Toko De Vries yang terletak di totogan Jl. Braga dan berhampiran dengan hotel Homann dan Sositet Concordia, tempatnya sangat strategis. Karena barang dagangannya komplit dengan harga rendah, maka banyak hadirin yang berbelanja di toko itu. Dalam waktu setahun omset penjualan cepat meningkat. Maklumlah toko De Vries jadi kawasan berbelanja para tuan perkebunan (Preangerplanters) yang tiba seminggu sekali ke Bandung.
Tuan Klaas de Vries kerepotan. Persediaan barang cepat habis di gudang. Sedangkan pembantu tokonya cuma istrinya dan dua orang pramusaji . Tak ada pembantu buat dinas luar yang bisa disuruh belanja barang ke Betawi, Semarang atau Surabaya.
Akhirnya suami istri De Vries yang tidak mempunyai anak terpaksa meng-import seorang kemenakan dari Nederland untuk tiba ke Tanah Priangan nan sarat impian.
Mulai Jum’at sore, De Vries bau kencur sibuk meladeni para langganannya, khususnya orang-orang kebon yang baru turun dari gunung. Ia mesti kerja lembur, jika malam tidur si atas tumpukan karung terigu di gudang. baru lepas istirahat di hari Senin pagi.
Ditempat dua orang pelayananya Atmo dan Karta, De ries Junior musti begadang semalam suntuk, jaga toko bila ketika-waktu ada Belanda mabok menggedor pintu mau beli minuman atai mau beli obat.
Sekali tempo di malam Minggu, pintu toko terkunci rapat tanpa penjaga. De Vries sekeluarga pergi pesta. Besok paginya pintu toko didapati terbongkar kuncinya. Botol-botol minuman keras licin tandas dari etalage dan rak di gudang. Segepok uang melebihi harga minuman yang hilang tergeletak di meja kasir. Siapa lagi pelakunya kalau bukan para tuan slebor berkantong tebal yang jadi langganan De Vries. Begitulah kelakuan para preangerplanters, haus dan gersang mirip cowboy turun ke saloon.