Cerpen Perihal Perpisahan Sekolah Dengan Sahabat

Hai Sobat , kira-kira bagaimana perasaanmu sesaat setelah menghadiri program perpisahan sekolah?

Sepertinya sedih, ya. Ambyar rasanya jika harus berpisah dengan sahabat-sobat, teman, sampai para guru yang sudah mendidik dan mengajari ilmu.

Guru memang banyak dan bakal terus berganti, namun bila sahabat? Sahabat sejati di zaman sekarang ini begitu sukar dicari.

Sahabat berbeda dengan sahabat. Teman suka tiba di saat butuh, kemudian pergi di dikala kita sedang terpuruk. Tapi teman? Akan ada di saat bahagia dan sedihmu. Ciye ciye!

Nah berikut ada secarik cerpen wacana perpisahan sekolah antara dua orang teman sejati yang lucu dan menjamah hati.

Mari disimak ya:

Cerpen: Perpisahan Sahabat dan Tukang Ngutang

Oleh Ozy V. Alandika

Cerpen Tentang Sahabat Sejati

*

“Eh, La. Memangnya apa yang salah dengan tukang ngutang. Kita kan teman, memangnya ada uangmu yang belum aku kembalikan?”

“Ciye, ciye, ciye, udah mulai over thinking nih ye. Apakah dirimu kebanyakan healing duhai sayang?”

“Aih, aku traktirin sebaskom boba baru tahu rasa!”

“Hahaha. Gak gitu juga, Sis. Gini loh, kita kan sering nemu tuh artikel di media sosial yang isinya orang ngomel-ngomel alasannya adalah uang yang telah ia pinjamkan tidak dikembalikan.”

“Iya sih. Banyak banget deh postingan semacam itu. Musim duren aja kalah, karena hampir tiap hari kan, La?”

“Iya. Makanya saya agak ngeri dengan orang-orang yang akan pinjam uang. Awal meminjam, mulutnya manis, eh saat sudah jatuh tempo malah perasaan kita yang dipotong-iris!”

“Hahaha. Iya gitu deh. Kadang pula si peminjam uang yang sok garang. Dianggapnya kita yang meminjamkan uang sedang menjatuhkan harga dirinya. Padahal, kan?”

“Padahal dia yang makan hak orang!”

“Hahaha, fix dah. Udah paham betul ya kita dengan geliat generasi tukang ngutang.”

“Makanya itu, alasannya adalah dalam waktu dekat kita pisah sekolah, kau jangan sampai jadi tukang ngutang, ya?”

“Aman, La. Tapi era iya saya gak boleh lagi pinjam duit ke kamu?”

“Bukan gitu, Say. Kalo duit mah boleh dong, tapi saya hanya cemas aja nanti salah satu dari kita ketularan dengan sifat si tukang utang.”

“Memangnya sifat yang seperti apa sih, La?”

“Itu loh. Kebanyakan tukang ngutang yang enggak bertanggung jawab itu kan kerap kali ngilang sesudah dekat. Di permulaan-permulaan chatting-nya anggun banget, tapi seiring dengan berjalannya waktu, ia terus ngilang, chat di-read doang, bahkan mulai main blokir-blokir nomor.”

“Tapi kan gak semua peminjam duit begitu, kan?”

Boleh Baca: Kumpulan Puisi untuk Sahabat Sejati

“Tentu saja, sama mirip perpisahan sekolah, Say. Selama tiga tahun ini kita begitu dekat. Main sama-sama, jalan sama-sama, duka sama-sama, makan bakso sama-sama, juga seru-seruan sama-sama. Tapi tantangan saat nanti kita bersekolah di SMA atau kuliah ceritanya mampu beda lagi, kan? Kini kau mungkin jadi Ultrawati, namun tahun depan?”

“Hahaha. Suka-suka aku dong mau jadi apa. Hak aku dong untuk bisa berganti di saban tahun. Tapi ya, pokoknya kontak dan silaturahmi kita mesti tetap terjaga. Intinya, besok kalo kamu enggak balas chat aku, kau wajib bayar denda lho.”

“Denda apa cenderamata?”

“Denda, lah. Kalo denda kan artinya berpisah namun bakal berjumpa lagi. Kalo cenderamata? Entah kapan bisa bertemu. Hahaha”

Lala dan Siska masih saja saling lempar canda. Padahal saat itu adalah konferensi terakhir mereka.

Lala bakal melanjutkan sekolah yang berada di erat rumahnya, sedangkan Siska bakal pindah provinsi karena tuntutan pekerjaan Ayahnya.

Perpisahan sekolah ini bukanlah selesai, melainkan menjadi permulaan untuk kehidupan yang lebih kompleks. Hari-hari ke depan yakni waktu dimulainya cobaan bagi sobat sejati.

“Ya sudah deh, Say. Selamanya kita tetap sobat, kan?”

“Fix mah kalo yang itu. Sahabat sejati pokoknya.”

“Bukan sahabat tukang ngutang, kan?”

“Bukan juga sobat mirip pohon jati yang bakal meranggas ketika kemarau tiba.”

“Hahaha, kamu memang teman paling tekun deh. Materi pelajaran untuk cobaan semester kemarin saja kamu masih hafal.”

“Iya dong, kalo hal mudah saja saya lupa, kemudian bagaimana mampu saya bisa untuk menjaga persahabatan kita?”

“Waduh. Rasanya saya kelelep rasa. Hiya hiya.”

Boleh Baca: Inilah 10 Inspirasi Hadiah Terbaik untuk Sahabat

***

Demikianlah tadi menu wacana cerpen bernuansa perpisahan sekolah dengan sobat yang lucu yang penuh makna.

Semoga menghibur dan berfaedah ya
Salam.

  Pasir Retak | Cerpen Afrizal Malna