close

Dongeng Lucu (36)

Gatal-gatal di Istana

Zaman dulu, ada seorang Sultan yang perangainya ajaib-abnormal. Tidak jarang beliau minta hal-hal yang menyulitkan pejabatnya, dan senantiasa meminta pentashiburan yang sungguh-sungguh segar.
Pada suatu hari ia berkata terhadap Perdana Menteri :
Sultan : “Aku ingin hiburan segar hari ini. Carilah akal agar saya bisa merasa senang”.
PM      : “Bagaimana pula hamba mesti mencari hiburan lain bagi Baginda, sedangkan di istana ini telah terlalu banyak hiburan tersedia. Apalagi yang Baginda kehendaki ?’, tanya Perdana Menteri dengan agak resah Sultan : “Sesuatu yang gres begitulah !’, kata sang Raja. “Sesuatu yang belum pernah aku lihat sebelumnya!”.
‘Baiklah Yang Mulia’, jawab Perdana Menteri, “Hamba segera usahakan itu !’.
Perdana Menteri itupun pergilah ke pasar. Disana di jumpainya seorang laki muda yang botak kepalanya, ia menderita borokan di kepala.
PM   : “Hei, anak muda, kemari’, katanya.
Sultan : “Ada apa Tuan ?’, jawab lelaki muda yang gundul itu.
‘Aku membawamu ke Raja’, kata Perdana Menteri itu. ‘Kau akan menerima kado dan duit di istana. Kau pasti bahagia, bukan ?’.
‘Baiklah, Tuan saya ikut saja’. Perdana Menteri meneruskan pencariannya di pasar tersebut. Akhirnya beliau berjumpa seorang lelaki yang punggungnya borokan dan penuh gatal-gatal. Ia tak henti-hentinya menggaruk
punggungnya yang gatalan itu. ‘Aku akan membawamu ke Raja di istana, kau akan mendapatkan hadiah dan uang. Kau pasti senang kan ?’. ‘Baiklah, saya ikut saja’, jawab lelaki yang punggung gatalan itu. Perdana Menteri itu masih meneruskan pencariannya. Kali ini ia ketemu seorang yang bibirnya selalu kering sehingga tak henti-hentinya menjilati bibirnya sendiri, ‘Kau ikut saya ke istana Raja. Kau akan diberi hadiah dan uang disana’.
‘Setuju, Tuan’, jawab sipenjilat bibir itu. ‘Saya ikut saja’. Dalam perjalanan menuju istana, ketiga orang itu bertanya kepada Perdana Menteri apa yang mesti mereka lakukan dihadapan Raja agar bisa mendapatkan hadiah dan duit itu. Perdana Menteri pun menjawab,’Pokoknya kamu bertiga ini tidak usah melaksanakan apa-apa. Justru kalian ini akan mendapat hadiah bila sama sekali tidak berbuat apapun !’. ‘Loh, kok asing ?’, tanya si gundul. ‘Apa memangnya orang bisa mampu duit banyak jikalau tidak mengerjakan apa-apa ? ‘Benar’, jawab Perdana Menteri. ‘Kau diam saja selama satu jam di hadapan raja, jangan melaksanakan apapun. Dan itu tugasmu’.
Ketiga lelaki itu terheran-heran alasannya adalah tugas mereka begitu gampang, dan dengan gembira mereka pun meneruskan perjalanan menuju istana. Sesampai di istana, Perdana Menteri membisikkan sesuatu kepada Raja, katanya, ‘Yang Mulia, dihadapan Baginda ini ada tiga orang. Yang seorang si Botak, kepalanya borokan. Yang seorang lagi si punggung gatal. yang seorang lagi si penjilat bibir, yang bibirnya kering terus sehingga beliau senantiasa menjilati bibirnya sendiri. Baiklah Baginda saksikan hingga berapa usang mereka mampu bertahan untuk tidak melaksanakan apa-apa’. Sang Raja tampaknya sangat besar hati menerima tontonan ini, dan iapun  mengangguk-angguk tanda baiklah. Ruang terasa panas, sehingga ketiga laki-laki yang di perintah diam saja itu
mulai bingung. Sibotak pingin menggaruk kepalanya yang borokan. Sipunggung gatal ingin menggaruk punggungnya. Dan yang seorang lagi nyaris tak tahan melawan cita-cita untuk membasahi bibirnya. Namun mereka menyadari sepenuhnya bahwa bila mereka melaksanakan itu, mereka tidak akan mendapatkan kado dari Raja. Janjinya, mereka akan diam tidak mengerjakan apapun di hadapan Raja. Akhirnya si gundul tidak tahan lagi maka berkatalah beliau, ‘Yang Mulia’, sembahnya. ‘Hamba akan menceritakan sesuatu yang sangat penting. Ketika hamba berada di Pasar kemarin, ada seorang yang sangat bagus hati memberi kado kopiah baru kepada hamba. Kopiah itupun hamba coba pakai. Hamba pasang kopiah itu di kepala, kemudian hamba tekankan begini. Setelah itu hamba putar kekiri, begini. Lalu hamba pasang kopiah itu, begini. Terus hamba geser agak kedepan, begini, hingga hasilnya pas hamba pakai di kepala hamba’. Dengan cara seperti menggerak-gerakkan kopiahnya tadi, si gundul punya peluang untuk menggaruk-garuk kepalanya yang sudah tidak tertahankan gatalnya. Si punggung gatal rupanya mendapat inspirasi dari apa yang sudah dilakukan rekannya. Ia pun berkata terhadap raja, ‘Yang Mulia, ada juga seorang yang baik hati memberi hamba kado berguna. Tadi pagi ia memberi hamba selembar jaket. Hamba pun menjajal mengenakannya. Hamba tarik jaket itu di punggung ini, lalu hamba geser sedikit kemari. Setelah itu hamba tarik lagi kebawah. Eh masih kurang pas juga jaket hamba tarik agak keatas. Akhirnya terasa pas juga jaket pinjaman tadi’. Dengan menirukan gaya orang mengenakan jaket itu, si punggung gatal mencuri kesempatan menggaruk-garuk punggung yang gatalnya minta ampun.
Dan sekarang giliran si penjilat bibir. Ia kebetulan berdiri antara si botak dan si punggung batal. Katanya terhadap Raja, ‘Yang Mulia, orang disebelah kiri hamba ini berbohong’, dan sambil berkata itu ia menunjuk orang yang berdiri di kirinya, dengan menjukurkan lidahnya kekiri, sehingga bibirnya yang sebelah kiri menjadi lembap. Kemudian dikatakannya, ‘Dan orang yang bangun disebelah kanan saya ini juga berbohong’. Sambil menyampaikan itu, ia menjulurkan lidahnya kesebelah kanan, sehingga bibirnya yang kanan menjadi lembap juga. Raja merasa sungguh terhibur oleh tontonan itu, dan menganggap bahwa ketiga orang itu telah menawarkan kecerdikannya. Mereka bertiga kemudian menerima hadiah dan duit seperti yang telah di janjikan.
————————————————————————————————–

Anjing Terkuat

Zaman dahulu di Inggris, saat zaman para landlord mempunyai anjing-anjing pemburu yang handal, tersebut seorang yang memiliki anjing dengan tinggi cuma 30cm. Saat beliau berlangsung-jalan, ia bertemu Sir Graham yang mempunyai anjing buldog gede dan serem. “Hai, orang abnormal,” kata Sir Graham, ” anjingmu kecil sekali!” Orang itu menjawab, “Oya, setuju, kalo anjingmu mampu mengalahkan anjing ku ini dalam 15 detik, kau kuberi 1000 keping emas.” Dan mereka mengadu anjingnya. Setelah 10 detik, darah berceceran dimana-mana. Si buldog hancur.
Dan orang itu mendapatkan 1000 keping emas dari pemilik buldog. Setelah berjalan sebentar, ia berjumpa Sir John yang mempunyai anjing blasteran herder dan serigala. Kali ini pun beliau menantang anjing serigala itu dengan waktu
20 detik dan taruhan 5000 keping emas. Anjing hereder itu hancur dalam 15 detik. Ketika beliau akan pergi, Sir John menyarankannya untuk menemui raja yang memiliki anjing terkuat di seantero kerajaan. Lalu orang ajaib itu pun menemui Raja dan menantang anjingnya dengan taruhan 10000 keping emas. Lagi-lagi anjing lawan dihancurkan. Terherean-heran, raja bertanya,” Hebat sekali, anjing apa ini dan bagaimana kamu melatihnya?”
Orang ajaib itu menjawab, “Oh, latihannya biasa-umumsaja, dan rasnya pun aku sendiri kurang jelas. Tapi
kalo gak salah, sebelum ekornya dipotong dan diberi kuping-kupingan, namanya buaya.”
————————————————————————————————–

Yang Putih Atau yang Hitam?

Seorang gembala sedang menggembalakan dombanya. Seorang yang lewat berkata, “Engkau memiliki kawanan domba yang cantik. Bolehkan aku mengajukan beberapa pertanyaan ihwal domba-domba itu?” “Tentu,” kata gembala itu. Orang itu berkata, “Berapa jauh domba-dombamu berjalan setiap hari?”
“Yang mana?, yang putih atau  yang hitam??”
“Yang putih.”
“Ah, yang putih berlangsung sekitar enam kilometer saban hari.”
“Dan yang hitam?”
“Yang hitam juga.”
“Dan berapa banyak rumput mereka makan setiap hari?”
“Yang mana?, yang putih atau yang hitam?”
“Yang putih.”
“Ah, yang putih makan sekitar empat pon rumput setiap hari.”
“Dan yang hitam?”
“Yang hitam juga.”
“Dan berapa banyak bulu yang mereka hasilkan setiap tahun?”
“Yang mana, yang putih atau yang hitam?”
“Yang putih.”
“Ah menurut perkiraan aku, yang putih menghasilkan sekitar enam pon bulu setiap tahun jikalau mereka dicukur.”
“Dan yang hitam?”
“Yang hitam juga.”
Orang yang mengajukan pertanyaan menjadi penasaran.
“Bolehkah aku mengajukan pertanyaan, mengapa engkau memiliki kebiasaan yang ajaib, membedakan dombamu menjadi
domba putih dan hitam setiap kali engkau menjawab pertanyaanku?” Gembala itu menjawab, “Tentu saja.
Yang putih ialah milik aku.” “Ooo, dan yang hitam?”
“Yang hitam juga,” kata gembala itu.
————————————————————————————————–

Baik

Saking susahnya nyari kerjaan, balasannya seorang lulusan ITB terpaksa mendapatkan usulan untuk bekerja di Kebun Binatang Ragunan. “Apa boleh buat dibandingkan dengan nganggur, kerja beginian juga bolehlah, yang penting halal!”
begitu tekadnya. Maka sejak hari itu sang insinyur muda mulai melakukan pekerjaan sebagai ‘simpanse monyetan’ Sepanjang hari harus betah mengenakan baju simpanse, pakai topeng simpanse sambil mengunyah pisang atau kacang rebus terus kanal. Dan mesti jempalitan selincah mungkin untuk mempesona perhatian pengunjung. Pokoknya tak beda dengan monyet asli yang telah mulai punah. Tak ayal lagi pengunjung Kebon Binatang Ragunan membludak
karena mau ngeliat si kera super yang konon tidak cuma lincah dan gesit tetapi juga cerdas, Wong ITB kok… Sayang sekali yang namanya sial itu susah dielakkan … dan akhirnya bisa datang juga. Sedang yummy enaknya jempalitan, tiba tiba: gedebuk…. Byurrrrrrrrr……….
Sang kera terjatuh ke dalam sangkar buaya.
“Waduh, mati aku!” asumsi sebelon dimangsa oleh buaya buaya ganas itu. Tapi dikala lisan buaya terbuka lebar siap menggigit,,,,,, dari dalam terdengar suara berbisik:

jangan takut mas….. kami dari UI”