedaan yang terdapat di antara individu-individu atau kalangan individu.
Menurut Koentjaraningrat, proses asimilasi akan terjadi kalau berikut ini.
a) Ada kelompok-kelompok yang berlawanan kebudayaannya.
b) Saling bergaul secara pribadi dan intensif dalam waktu yang cukup usang.
c) Kebudayaan dari kalangan-kelompok tersebut masing-masing mengalami perubahan dan saling mengikuti keadaan.
Ada beberapa aspek yang dapat memudahkan atau mendorong terjadinya asimilasi, di antaranya yaitu selaku berikut.
a) Toleransi, keterbukaan, saling menghargai, dan mendapatkan komponen-unsur kebudayaan lain.
b) Kesempatan yang sepadan dalam bidang ekonomi yang dapat meminimalkan adanya kecemburuan sosial.
c) Sikap menghargai orang gila dengan kebudayaannya.
d) Sikap terbuka dari golongan penguasa.
e) Adanya perkawinan campur dari golongan yang berlawanan (amalgamasi).
f) Adanya lawan dari luar yang harus dihadapi bersama.
Selain itu ada pula beberapa faktor yang dapat menghalangi atau memperlambat terjadinya asimilasi, yakni sebagai berikut.
a) Perbedaan yang sungguh mencolok, mirip perbedaan ras, teknologi, dan perbedaan ekonomi.
b) Kurangnya pengetahuan kepada kebenaran
kebudayaan lain yang sedang dihadapi.
c) Kecurigaan dan kecemburuan sosial kepada golongan lain.
d) Perasaan primordial, sehingga merasa kebudayaan sendiri lebih baik dari kebudayaan bangsa atau golongan lainnya.
4) Akulturasi ( Acculturation )
Di kala globalisasi sekarang ini yang ditandai dengan pesatnya arus info dan komunikasi antarnegara menimbulkan batas antarnegara seakan-akan menjadi tidak ada. Berbagai efek dari sebuah negara mampu dengan mudah masuk ke negara lain. Selain itu aneka macam insiden atau kejadian yang terjadi pada sebuah negara mampu dengan cepat dimengerti oleh negara lain. Dalam hal ini kita tidak dapat menutup diri terhadap berbagai pengaruh, utamanya bagian-komponen kebudayaan yang berasal dari negara lain. Masuknya bagian-unsur kebudayaan gila itu salah satunya mampu menimbulkan sebuah keadaan yang disebut akulturasi.
Akulturasi yakni sebuah keadaan di mana unsur-komponen kebudayaan asing yang masuk lambat laun diterima dan dimasak ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menimbulkan hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri. Dalam akulturasi kita mengenal bagian-unsur kebudayaan yang mudah diterima dan unsur-unsur kebudayaan yang merepotkan diterima. Unsur-unsur apa sajakah itu? Unsur-komponen kebudayaan yang gampang diterima dalam akulturasi di antaranya ialah sebagai berikut.
a) Kebudayaan materiil, misalnya atap masjid Demak yang memakai versi Meru mirip dalam agama Hindu.
b) Kebudayaan yang mudah diubahsuaikan dengan keadaan setempat, contohnya kesenian, olahraga, dan hiburan.
c) Kebudayaan yang pengaruhnya kecil, contohnya versi busana, serpihan rambut, bentuk rumah, model sepatu dan lain-lain.
d) Teknologi ekonomi yang bermanfaat dan mudah dioperasionalkan, seperti traktor, mesin penghitung duit, komputerisasi di bidang akuntansi, dan lain sebagainya.
Sementara itu, komponen-bagian kebudayaan yang merepotkan untuk diterima dalam akulturasi adalah selaku berikut.
a) Unsur kebudayaan yang menyangkut iktikad, ideologi, falsafah atau religi sebuah kelompok.
b) Unsur-komponen yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi. Misalnya makanan pokok dan moral kepada orang yang lebih bau tanah.
b. Proses Disosiatif
Proses disosiatif ialah sebuah proses yang cenderung menjinjing anggota masyarakat ke arah perpecahan dan mengendorkan solidaritas di antara anggota-anggotanya.
Kita mengenal tiga bentuk proses disosiatif, adalah kompetisi, kontravensi, dan konflik.
1) Persaingan ( Competition )
Persaingan ialah suatu proses sosial di mana individu atau golongan mencari keuntungan lewat bidang-bidang kehidupan yang pada abad tertentu menjadi pusat perhatian umum, tanpa menggunakan bahaya atau kekerasan. Persaingan mesti dikerjakan dengan berpedoman pada nilai dan norma yang berlaku dalam penduduk . Hal-hal yang dapat menimbulkan terjadinya kompetisi atau persaingan antara lain selaku berikut.
a) Perbedaan usulan perihal hal yang sangat mendasar.
b) Perselisihan paham yang mengganggu harga diri dan pujian masing-masing pihak yang ditonjolkan.
c) Keinginan kepada sesuatu yang jumlahnya sungguh terbatas atau menjadi pusat perhatian biasa .
d) Perbedaan tata cara nilai dan norma dari kalangan masyarakat.
e) Perbedaan kepentingan politik kenegaraan, baik dalam negeri maupun mancanegara.
2) Kontravensi ( Contravention )
Kontravensi yakni sebuah proses komunikasi antarmanusia, di mana antara pihak yang satu dengan pihak yang lain telah terdapat benih ketidaksesuaian, namun di antara pihak-pihak yang terlibat itu saling menyembunyikan sikap ketidaksesuaiannya. Namun apabila tidak saling berhadapan, benih-benih ketidaksesuaian itu ditampakkan secara jelas kepada pihak ketiga. Biasanya kontravensi dibilang pula selaku suatu proses sosial yang berada di antara kompetisi dan konflik.
Menurut Leopold Von Wiesse dan Howard Becker, proses kontravensi itu bertingkat-tingkat hingga makin mahir dan nyaris mendekati bentuk kompetisi dan pertentangan. Tahukah kau bagaimana tingkatan kontravensi itu?
Ada lima tingkatan kontravensi, adalah general contravention, medial contravention, intensive contra vention, misterious contravention, dantactical contravention.
a) General contravention, contohnya penolakan, keengganan, perlawanan, tindakan menghalang-halangi, protes, gangguan-gangguan, tindakan kekerasan, dan mengacaukan rencana pihak lain.
b) Medial contravention, misalnya menyangkal pernyataan orang lain di tampang lazim, memaki-maki orang lain, mencerca, memfitnah dengan melemparkan beban pembuktian kepada pihak lain, dan seterusnya.
c) Intensive contravention, misalnya menghasut, mengembangkan desas-desus, mengecewakan pihak lain, dan lain sebagainya.
d) Misterious contravention, contohnya membuka belakang layar pihak lain pada pihak ketiga, berkhianat, dan lainlain.
e) Tactical contravention, contohnya mengagetkan lawan, mengusik atau membingungkan pihak musuh secara sembunyi.
Kita mengenal tiga tipe kontravensi, yakni kontravensi antargenerasi, kontravensi antarkelompok, dan kontravensi jenis kelamin.
a) Kontravensi antargenerasi, contohnya perbedaan pendapat antara golongan renta dengan golongan muda perihal masuknya komponen-komponen budaya asing.
b) Kontravensi antarkelompok, contohnya perbedaan kepentingan antara kalangan lebih banyak didominasi dan kelompok minoritas.
c) Kontravensi jenis kelamin, misalnya perbedaan pertimbangan antara kelompok laki-laki dan perempuan wacana cuti hamil dan melahirkan.
3) Konflik ( Conflict )
Istilah ‘pertentangan’ berasal dari kata Latin ‘configere’ yang memiliki arti saling menghantam. Dalam pemahaman sosiologi, konflik dapat didefinisikan selaku sebuah proses sosial di mana dua orang atau golongan berupaya menyingkirkan pihak lain dengan jalan merusak atau menjadikannya tidak berdaya.
Menurut Robert M.Z. Lawang, konflik adalah usaha untuk memperoleh hal-hal yang langka seperti nilai, status, kekuasaan, dan sebagainya, di mana tujuan mereka yang berkonflik itu tidak hanya untuk memperoleh keuntungan, namun juga untuk menundukkan pesaingnya. Konflik merupakan keadaan yang masuk akal dalam setiap masyarakat. Tidak ada orang atau penduduk yang tidak pernah mengalami pertentangan dalam hidupnya.
a) Sebab-Sebab Terjadinya Konflik
Hal-hal yang dapat mengakibatkan terjadinya konflik antara lain sebagai berikut.
(1) Adanya perbedaan kepribadian di antara mereka yang terlibat pertentangan, balasan adanya perbedaan latar belakang kebudayaan.
(2) Adanya perbedaan pendirian atau perasaan antara individu yang satu dengan individu lainnya.
(3) Adanya perbedaan kepentingan individu atau golongan di antara mereka.
(4) Adanya perubahan-perubahan sosial yang cepat dalam penduduk karena adanya perubahan nilai atau sistem yang berlaku.
b) Akibat Konflik
Konflik dapat menimbulkan hal yang konkret maupun hal yang negatif. Hal itu tergantung apa
bentuk konflik itu dan dari mana kita memandangnya
Secara umum pertentangan mampu menyebabkan akhir berikut ini.
(1) Bertambah kuatnya rasa solidaritas di antara sesama anggota golongan. Hal ini biasanya
dicapai apabila terjadi pertentangan antarkelompok dalam penduduk .
(2) Hancur atau retaknya kesatuan kalangan. Hal ini umumnya timbul dari konflik yang terjadi di
antara anggota dalam suatu kelompok.
(3) Adanya perubahan kepribadian individu.
(4) Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban insan.
c) Cara Pemecahan Konflik
Selain cara-cara kemudahan yang sudah kita bahas bersama di muka, masih ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk memecahkan atau menuntaskan pertentangan, di antaranya elimination, subjugation atau domination, majority rule, minority consent, dan integrasi.
(1) Elimination, mempunyai arti pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat dalam pertentangan antara lain,
dengan ucapan ‘kami mengalah’, ‘kami mundur’, ‘kami keluar’, dan sebagainya.
(2) Subjugation atau domination, memiliki arti orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat memaksa orang atau pihak lain untuk menaatinya, terutama pihak yang lemah.
(3) Majority rule, mempunyai arti suara terbanyak yang diputuskan lewat pemungutan bunyi atau voting yang akan menentukan keputusan tanpa memikirkan argumentasi.
(4) Minority consent, berarti ada kelompok mayoritas yang menang, tetapi kalangan minoritas tidak merasa dikalahkan dan mendapatkan keputusan, serta setuju untuk melaksanakan kegiatan bareng .
(5) Integrasi, memiliki arti pertimbangan -usulan yang berlawanan didiskusikan, diperhitungkan, dan ditelaah kembali hingga kelompok yang saling bertentangan mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua pihak.
d) Bentuk-Bentuk Konflik
Di dalam kehidupan penduduk , terdapat beberapa bentuk pertentangan, ialah konflik langsung, politik, rasial, antarkelas sosial, dan konflik yang bersifat internasional.
(1) Konflik eksklusif adalah konflik yang terjadi di antara individu karena dilema-duduk perkara eksklusif. Misalnya individu yang terlibat utang, atau duduk perkara pembagian warisan dalam keluarga.
(2) Konflik politik yaitu pertentangan antarpartai politik alasannya perbedaan ideologi, asas usaha, dan citacita politik. Misalnya bentrokan antarpartai politik pada dikala kampanye.
(3) Konflik rasial adalah pertentangan yang terjadi di antara golongan ras yang berlainan alasannya kepentingan dan kebudayaan yang saling bertabrakan. Misalnya konflik antarsuku yang terjadi di Timika, Papua.
(4) Konflik antarkelas sosial yaitu konflik yang disebabkan hadirnya perbedaan-perbedaan kepentingan, contohnya konflik antara buruh dengan majikan.
(5) Konflik yang bersifat internasional ialah pertentangan yang melibatkan beberapa golongan negara (blok) alasannya adalah perbedaan kepentingan masing-masing. Misalnya pertengkaran negara Israel dan Lebanon yang melibatkan beberapa negara besar.
7. Aturan-Aturan dalam Interaksi Sosial
Dalam kajian sosiologis, ada beberapa aturan tentang interaksi sosial yang berlainan dengan faktor yang memengaruhi interaksi yang sudah kita diskusikan di tampang. Karp dan Yoels (1979) menyatakan tiga jenis aturan dalam interaksi sosial, ialah hukum perihal ruang, waktu, dan gerak badan.
a. Aturan Mengenai Ruang
Karp dan Yoels mendasarkan teorinya pada karya Edward T. Hall perihal rancangan jarak sosial. Menurut Hall, dalam suasana sosial orang condong memakai empat macam jarak, yaitu jarak intim, jarak pribadi, jarak sosial, dan jarak publik.
1) Jarak Intim (sekitar 0-45 cm)
Dalam jarak intim terjadi keterlibatan intensif pancaindera dengan tubuh orang lain. Contohnya dua orang yang melaksanakan olahraga jarak bersahabat, seperti sumo dan gulat. Apabila seseorang terpaksa berada dalam jarak intim, mirip di dalam bus atau kereta api yang sarat sesak, ia akan berupaya sebisa mungkin menghindari kontak tubuh dan kontak persepsi mata dengan orang di sekitarnya.
2) Jarak Pribadi (sekitar 45 cm-1,22 m)
Jarak eksklusif condong dijumpai dalam interaksi antara orang yang berhubungan erat, mirip suami isteri atau ibu dan anak.
3) Jarak Sosial (sekitar 1,22 m-3,66 m)
Dengan jarak sosial orang yang berinteraksi dapat berbicara secara wajar dan tidak saling menyentuh. Contohnya interaksi di dalam konferensi santai dengan teman, guru, dan sebagainya.
4) Jarak Publik (di atas 3,66 m)
Umumnya dipakai oleh orang yang mesti tampil di depan lazim, seperti politisi dan artis. Semakin besar jarak, makin keras pula suara yang harus dikeluarkan.
b. Aturan Mengenai Waktu
Setiap masyarakat memiliki makna sendiri ihwal waktu yang mengontrol interaksi seseorang dengan orang lain. Misalnya pada sebuah masyarakat tertentu diketahui adanya ungkapan ‘jam karet’. Bagi mereka, keterlambatan kehadiran bus, pesawat, atau kereta api menjadi hal yang umum. Namun kalau kondisi ini terjadi di negara maju, banyak kegiatan orang menjadi terusik.
c. Aturan Mengenai Gerak Tubuh
Komunikasi nonverbal (tanpa memakai bahasa verbal maupun goresan pena) merupakan bentuk komunikasi pertama bagi insan. Komunikasi ini kadang kala disadari atau tidak, dipakai seseorang untuk memberikan pesan dalam interaksinya dengan orang lain. Contohnya memicingkan mata, menjulurkan lidah, mengangkat pundak, membungkukkan tubuh, menganggukkan kepala, mengerutkan dahi, mengangkat ibu jari, dan yang lain. Namun demikian,
makna komunikasi ini mampu berbeda antara satu penduduk dengan masyarakat yang lain. Oleh alasannya itu, komunikasi nonverbal cuma efektif dijalankan dalam interaksi antaranggota masyarakat yang memiliki pemaknaan yang serupa terhadap gerakan-gerakan tersebut.
8. Interaksi Sosial sebagai Wujud Status dan Peranan Sosial
Dalam interaksi insan di masyarakat, status dan peranan individu mempunyai arti yang penting. Mengapa? Karena langgengnya sebuah masyarakat tergantung pada keseimbangan kepentingan-kepentingan individu tersebut, kaitannya dengan status dan peranan yang ada pada dirinya.
a. Kedudukan (Status)
Status atau kedudukan adalah posisi sosial yang ialah tempat di mana seseorang melakukan kewajibankewajiban dan berbagai aktivitas lain, sekaligus merupakan kawasan bagi seseorang untuk menanamkan harapanharapan. Dengan kata lain status ialah posisi sosial seseorang dalam sebuah kalangan atau penduduk .
Menurut Ralph Linton, dalam kehidupan penduduk dikenal tiga macam status, adalah ascribed status, achieved status, dan assigned status .
1) Ascribed Status
Ascribed status adalah status yang diperoleh seseorang tanpa usaha tertentu. Status sosial demikian biasanya diperoleh alasannya adalah warisan, keturunan, atau kelahiran. Contohnya seorang anak yang lahir dari lingkungan ningrat, tanpa harus berupaya, dia telah dengan sendirinya memiliki status selaku ningrat.
2) Achieved Status
Status ini diperoleh karena suatu prestasi tertentu. Atau dengan kata lain status ini diperoleh seseorang dengan melakukan usaha-perjuangan yang disengaja untuk mengejar-ngejar serta meraih tujuan-maksudnya. Misalnya setiap orang dapat menjadi dokter sehabis memenuhi persyaratanpersyaratan tertentu, mirip lulus selaku sarjana kedokteran.
3) Assigned Status
Assigned status yaitu status yang dimiliki seseorang alasannya adalah jasa-jasanya terhadap pihak lain. Karena jasanya tersebut, orang diberi status khusus oleh lembaga, badan, atau golongan tertentu. Misalnya gelar-gelar seperti pendekar revolusi, peraih kalpataru, dan lainnya.
b. Peranan ( Role )
Dalam hidup bermasyarakat, selain memiliki status yang merefleksikan kedudukanmu, kau juga memiliki peranan-peranan tertentu sesuai dengan status yang melekat pada dirimu. Peranan ialah aspek dinamis kedudukan atau status. Peranan yakni sikap yang diperlukan oleh pihak lain dalam melakukan hak dan keharusan sesuai dengan status
yang dimilikinya. Misalnya di rumah kamu berstatus selaku seorang anak yang mempunyai peranan untuk menaati dan mematuhi pesan yang tersirat orang tua, menolong pekerjaan rumah orang renta, tidak melanggar peraturan dalam keluarga, dan lain-lain.
Interaksi sosial yang ada di dalam masyarakat merupakan relasi antara peranan-peranan individu dalam penduduk . Ada tiga hal yang tercakup dalam peranan, yaitu selaku berikut.
1) Norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau kedudukan seseorang dalam masyarakat.
2) Suatu rancangan tentang apa yang mampu dilaksanakan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3) Perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.
9. Hubungan antara Tindakan dan Interaksi Sosial
Tahukah kau, bagaimana hubungan antara langkah-langkah sosial dengan interaksi sosial? Merujuk pada pengertian langkah-langkah sosial dan interaksi sosial yang telah kita bahas di wajah menunjukkan dengan terang bahwa di antara keduanya mempunyai kekerabatan yang tidak terpisahkan. Tindakan sosial ialah tindakan yang dipengaruhi oleh orang lain untuk mencapai
tujuan dan maksud tertentu, sedangkan interaksi sosial yaitu relasi yang terjadi selaku balasan dari tindakan individuindividu dalam masyarakat.
Tidak semua tindakan yang dikerjakan oleh manusia dibilang sebagai interaksi sosial. Misalnya goresan yang terjadi di jalan raya. Tabrakan itu bukan merupakan interaksi sosial sebab tidak ada aksi dan reaksi. Namun kalau sehabis terjadinya tabrakan itu mereka saling membantu atau justru saling laga, maka langkah-langkah itu menjadi interaksi sosial. Mengapa? Karena terjadi kekerabatan timbal balik yang disebabkan oleh adanya tindakan (agresi) dan jawaban (reaksi) antara dua pihak. Tanpa langkah-langkah, mustahil ada relasi. Makara, tindakan merupakan syarat mutlak terbentuknya kekerabatan timbal balik atau interaksi sosial.