close

Dalil Hadits-Hadits Wacana Bi’dah

Hadits-Hadits Tentang Bi’dah.
PERINGATAN! 
Jangan mengakibatkan secara mentah-mentah terjemah dari hadits-hadits ini selaku dalil hukum. Untuk menyimpulkan sebuah hukun (Instinbath hukum) mesti dilakukan dengan cara sistematis sebagaimana yang dilakukan oleh Para Imam Mazhab.

1. Sunan Abu Dawud – Kitab Salat BAB Fi Taswib 


حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، حَدَّثَنَا أَبُو يَحْيَى الْقَتَّاتُ، عَنْ مُجَاهِدٍ، قَالَ كُنْتُ مَعَ ابْنِ عُمَرَ فَثَوَّبَ رَجُلٌ فِي الظُّهْرِ أَوِ الْعَصْرِ قَالَ اخْرُجْ بِنَا فَإِنَّ هَذِهِ بِدْعَةٌ ‏.‏

Hadits Hasan oleh (Al-Albani)
Buku 2 Hadits 148

Mujahid dia berkata; Saya pernah bareng Ibnu Umar, kemudian ada seseorang yang mengumandangkan adzan dengan menambah tatswib (kalimat Ashshalatu khairun minannaum) pada waktu Zhuhur atau Ashar, maka Ibnu Umar berkata; Keluarlah dengan kami (dari masjid ini), bahu-membahu ini perbuatan bid’ah. (HR. Abu Dawud).

2. Sunan Ibn Majjah Kitab Sunnah Buku 1 Hadis 52


حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ مَنْصُورٍ الْخَيَّاطُ، عَنْ أَبِي زَيْدٍ، عَنْ أَبِي الْمُغِيرَةِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ ‏ “‏ أَبَى اللَّهُ أَنْ يَقْبَلَ عَمَلَ صَاحِبِ بِدْعَةٍ حَتَّى يَدَعَ بِدْعَتَهُ ‏”‏ ‏.‏

Hadits Da’if/lemah (Darussalam)

Rasulullah Bersaba: Allah menolak untuk mendapatkan amal perbuatan pembid’ah sampai dia meninggalkan bid’ahnya.

3. Sunan Nassai Kitab Solat “idain Bab KaifalKhutbah

أَخْبَرَنَا عُتْبَةُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ أَنْبَأَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ، عَنْ سُفْيَانَ، عَنْ جَعْفَرِ بْنِ مُحَمَّدٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ فِي خُطْبَتِهِ يَحْمَدُ اللَّهَ وَيُثْنِي عَلَيْهِ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ ثُمَّ يَقُولُ ‏”‏ مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ إِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَأَحْسَنَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمَّدٍ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ ‏”‏ ‏.‏ ثُمَّ يَقُولُ ‏”‏ بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ كَهَاتَيْنِ ‏”‏ ‏.‏ وَكَانَ إِذَا ذَكَرَ السَّاعَةَ احْمَرَّتْ وَجْنَتَاهُ وَعَلاَ صَوْتُهُ وَاشْتَدَّ غَضَبُهُ كَأَنَّهُ نَذِيرُ جَيْشٍ يَقُولُ ‏”‏ صَبَّحَكُمْ مَسَّاكُمْ ‏”‏ ‏.‏ ثُمَّ قَالَ ‏”‏ مَنْ تَرَكَ مَالاً فَلأَهْلِهِ وَمَنْ تَرَكَ دَيْنًا أَوْ ضِيَاعًا فَإِلَىَّ أَوْ عَلَىَّ وَأَنَا أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ

Hadits Shahih (Darussalam)

“Dalam Khutbah-Nya Rasulullah (ﷺ) lazimmemuji Allah sebagaimana Dia pantas untuk dipuji, Kemudian berliau akan bersabda: ‘Siapapun yang diberi pentunjuk Allah, tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan semua orang Allah  jadikan sesat, tidak ada yang bisa membimbing (kecuali Allah), Sesungguhnya Yang paling benar dari perkataan yakni Kitab Allah dan yang terbaik dari bimbingan ialah bimbingan Muhammad.  Seburuk-jelek perkara adalah yang diada-adakan, setiap hal yang gres diciptakan ialah  bid’ah dan setiap bid’ah (inovasi) akan kehilangan arah, dan setiap kesesatan ada di neraka.

 ‘ Kemudian ia bersabda, ‘Kiamat dan Aku sudah dikirim seperti dua orang ini.’ Setiap kali  ia menyebutkan  kiamat, pipinya akan memerah, dan dia akan memaksimalkan suaranya dan menjadi marah, seakan-akan sedang memperingatkan serdadu yang mendekat dan berkata: ‘Seorang serdadu akan tiba menyerang Anda di pagi hari, atau di malam hari. ! ‘ (Lalu dia bersabda): ‘Siapapun yang meninggalkan kekayaan, itu untuk keluarganya, dan semua orang yang meninggalkan hutang atau tanggungan, maka ini ialah tanggung jawab aku, dan aku yang paling berhak untuk mengorganisir orang mukmin.’ “

  Puisi Malam Sabtu Romantis Keren Banget

3. Shahih Muslim Bab Mukodimah

حَدَّثَنَا أَبُو جَعْفَرٍ، مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ زَكَرِيَّاءَ، عَنْ عَاصِمٍ الأَحْوَلِ، عَنِ ابْنِ سِيرِينَ، قَالَ لَمْ يَكُونُوا يَسْأَلُونَ عَنِ الإِسْنَادِ، فَلَمَّا وَقَعَتِ الْفِتْنَةُ قَالُوا سَمُّوا لَنَا رِجَالَكُمْ فَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ السُّنَّةِ فَيُؤْخَذُ حَدِيثُهُمْ وَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ الْبِدَعِ فَلاَ يُؤْخَذُ حَدِيثُهُمْ ‏.‏ 

Abū Ja’far Muhammad bin us-Sabbāh meriwayatkan kepada kita, Ismā’ī bin Zakariyyā ‘diriwayatkan kepada kita, atas otoritas ilsim il-Ahwal, atas otoritas Ibn Sīrīn  ia berkata:
‘Mereka tidak akan bertanya tentang rantai narasi (Isnad), dan ketika Fitnah terjadi, mereka berkata:’ berikan Nama untuk kami, para laki-laki Anda ‘. Maka Lihatlah kepada Ahlusunnah, dan ambillah Hadits dari mereka, dan lihatlah terhadap jago bid’ah, dan jangan ambil Hadits dari mereka ‘.

4. Sunan Nasa’i Kitab Tatbiq Bab Tarkil Qunut – Buku 52 Hadits 52

أَخْبَرَنَا قُتَيْبَةُ، عَنْ خَلَفٍ، – وَهُوَ ابْنُ خَلِيفَةَ – عَنْ أَبِي مَالِكٍ الأَشْجَعِيِّ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ صَلَّيْتُ خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَلَمْ يَقْنُتْ وَصَلَّيْتُ خَلْفَ أَبِي بَكْرٍ فَلَمْ يَقْنُتْ وَصَلَّيْتُ خَلْفَ عُمَرَ فَلَمْ يَقْنُتْ وَصَلَّيْتُ خَلْفَ عُثْمَانَ فَلَمْ يَقْنُتْ وَصَلَّيْتُ خَلْفَ عَلِيٍّ فَلَمْ يَقْنُتْ ثُمَّ قَالَ يَا بُنَىَّ إِنَّهَا بِدْعَةٌ 
Derajat: Shahih (Darussalam)

Diriwayatkan dari Abu Malik Al-Ashja’i bahwa ayahnya berkata:
“Aku sholat di belakang Rasulullah (ﷺ) dan ia tidak mengucapakan Qunut, dan saya  sholat di belakang Abu Bakar dan ia tidak mengucapakan Qunut, dan saya sholat di belakang Umar dan dia tidak mengucapakan Qunut, dan saya sholat di belakang Utsman dan beliau mengucapakan Qunut, dan saya sholat di belakang Ali dan beliau tidak mengucapakan Qunut. ” Kemudian ia berkata: “Wahai putraku, ini yaitu bid’ah.”

5. Sunan Abu Dawud Kitab Sunnah – Bab Filuzumissunnah 4607

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ، حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ، حَدَّثَنَا ثَوْرُ بْنُ يَزِيدَ، قَالَ حَدَّثَنِي خَالِدُ بْنُ مَعْدَانَ، قَالَ حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَمْرٍو السُّلَمِيُّ، وَحُجْرُ بْنُ حُجْرٍ، قَالاَ أَتَيْنَا الْعِرْبَاضَ بْنَ سَارِيَةَ وَهُوَ مِمَّنْ نَزَلَ فِيهِ ‏‏ وَلاَ عَلَى الَّذِينَ إِذَا مَا أَتَوْكَ لِتَحْمِلَهُمْ قُلْتَ لاَ أَجِدُ مَا أَحْمِلُكُمْ عَلَيْهِ ‏‏ فَسَلَّمْنَا وَقُلْنَا أَتَيْنَاكَ زَائِرِينَ وَعَائِدِينَ وَمُقْتَبِسِينَ ‏.‏ فَقَالَ الْعِرْبَاضُ صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ذَاتَ يَوْمٍ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا فَوَعَظَنَا مَوْعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَأَنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا فَقَالَ ‏”‏ أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ ‏”‏ 

AbdurRahman ibn Amr as-Sulami dan Hujr ibn Hujr berkata: Kami tiba ke Irbad ibn Sariyah yang merupakan salah seorang di antara alasannya adalah ayat ini turun: “Tidak juga (ada kesalahan) pada mereka yang tiba kepadamu untuk ditawarkan dengan tunggangan, dan ketika kau berkata: “Aku tidak dapat mendapatkan tunggangan untukmu.”

Kami menyambutnya dan berkata: Kami datang untuk menemui Anda untuk memperlihatkan kesembuhan dan mendapatkan manfaat dari Anda.

Al-Irbad berkata: Suatu hari Rasulullah (ﷺ) memimpin kami dalam doa, lalu menghadap kami dan memberi kami sebuah desakan panjang di mana mata meneteskan air mata dan hati takut.

Seorang pria berkata: Rasulullah! Sepertinya itu ialah perayaan perpisahan, jadi perintah apa yang Anda berikan terhadap kami?

Dia lalu berkata: Saya wasiatkam (memerintahkan) terhadap kamu sekalian untuk takut kepada Allah, dan untuk mendengar dan patuh (pemimpinmu) bahkan kalau itu yakni seorang budak Abyssinian, bagi Anda yang hidup setelah aku akan menyaksikan pertengkaran besar. Anda kemudian harus mengikuti sunnah aku dan para khalifah yang dibimbing dengan benar. Pegang erat-dekat padanya. Hindari kasus-perkara gres (dalam agama), alasannya adalah setiap kebaruan adalah bid’ah, dan setiap bid’ah yakni zdolalah (sesat).

6. Hadits Arbain Imam Nawawi – 28

عَنْ أَبِي نَجِيحٍ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: “وَعَظَنَا رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم مَوْعِظَةً وَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ، وَذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ، فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ! كَأَنَّهَا مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَأَوْصِنَا، قَالَ: أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ، وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيينَ، عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ؛ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ”. 

[رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ]، وَاَلتِّرْمِذِيُّ [رقم:266] وَقَالَ: حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.

Dari Abu Najeeh al-‘Irbaad ibn Saariyah (biar Allah senang dengan dia) yang menyampaikan:

Rasulullah (damai dan berkah Allah besertanya) memberi kita suatu khotbah dimana hati kita dipenuhi dengan rasa takut dan air mata tiba ke mata kita. Kaprikornus kami berkata, “Wahai Rasulullah! Seolah-olah ini ialah khotbah perpisahan, jadi wasiatilah kami.

 ”Dia (Rasululah) bersabda,“ Saya menasihati kau sekalian untuk  taqwa (takut) kepada Allah, dan untuk mendengarkan dan mematuhi [pemimpin Anda] , bahkan kalau seorang budak menjadi ameer Anda. Sesungguhnya jikalau di antara kamu yang hidup lama akan melihat pertikaian besar, jadi kau mesti tetap pada Sunnah dan Sunnah Khulafa ar-Rashideen (khalifah yang dibimbing dengan benar), mereka yang membimbing ke jalan yang benar. Pegang keras kepala [secara harfiah: dengan gigi geraham]. Waspadalah kepada hal-hal yang baru didapatkan [dalam agama], alasannya sesungguhnya setiap bidah (inovasi) adalah kesesatan. ”
[Abu Dawud]

Itu terkait dengan at-Tirmidzi, yang menyampaikan bahwa itu adalah hadits hasan dan shohih.

7. Sunan AnNasai 4135

أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ يَحْيَى، قَالَ حَدَّثَنَا مَحْبُوبٌ، – يَعْنِي ابْنَ مُوسَى – قَالَ أَنْبَأَنَا أَبُو إِسْحَاقَ، – وَهُوَ الْفَزَارِيُّ – عَنِ الأَوْزَاعِيِّ، قَالَ كَتَبَ عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ إِلَى عُمَرَ بْنِ الْوَلِيدِ كِتَابًا فِيهِ وَقَسْمُ أَبِيكَ لَكَ الْخُمُسُ كُلُّهُ وَإِنَّمَا سَهْمُ أَبِيكَ كَسَهْمِ رَجُلٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ وَفِيهِ حَقُّ اللَّهِ وَحَقُّ الرَّسُولِ وَذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَمَا أَكْثَرَ خُصَمَاءَ أَبِيكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَكَيْفَ يَنْجُو مَنْ كَثُرَتْ خُصَمَاؤُهُ وَإِظْهَارُكَ الْمَعَازِفَ وَالْمِزْمَارَ بِدْعَةٌ فِي الإِسْلاَمِ وَلَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ أَبْعَثَ إِلَيْكَ مَنْ يَجُزُّ جُمَّتَكَ جُمَّةَ السُّوءِ

Dari Al-Auza’i:
“Umar bin ‘Abdul-‘Aziz menulis sepucuk surat kepada’ Umar bin Al-Walid di mana ia berkata: ‘Bagian yang diberikan ayahmu kepadamu yakni seluruh Khumus, [1] tetapi bab yang berhak dimiliki ayahmu yakni sama mirip insan di antara Muslim, yang karena hak-hak Allah dan Rasul-Nya, dan kerabat, anak yatim, orang miskin dan pejalan.

Berapa banyak yang hendak berkelahi dengan ayahmu pada Hari Kebangkitan! Bagaimana beliau mampu diselamatkan sementara banyak orang menyelisihinya?

Dan alat musik yang Anda izinkan secara terbuka, dan alat musik tiup adalah bid’ah dalam Islam. Saya berpikir untuk mengantarseseorang terhadap Anda yang mau memotong rambut panjang Anda yang jahat. “

8. Sunan Ibnu Majjah Bab Mukodimah

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ، حَدَّثَنَا كَثِيرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ عَوْفٍ الْمُزَنِيُّ، حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ جَدِّي، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ قَالَ ‏ “‏ مَنْ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَّتِي فَعَمِلَ بِهَا النَّاسُ كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا لاَ يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنِ ابْتَدَعَ بِدْعَةً فَعُمِلَ بِهَا كَانَ عَلَيْهِ أَوْزَارُ مَنْ عَمِلَ بِهَا لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِ مَنْ عَمِلَ بِهَا شَيْئًا ‏”

Derajat – Dhoif  (Lemah)

Kathir bin ‘Abdullah bin’ Amr bin ‘Awf Al-Muzani berkata:
“Ayah saya mengatakan terhadap aku menceritakan dari kakek aku, bahwa Rasulullah saw bersabda: ‘Siapapun yang menghidupkan kembali Sunnah saya, yang kemudian ditindaki oleh orang lain, akan mempunyai kado yang setara dengan orang-orang yang bertindak atasnya, tanpa menghemat dari mereka berikan penghargaan sedikit pun, dan siapa saja yang memperkenalkan suatu inovasi (Bid’ah) yang ditindaklanjuti, akan memiliki beban dosa yang setara dengan orang-orang yang bertindak atasnya, tanpa menghemat beban mereka yang bertindak atasnya dalam sedikit saja. ‘”

  Pengertian Stratifikasi Sosial Menurut Para Ahli

9. Sunan Ibnu Majjah

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ، حَدَّثَنِي كَثِيرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ ـ صلى الله عليه وسلم ـ يَقُولُ ‏ “‏ مَنْ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَّتِي قَدْ أُمِيتَتْ بَعْدِي فَإِنَّ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلَ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنَ النَّاسِ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِ النَّاسِ شَيْئًا وَمَنِ ابْتَدَعَ بِدْعَةً لاَ يَرْضَاهَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ فَإِنَّ عَلَيْهِ مِثْلَ إِثْمِ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنَ النَّاسِ لاَ يَنْقُصُ مِنْ آثَامِ النَّاسِ شَيْئًا ‏”‏ ‏.‏
Derajat : Da’if (Darussalam)

Kathir bin ‘Abdullah diriwayatkan dari ayahnya, bahwa kakeknya berkata:
“Aku mendengar Rasulullah berkata: ‘Siapapun yang membangkitkan kembali Sunnah milikku yang mati sesudah aku pergi, ia akan mempunyai pahala yang setara dengan orang-orang yang bertindak atasnya, tanpa itu menghemat dari upah mereka di Sekecil apa pun, semua orang yang memperkenalkan suatu inovasi (Bid’ah) yang dengannya Allah dan Rasul-Nya tidak bahagia, beliau akan memiliki (beban) dosa yang setara dengan yang ada di antara orang-orang yang bertindak atasnya, tanpa meminimalkan dosa-dosa mereka di sana. sedikit saja. ‘”

10. Sunan Ibnu Majjah

حَدَّثَنَا سُوَيْدُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سُلَيْمٍ، ح وَحَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ، قَالاَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ خُثَيْمٍ، عَنِ الْقَاسِمِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ، أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ ‏”‏ سَيَلِي أُمُورَكُمْ بَعْدِي رِجَالٌ يُطْفِئُونَ السُّنَّةَ وَيَعْمَلُونَ بِالْبِدْعَةِ وَيُؤَخِّرُونَ الصَّلاَةَ عَنْ مَوَاقِيتِهَا ‏”‏ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ أَدْرَكْتُهُمْ كَيْفَ أَفْعَلُ قَالَ ‏”‏ تَسْأَلُنِي يَا ابْنَ أُمِّ عَبْدٍ كَيْفَ تَفْعَلُ لاَ طَاعَةَ لِمَنْ عَصَى اللَّهَ ‏

Derajat Hasan

Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud bahwa Nabi (ﷺ) mengatakan:
“Di antara mereka yang bertanggung jawab atas Anda, setelah aku pergi, akan ada orang-orang yang menyingkirkan Sunnah dan mengikuti bid’ah. Mereka akan menunda sholat dari waktu yang tepat. ”Saya berkata:“ Ya Rasulullah, jika saya hidup untuk menyaksikan mereka, apa yang mesti saya kerjakan? ”Dia berkata:“ Anda mengajukan pertanyaan terhadap saya, wahai Ibnu ‘Abd, apa yang harus Anda lakukan ? Tidak ada ketaatan terhadap orang yang tidak menaati Allah. ”

11. Shahih Bukhora Kitab Sholat Tarawih Bab Fadzl man Qooma Romadhona , 2010

وَعَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدٍ الْقَارِيِّ، أَنَّهُ قَالَ خَرَجْتُ مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ ـ رضى الله عنه ـ لَيْلَةً فِي رَمَضَانَ، إِلَى الْمَسْجِدِ، فَإِذَا النَّاسُ أَوْزَاعٌ مُتَفَرِّقُونَ يُصَلِّي الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ، وَيُصَلِّي الرَّجُلُ فَيُصَلِّي بِصَلاَتِهِ الرَّهْطُ فَقَالَ عُمَرُ إِنِّي أَرَى لَوْ جَمَعْتُ هَؤُلاَءِ عَلَى قَارِئٍ وَاحِدٍ لَكَانَ أَمْثَلَ‏.‏ ثُمَّ عَزَمَ فَجَمَعَهُمْ عَلَى أُبَىِّ بْنِ كَعْبٍ، ثُمَّ خَرَجْتُ مَعَهُ لَيْلَةً أُخْرَى، وَالنَّاسُ يُصَلُّونَ بِصَلاَةِ قَارِئِهِمْ، قَالَ عُمَرُ نِعْمَ الْبِدْعَةُ هَذِهِ، وَالَّتِي يَنَامُونَ عَنْهَا أَفْضَلُ مِنَ الَّتِي يَقُومُونَ‏.‏ يُرِيدُ آخِرَ اللَّيْلِ، وَكَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ أَوَّلَهُ‏.‏

Abdurrahman bin Abdul Qariy berkata :

“Suatu malam di bulan Ramadhan, saya keluar bareng Umar bin Al-Khattab menunju masjid. Ternyata kami dapati manusia berpencar-pencar disana sini. Ada yang shalat sendirian, ada juga yang shalat mengimami beberapa gelintir orang.

Beliau berkomentar : “(Demi Allah), seandainya aku kumpulkan orang-orang itu untuk shalat bermakmum kepada satu imam, pasti lebih baik lagi”. Kemudian beliau melakukan tekadnya, dia mengumpulkan mereka untuk shalat bermakmum terhadap Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu ‘anhu. Abdurrahman melanjutkan : “Pada malam yang lain, saya kembali keluar bareng beliau, ternyata orang-orang telah sedang shalat bermakmum kepada salah seorang qari mereka. Beliaupun berkomentar :
“Sebaik-baik bid’ah, ialah seperti ini”.
Namun mereka yang tidur dahulu (sebelum shalat) lebih utama dari mereka yang shalat kini”
Yang ia maksudkan adalah mereka yang shalat di final waktu malam. Sedangkan orang-orang tadi shalat di awal waktu malam”