Kata ‘entrepreneur’ dalam Bahasa Inggris terbaru menunjuk terhadap pendiri sebuah bisnis atau pemilik sebuah perusahaan kreatif. Makna tersebut mampu dijelaskan ke dalam dua hal. Pertama, entrepreneurship yakni acara mendirikan sebuah perjuangan atau bisnis gres untuk memburu sebuah peluang (opportunity), sehingga dalam artian tersebut, entrepreneur dipandang sebagai inovator atau pioneer. Kedua, entrepreneurship ialah aktivitas dari seseorang yang memimpin, mengorganisir, mengambil resiko, dan sekaligus menjadi pemilik darisebuah usaha atau sering disebut selaku owner manager.
Dalam khasanah Bahasa Indonesia, entrepreneurship yakni persamaan kata kewirausahaan, dan kata entrepreneur diterjemahkan sebagai wirausaha atau wiraswasta, adalah seseorang yang melakukan pekerjaan untuk bisnis miliknya sendiri. Arti ini ekuivalen dengan pengertian entrepreneur sebagai owner manager, yaitu seseorang yang mengelola bisnis yang dimilikinya.
Definisi Statis dan Dinamis
Entrepreneurship dapat diartikan sebagai business ownership, yakni kepemilikan seseorang atas perusahaan yang sifatnya self employment atau perjuangan kecil dan menengah. Pengertian ini cukup bias, oleh karena terdapat pula investor pasif, yaitu investor yang tidak berperan sebagai entrepreneur pun mampu masuk ke dalam klasifikasi pemilik bisnis. Akan namun, pengertian ini, yang lalu kita sebut sebagai definisi statis atau static definition of entrepreneurship, telah menjadi persyaratan pada beberapa penelitian ilmiah internasional (Kokkinou, 2005).
Entrepreneurship dalam sudut pandang dinamis diartikan selaku proporsi jumlah perusahaan gres (start-up companies) terhadap seluruh jumlah perusahaan. Adapun perhitungan start-up tersebut diukur selaku pertumbuhan higienis atau net start-up rate, yakni jumlah perusahaan yang lahir dikurangi jumlah perusahaan yang keluar dari pasar atau industri, dibagi dengan total jumlah perusahaan (Wennekers, 2006). Global Entrepreneurship Monitor, menentukan indikator dinamis yang disebut sebagai early-stage entrepreneurial activity menurut tata cara perkiraan Reynolds (2005). Index tersebut yang diketahui dengan Total early-stage Entrepreneurial Activity (TEA), yaitu proporsipenduduk usia kerja yang mengoperasikan perusahaan berusia kurang dari 42 bulan terhadap total masyarakatusia kerja.
Kewirausahaan atau entrepreneurship ialah penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya mempergunakan potensi -kesempatan yang dihadapi orang setiap hari (Thomas W. Zimmerer, 2008)
Kategori Entrepreneurship Berdasarkan Motivasi
Setiap penduduk yang memiliki keharusan dalam mencari nafkah memiliki hak untuk memilih antara melakukan pekerjaan sebagai pegawai/tenaga kerja pada sebuah perusahaan, maupun mendirikan usahanya sendiri (baik melakukan pekerjaan sendiri maupun membentuk suatu kelompok). Menurut Global Entrepreneurship Monitor, dari sudut pandang motivasi, seseorang memilih untuk membentuk dan melaksanakan usahanya sendiri atas dasar:
- Memulai perjuangan dalam rangka mengekploitasi atau memburu potensi yang dapat menciptakan pemasukan maupun laba di abad mendatang, disebut selaku opportunity entrepreneurship.
- Memulai perjuangan dikarenakan adanya aspek keterpaksaan, disebabkan tidak adanya pilihan lain yang lebih baik selain membangun usahanya sendiri, disebut selaku necessity entrepreneurship.
Tahap-tahap Entrepreneurship
Ada tahap-tahap yang dikerjakan oleh seorang entrepreneur dalam melaksanakan bisnisnya. Secara biasa tahap-tahap dalam melakukan entrepreneurship:
a. Tahap memulai
Tahap di mana seseorang yang berniat untuk melaksanakan usaha menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat tantangan atau peluang usaha gres dan dilanjutkan dengan kemungkinan dan adanya impian untuk membuka usaha baru. Tahap ini juga menentukan jenisusaha yang hendak dilakukan apakah di bidang pertanian, industri, atau jasa atau perjuangan yang lain.
b. Tahap melaksanakan usaha
Dalam tahap ini seorang entrepreneur mengurus berbagai aspek yang terkait dengan usahanya, mencakup faktor-aspek: melakukan bentuk usaha, pembiayaan, SDM, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil risiko dan mengambil keputusan, penjualan, dan melaksanakan penilaian.
c. Tahap mempertahankan perjuangan
Tahap di mana entrepreneur menurut hasil yang sudah diraih melaksanakan analisis untuk mengatasi sagala dilema dan hambatan dalam melakukan bisnisnya. Entrepreneur yang sukses yaitu yang mampumempertahankan bisnisnya dari segala hambatan, tantangan, dan problem yang ada sehingga bisnisnya dapat berlangsung dengan lancar.
d. Tahap mengembangkan usaha
Tahap ini yaitu di mana entrepreneur berdasarkan hasil yang telah dicapai melakukan analisis kemajuan dan penemuan untuk ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi. Dalam perkembangannya bisa dengan memperbanyak korelasi, memperbarui metode dan tata cara, memperbarui produk yang dihasilkan, memperbesar dan memperluas perjuangan, memperbesar mutu, memperbesar pelayanan, menambah tenaga kerja. Dalam tahap ini entrepreneurmelakukan kontribusi ekonomi dalam jangka panjang terhadap manusia, alam dan lingkungan. Dari faedah pengembangan usaha ini mampu diperoleh secara terang, kontribusi untuk duduk perkara lapangan kerja, ialah akan ada penambahan tenaga kerja.
Proses entrepreneurship diawali dengan suatu aksioma, yaitu adanya tantangan. Dari tantangan tersebut timbul pemikiran , kemauan dan dorongan untuk mempunyai ide, yang tidak lain yakni berfikir inovatif dan bertindak inovatif sehingga tantangan tadi tertuntaskan dan terpecahkan. Semua tantangan niscaya memiliki risiko, yaitu kemungkinan sukses atau tidak sukses. Oleh alasannya itu entrepreneur ialah seorang yang berani menghadapi risiko dan menyukai tantangan (Suryana, 2006)
Demikian definisi entrepreneurship berdasarkan para jago tergolong klarifikasi mengenai kategori dan tahapan-tahapan acara entrepreneurship atau kewirausahaan.