Gereja Katedral Kristus Raja : Pembaharuan Gereja Katolik Keuskupan Agung Sintang

Gereja Katedral Kristus Raja Sintang yaitu suatu Gereja Besar yang ada di Jl. Achmad Yani No.8, Tanjung Puri, Tj. Puri, Kec. Sintang, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat 78613. Gereja Katedral Kristus Raja Sintang ialah salah satu Gereja paling besar yang ada di Kalimantan terutama di kalimantan Barat.

Setelah melalui renovasi dan diresmikan kembali tahun 2017 kemarin, Gereja Katedral Kristus Raja Sintang mempunyai frame baru dengan bentuk arsitektur Eropa, dengan mempunyai kemegahan bangunannya dan juga kemegahan arsitekturnya. 

Selain dijadikan sebagai tempat ibadah, Gereja Katedral Kristus Raja Sintang juga sering di kunjungi oleh pelancong yang tiba ke Kota Sintang terutama bagi mereka yang beragama nasrani.

Arsitektur Gereja Katedral Kristus Raja Sintang bisa dilihat dari materi bangunan yang dipakai juga ornamen-pernak-pernik yang disertakan disekeliling gereja. Gereja Katedral Kristus Raja Sintang juga berada didekat pemikiran sungai dan dipusat kota Sintang membuatnya menjadi salah satu icon kota Sintang.

Berdirinya Keuskupan Sintang berawal dari karya misi dan melaksanakan pelayanan terhadap seluruh umat. Adapun tempat untuk melaksanakan pelayanan di Indonesia utamanya di Sintang, Kalimantan Barat. 

Dimulai di kawasan pedalaman daerah Etnis Dayak dan menyebar ke tempat-kawasan lain, tergolong salah satunya di Kabupaten Sintang. Kedua, Melihat dari sejarah perjalanan karya misi yang panjang. Maka, ada cita-cita untuk mendirikan Keuskupan Sintang.

Tahapan yang harus dilakukan adalah memajukan status kawasan Sintang dan Kapuas Hulu menjadi Prefektur Apostolik Sintang pada tahun 1948, dan ditingkatkan lagi menjadi Vikariat Apostolik Sintang pada tahun 1956, sehabis itu mendirikan tahta Keuskupan ialah Gereja Katedral Kristus Raja Sintang yang final dibangun pada tahun 1957, dan barulah ditingkatkan menjadi Keuskupan Sintang yang secara resmi berdiri pada tahun 1961.

  Puisi Pahit Getirnya Kehidupan

Pada mulanya, Agama Kristen masuk ke Kalimantan Barat tidak dibawa oleh Portugis. Tapi dibawa oleh Missionaris Belanda, yang pada ketika itu posisinya Belanda yang juga menjajah di Kalimantan Barat (Ahok, 1981:40). Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan dilema dalam penelitian ini yakni: Pertama, bagaimana latar belakang berdirinya Keuskupan Sintang?.

Banyak hambatan yang menghadang, apalagi lagi pada dikala mereka pertama kali datang di Kalimantan Barat. Kalimantan Barat pada ketika itu masih didominasi oleh hutan yang sungguh rimbun. 

Sedangkan penduduk dayak sendiri kebanyakan tinggal di dalam hutan membentuk suatu perkampungan, dengan memajukan hasil bumi, dengan pertanian karet, padi dan lainya, sampai mengerti metode birokrasi dikala ini.

Untuk menjangkau penduduk dayak para misionaris ini mesti rela melewati sungai-sungai. Sungai kecil alasannya jika lewat hutan pada waktu itu belum ada jalan. Dan seringkali walaupun telah ada masih susah untuk dilalui bagi orang yang baru pertama kali tiba kesana.

Khusus para pastor melayani umat ke kampung- kampung dengan berlangsung kaki, dan melalui sungai dengan memakai spit atau angkutanair yang ada di Kalimantan Barat, bentuknya sejenis dengan bahtera. Maka dengan banyak sekali pengetahuan yang dimiliki, kepemimpinan yang memang berada pada tata cara sosial di masyarakat hendaknya memahami potensi yang dikenali setiap umat yang beragama.