Download Khutbah Jum’at Tentang Semangat Mencari Rezeki Halal

Ma’asyiral muslimin,

Sesungguhnya agama kita yang lurus ini memotivasi kita untuk berusaha menjemput rezeki dengan cara yang halal. Islam ini bukanlah agama yang menuntunkan nganggur-nganggur dan berdiam diri berhadap rezeki tiba. Bukan juga mengajarkan meminta-minta, malas-malasan, menunggu sesuatu tiba. Agama kita mengajarkan agar pemeluknya bekerja dan tidak bersandar pada orang lain.

Allah Ta’ala berfirman,

Artinya: “Dialah Yang mengakibatkan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kau (kembali sehabis) dibangkitkan.” [Alquran Al-Mulk: 15]

Semua yang baik dan halal, pada asalnya Allah ciptakan untuk orang-orang yang beriman. Dan pada hari akhir zaman nanti hal itu murni hanya menjadi hak mereka. Allah Ta’ala berfirman,

Artinya: “Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?” Katakanlah: “Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari akhir zaman”. [Alquran Al-A’raf: 32]

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Maksudnya yaitu hal itu diciptakan untuk hamba-hamba Allah yang beriman dalam kehidupan dunia. Walaupun orang-orang kafir juga merasakannya di dunia. Dan hal ini menjadi hak khusus orang-orang beriman saja pada hari akhir zaman. tidak ada seorang pun orang kafir yang turut serta menikmatinya. Karena surga diharamkan untuk orang-orang kafir.”

Dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Artinya: “Sungguh, seorang yang melakukan pekerjaan memikul seikat kayu bakar di punggungnya, itu lebih baik ketimbang ia meminta-minta terhadap orang lain. Bisa jadi orang itu memberinya atau tidak memberinya.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim].

Dari Rifa’ah bin Rafi’,

Artinya: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Pekerjaan apa yang terbaik”? Beliau menjawab, “Hasil usaha seseorang dengan tangannya sendiri. Dan setiap jual beli yang bagus.”

Ma’asyiral muslimin,

Islam menyuruh semoga seseorang berusaha menjemput rezeki dengan cara yang halal. Islam juga memberi motivasi dan mencitai hal tersebut. Sebaliknya, Islam menyatakan keharaman pekerjaan dan hasil usaha yang haram. Islam juga telah menerangkan konsekuensi dari hasil perjuangan yang haram dan eksekusi bagi orang-orang yang melakukannya. Hukuman di dunia dan akhirat. Berikut juga konsekuensi atau dampak yang dia terima untuk istri dan anak-anaknya.

Allah Azza wa Jalla berfirman,

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling menyantap harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.” [Alquran An-Nisa: 29]

Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Artinya: “Akan tiba kepada manusia suatu zaman (ketika) seseorang tidak lagi memperdulikan dari mana ia mengambil hartanya; apakah dari jalan yang halal ataukah dari jalan yang haram.” [HR. al-Bukhari].

Hadits ini menerangkan tentang konsekuensi dari seseorang yang menempuh jalan haram saat menjemput rezeki. Dan Nabi menerangkan perihal keadaan orang-orang kiamat. Mereka tak lagi peduli mendapatkan harta dari jalan halal atau haram. Yang penting harta ditemukan.

Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Khoulah al-Anshariyah radhiallahu ‘anhuma, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang menggunakan harta Allah dengan cara tidak benar, bagi mereka yakni neraka pada hari kiamat.” [HR. al Bukhari].

Di hari akhir zaman nanti seseorang akan ditanya ihwal harta mereka. Dari mana mereka dapat dan kemana dikeluarkan. Bahkan hal itu akan ditanyakan sebelum kaki seseorang bergeser.

Artinya: “Kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada Hari Kiamat hingga beliau ditanyai: wacana umurnya, dalam hal apa ia habiskan; ihwal ilmunya, dalam hal apa ia amalkan; perihal hartanya, dari mana beliau peroleh dan untuk apa ia belanjakan; dan wacana tubuhnya, dalam hal apa beliau manfaatkan.” [HR. at-Tirmidzi, ad-Darimi, dan al-Baihaqi. Teks ini yaitu redaksi at-Tirmidzi].

Demikian, khutbah ini. Harapannya, biar kita semua diberikan kekuatan oleh Allah SWT untuk selalu konsisten mencari harta dengan cara halal dan diridhoi olehNya. Amin, Ya Rabbal ‘Alamin.

Khutbah II