close

Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran ialah suatu proses interaksi antara peserta latih dengan pendidik dan banyak sekali sumber mencar ilmu yang ada di lingkungan mencar ilmu tersebut. Menurut pedoman behavioristik dalam Hamdani (2011:23) menyampaikan bahwa: “pembelajaran yakni perjuangan guru membentuk tingkah laku yang dikehendaki dengan menawarkan lingkungan atau stimulus”.

Selanjutnya menurut Gagne,dkk dalam Warsita (2008:266) mengatakan bahwa: pembelajaran ialah suatu metode yang bertujuan untuk membantu proses berguru penerima ajar, yang berisi serangkaian kejadian yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses berguru akseptor bimbing yang bersifat internal.

Lebih lanjut Warsita (2008:266) menerangkan bahwa ada lima prinsip yang menjadi landasan pemahaman pembelajaran ialah:
  1. Pembelajaran selaku perjuangan untuk mendapatkan perubahan sikap. Prinsip ini mengandung makna bahwa ciri utama proses pembelajaran itu yaitu adanya pergantian sikap dalam diri peserta ajar.
  2. Hasil pembelajaran ditandai dengan pergeseran perilaku secara keseluruhan. Prinsip ini mengandung makna bahwa perilaku sebagai hasil pembelajaran mencakup semua aspek perilaku dan bukan cuma satu atau dua faktor saja.
  3. Pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ini mengandung makna bahwa pembelajaran itu merupakan sebuah acara yang berkelanjutan, di dalam acara itu terjadi adanya tahapan-tahapan aktivitas yang sistematis dan terarah.
  4. Proses pembelajaran terjadi alasannya adalah adanya sesuatu yang mendorong dan adanya sebuah tujuan yang akan dicapai.
  5. Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman.

Berdasarkan usulan tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu perjuangan yang dikerjakan oleh pendidik dalam membelajarkan peserta ajar sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik.

Ciri-Ciri Pembelajaran

Darsono dalam Hamdani (2011:47) berpendapat bahwa ciri-ciri pembelajaran ialah sebagai berikut:
  1. Pembelajaran dilaksanakan secara sadar dan direncanakan dengan sistematis.
  2. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam berguru.
  3. Pembelajaran mampu menyediakan bahan berguru yang menarik perhatian dan menantang siswa.
  4. Pembelajaran mampu memakai alat bantu mencar ilmu yang sempurna dan menarik.
  5. Pembelajaran dapat membuat situasi berguru yang aman dan menggembirakan bagi siawa.
  6. Pembelajaran mampu menciptakan siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik maupun secara psikologi.
  7. Pembelajaran menekankan keaktifan siswa.
  8. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan sengaja.

Oleh karena itu, pembelajaran niscaya mempunyai tujuan yakni menolong siswa semoga menemukan aneka macam pengalaman dan dengan pengalaman itu, tingkah laris siswa bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya. Tingkah laris ini meliputi pengetahuan, keterampilan dan nilai atau norma yang berfungsi pengendali sikap dan sikap siswa.

Komponen-komponen Pembelajaran

Karena pembelajaran merupakan sebuah proses, maka dalam proses pembelajaran ada beberapa bagian yang saling berinteraksi satu dengan lainnya sehingga disebut selaku tata cara. Sebagai suatu sistem, proses berguru itu saling berkaitan dan melakukan pekerjaan sama untuk mencapai tujuan yang ingin dicapainya.

Komponen-bagian proses pembelajaran yakni:
  1. Tujuan
    Tujuan yaitu suatu impian atau cita-cita yang ingin diraih dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tidak ada sebuah kegiatan pembelajaran yang tidak memiliki tujuan, dan hal ini sudah dipersiapkan oleh seorang guru sebelum acara pembelajaran yang tertera dalam planning pembelajaran yang dirumuskan melalui tujuan pembelajaran khusus.
  2. Materi Pembelajaran
    Materi pelajaran merupakan substansi yang akan dihidangkan dalam kegiatan pembelajaran. Tanpa bahan pembelajaran acara pembelajaran tidak akan berjalan. Karena itu, guru yang mau mengajar mesti mempunyai dan menguasai bahan pelajaran yang hendak disampaikan terhadap siswa.
  3. Pendekatan, Model, Strategi, Metode, Teknik
    Komponen yang ketiga ini memiliki fungsi yang sangat memilih. Keberhasilan pencapaian tujuan sangat diputuskan oleh komponen ini. Bagaimanapun lengkap dan jelasnya unsur lain, tanpa dapat diimplementasikan melalui strategi yang tepat, maka unsur-unsur tersebut tidak akan mempunyai makna dalam proses pencapaian tujuan.
  4. Media
    Media ialah wahana penyalur isu mencar ilmu atau penyalur pesan. Dalam proses pembelajaran kehadiran media memiliki arti yang sungguh penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidak jelasan materi yang disampaikan mampu dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara.
  5. Evaluasi
    Evaluasi bukan saja berfungsi untuk menyaksikan kesuksesan siswa dalam proses pembelajaran, tetapi juga berfungsi sebagai umpan balik bagi guru atas kinerjanya dalam pengelolaan pembelajaran. Melalui evaluasi kita dapat melihat kelemahan dalam pemanfaatan banyak sekali komponen tata cara pembelajaran.

Peran Guru Dalam Proses Pembelajaran

Peran guru dalam proses pembelajaran sangat penting. Sanjaya (2008:21) mengemukakan beberapa peran guru dalam proses pembelajaran, adalah selaku berikut:
  1. Guru sebagai sumber berguru
    Peran sebagai sumber berguru berkaitan dekat dengan penguasaan bahan pembelajaran.
  2. Guru sebagai fasilitator
    Guru berperan dalam memberi layanan untuk membuat lebih mudah siswa dalam aktivitas proses pembelajaran.
  3. Guru sebagai pengurus
    Guru berperan dalam membuat iklim mencar ilmu yang memungkinkan siswa mampu mencar ilmu secara nyaman.
  4. Guru selaku demonstrator
    Peran guru selaku demonstrator yaitu peran untuk mempertunjukkan terhadap siswa segala sesuatu yang mampu membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan.
  5. Guru selaku pembimbing
    Peran guru selaku pembimbing yaitu membimbing siswa biar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya selaku bekal hidup mereka, membimbing siswa agar dapat meraih dan melakukan tugas-peran perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang selaku manusia ideal yang menjadi keinginan setiap orang renta dan penduduk .
  6. Guru selaku motivator
    Guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi mencar ilmu siswa, ialah:
    • Memperjelas tujuan yang ingin diraih
    • Membangkitkan minat siswa
    • Ciptakan suasana yang mengasyikkan dalam mencar ilmu
    • Diberilah kebanggaan yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa
    • Berikan penilaian
    • Berilah komentar kepada hasil pekerjaan siswa
    • Ciptakan persaingan dan kerjasama
  7. Guru sebagai evaluator
    Guru berperan untuk menghimpun data atau gosip wacana kesuksesan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Faktor-aspek yang Berpengaruh Terhadap Sistem Pembelajaran

Sanjaya (2009:52) mengemukakan beberapa faktor yang mampu mempengaruhi proses sistem pembelajaran yaitu: aspek guru, aspek siswa, fasilitas , alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan.

  1. Faktor Guru
    Dalam proses pembelajaran, guru tidak cuma berperan selaku pola bagi siswa yang diajarnya, namun juga sebagai pengurus pembelajaran manager or learning, Sanjaya (2009:52). Oleh kesannya, kesuksesan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh mutu atau kesanggupan guru. Menurut Dunkin dalam Harefa (2010:26) ada sejumlah aspek yang mampu menghipnotis mutu proses pembelajaran dilihat dari faktor guru yakni:
    • Teacher formative experience, mencakup jenis kelamin serta semua pengalaman hidup guru yang menjadi latar belakang sosial mereka.
    • Teacher pembinaan experience, mencakup pengalaman-pengalaman yang bekerjasama dengan acara dan latar belakang pendidikan guru.
    • Teacher properties, segala sesuatu yang bekerjasama dengan yang dimiliki guru.
  2. Faktor Siswa
    Siswa ialah organisme yang unik dan meningkat sesuai dengan tahap perkembangannya. Proses pembelajaran mampu dipengaruhi oleh pertumbuhan anak yang tidak sama. Sanjaya [2009:54] menjelaskan bahwa: Faktor-faktor yang dapat menghipnotis proses pembelajaran dilihat dari aspek siswa mencakup aspek latar belakang siswa disebut pupil formative experience ialah jenis kelamin siswa, dari keluarga yang bagaimana siswa berasal, dan lain-lain, serta faktor sifat yang dimiliki siswa (pupil propeties) yakni kemampuan dasar, pengetahuan, dan perilaku siswa.
  3. Faktor fasilitas dan prasarana
    Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran: contohnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah dan lain sebagainya. Prasarana yakni suatu yang secara tidak langsung dapat mendukung kesuksesan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil, dan lain sebagainya.
  4. Faktor Lingkungan
    Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua aspek yang dapat menghipnotis proses pembelajaran ialah, faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial-psikologis. Faktor organisasi kelas, meliputi jumlah siswa dalam satu kelas. Sedangkan faktor iklim sosial-psikologis ialah keserasian relasi antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran.

Kriteria Keberhasilan Proses Pembelajaran

Mulyasa (2005:132-133) mengemukakan bahwa “keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dalam jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang”. Kriteria-patokan tersebut diuraikan, selaku berikut:

  1. Kriteria jangka pendek
    • Sekurang-kurangnya 75% isi dan prinsip-prinsip pembelajaran mampu dimengerti, diterima dan dipraktekkan oleh para penerima asuh di kelas
    • Sekurang-kurangnya 75% peserta ajar merasa mendapat kemudahan, bahagia dan memiliki kemauan belajar yang tinggi
    • Para peserta latih berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran
    • Materi yang dikomunikasikan sesuai dengan kebutuhan peserta bimbing, dan mereka menatap bahwa hal tersebut akan sungguh berkhasiat bagi kehidupannya kelak
    • Pembelajaran yang dikembangkan dapat menumbuhkan minat berguru para akseptor didik untuk mencar ilmu lebih lanjut (continuing)
  2. Kriteria jangka menengah
    • Adanya umpan balik kepada para guru perihal pembelajaran yang dilakukannya bersama penerima asuh
    • Para akseptor didik menjadi manusia yang kreatif dan bisa menghadapi banyak sekali problem yang dihadapinya
    • Para penerima asuh tidak memberikan imbas negatif kepada masyarakat, lingkungannya dengan cara apapun
  3. Kriteria jangka panjang
    • Adanya peningkatan mutu pendidikan, yang dapat diraih oleh sekolah melalui kemandirian dan inisiatif kepala sekolah, guru dalam mengorganisir dan mendayagunakan sumber-sumber yang tersedia
    • Adanya kenaikan efisiensi dan efektifitas pengelolaan dan penggunaan sumber-sumber pendidikan, lewat pembagian tanggung jawab yang terperinci, transparan dan demokratis
    • Adanya peningkatan tanggungjawab sekolah terhadap pemerintah, orangtua penerima bimbing dan penduduk pada umumnya berkaitan dengan kualitas sekolah, baik dalam intra maupun ekstrakurikuler
    • Adanya kompetisi yang sehat antar sekolah dalam kenaikan mutu pendidikan lewat upaya-upaya kreatif dengan pemberian orangtua, akseptor latih, masyarakat dan pemerintah daerah lokal
    • Tumbuhnya kemandirian dan berkurangnya ketergantungan dikalangan warga sekolah, bersifat adiktif dan produktif, serta memiliki jiwa kewirausahaan yang tinggi giat, inovatif dan berani mengambil resiko
    • Terwujudnya proses pembelajaran yang efektif, yang lebih menekankan pada berguru mengenali (learning to know), belajar berkarya (learning to do), berguru menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup bareng (learning to live together)
    • Terwujudnya iklim sekolah yang aman, nyaman dan tertib, sehingga proses pembelajaran mampu berjalan
    • Adanya proses evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan. Evaluasi secara teratur bukan cuma ditujukan untuk mengenali tingkat daya serap dan kemampuan penerima latih, namun untuk memanfaatkan hasil penilaian belajar tersebut bagi perbaikan dan penyempurnaan proses pembelajaran di sekolah

Lebih lanjut Djamarah dan Zain (2010:107) menjelaskan bahwa keberhasilan proses berguru itu dibagi atas beberapa taraf atau tingkatan adalah:
  1. spesial/maksimal: apabila keseluruhan bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.
  2. Baik sekali/optimal: apabila sebagian besar (76% s.d 99%) bahan pelajaran yang disampaikan mampu dikuasai oleh siswa.
  3. Baik/minimal: bila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d 75% saja dikuasai oleh siswa.
  4. Kurang: kalau materi pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.

Demikian ulasan wacana hakikat pembelajaran. Lanjutkan untuk membaca wacana hakikat mencar ilmu dan pendekatan dan tata cara pembelajaran. Salam Ono Niha – Ya’ahowu.

Barangkali sahabat-teman membutuhkan panduan berikut:

.:: Smoga berguna ::.