Cara Mudah Menghafal Qur’an Dengan Rumus 20 X 20

Cara Mudah Menghafal Qur’an Dengan Rumus 20 x 20 – Semua orang niscaya menginginkan masuk Surga di akhirat nanti. Bagaimana caranya ? Caranya ialah dengan Taqwa artinya menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangan Allah. Dengan cara beribah sebab-NYA, insya Allah kita akn masuk nirwana, Aamiin.

Salah satu ibadah yang diminati oleh Allah SWT yakni membaca al-Qur’an, bahkan yang hafal al-Qur’an di jamin akan masuk nirwana. Kalian ingin menjadi penghafal al-Qur’an ?

Pada artikel kali ini akan akan membahas tentang Cara Mudah Menghafal Qur’an Dengan Rumus 20 x 20. Silahkan baca dengan seksama, biar mampu menawarkan faedah untuk anda semuanya.


Ahmad, seorang santri Darul Ilmi Cendekia ingin tau dengan jumlah juzu’ yang dihafalkan temannya. Alih-alih menjawab pertanyaan itu, sang hafidz hanya berkata, “[Ini] privacy,” katanya sambil tersenyum.

Namun rasa ingin tahu Ahmadd menyeretnya pada suatu momen haru, ketika dia mendapatkan informasi dari kawannya bahwa sang hafidz sudah hafal 30 juz. Tabaarakallah, sungguh tawadhu kerabat kita yang gres berusia 20 tahun (tahun 2011) ini. Entah dari umur berapa beliau hafal Al-Qur’an.
 
Dari keterharuan dan rasa iri yang nyata itu, Ahmad beroleh pesan tersirat bahwa, kita harus belajar melihat orang lain selaku wangsit, bukan pembanding, terlebih selaku saingan dalam arti negatif.

Menurut Thiffal Izzah Ramadhani yang menceritakan keteladan sang hafidz bahwa, adik sang hafidz juga sudah hafal Al-Qur’an dari kecil. Yang -atas fasilitas dan kemurahan Allaahu Ta’ala- berperan besar mengantarkannya untuk masuk ke dalam agama Islam, agama yang paling mulia ini. Subhanallaah.

“Adiknya yang bernama Syafa itu hafal Al-Qur’an kurang lebih semenjak umur 6 TAHUN,” ujar sang muallaf.

Allahu akbar, ternyata dongeng anak usia 6 tahun hafal Al-Qur’an itu bukan cuma ada di zaman Imam Syafi’i. Sang muallaf balasannya mulai tahu juga bahwa salah satu kriteria (bukan satu-satunya) seorang penuntut ilmu yakni dilihat dari seberapa jauh interaksinya dengan Al-Qur’an.

Istimewa sekali bukan? Seseorang ternyata mampu mendapatkan kekuatan, kemapanan, dan kemudahan dari Allah Ta’ala dalam hafalan, khususnya hafalan Al-Qur’an. Apalagi di usia muda belia. Lebih-lebih lagi kalau masih kecil imut.

Dari kebiasaan sang hafidz menghafal Qur’an, didapati beberapa cara berikut yang bisa kita terapkan dengan mudah. Insyaa Allah.

Misalnya anda menghafalkan sebuah surah dalam Al-Qur’an yang terdiri atas 6 ayat, bagi saja surah tersebut menjadi dua bagian, masing-masing 3 ayat.

3 ayat pertama diulang-ulang 20x, 3 ayat kedua diulang-ulang 20x. Jika telah final, lalu 6 ayat tersebut digabung dan diulang sebanyak 20x. Teruskan begitu untuk surah-surah yang berikutnya. Ini gambarnya supaya lebih gampang dimengerti.
 
 

Lantas bagaimana cara memperbesar hafalan pada hari berikutnya?


Jika anda ingin menambah hafalan baru pada hari berikutnya, maka sebelum menambah dengan hafalan gres, maka anda mesti membaca hafalan usang dari ayat pertama hingga terakhir sebanyak 20 kali juga. Hal ini biar hafalan tersebut kuat dan besar lengan berkuasa dalam ingataan anda, kemudian anda mengawali hafalan gres dengan cara yang serupa seperti yang anda kerjakan saat menghafal ayat-ayat sebelumnya.

Lalu bagaimana cara mengulang Al-Qur’an (30 juz) setelah menuntaskan muraja’ah di atas?


Mulailah mengulang Al-Qur’an secara keseluruhan dengan cara setiap harinya mengulang 2 juz, dengan mengulangnya 3 kali dalam sehari. Dengan demikian, anda akan bisa mengkhatamkan Al-Qur’an setiap dua minggu sekali. Dengan cara ini maka dalam jangka satu tahun insyaa Allah anda telah mutqin (kuat) dalam menghafal Al-Qur’an, dan lakukanlah cara ini selama satu tahun.

 
Apa yang dikerjakan setelah menghafal Al-Qur’an selama satu tahun?

Setelah menguasai hafalan dan mengulangnya dengan itqan (mantap) selama satu tahun, jadikanlah Al-Qur’an selaku wirid harian anda sampai ajal, karena itulah yang dijalankan oleh Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam semasa hidupnya. Beliau membagi Al-Qur’an menjadi tujuh bagian dan setiap harinya dia mengulang setiap bab tersebut, sehingga dia mengkhatamkan Al-Qur’an setiap 7 hari sekali.

Aus bin Huzaifah rahimahullah berkata, “Aku mengajukan pertanyaan terhadap para teman Rasulullah bagiamana cara mereka membagi Al-Qur’an untuk dijadikan wirid harian? Mereka menjawa, “Kami kelompokan menjadi 3 surat, 5 surat, 7 surat, 9 surat, 11 surat, dan wirid mufashal dari surat Qaaf hingga khatam (Al-Qur’an).” (HR. Ahmad).

Kaprikornus mereka membagi wiridnya sebagai berikut:
 

Apa yang dilakukan sesudah menghafal Al-Qur’an selama satu tahun?


Setelah menguasai hafalan dan mengulangnya dengan itqan (mantap) selama satu tahun, jadikanlah Al-Qur’an selaku wirid harian anda hingga maut, alasannya itulah yang dijalankan oleh Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam semasa hidupnya. Beliau membagi Al-Qur’an menjadi tujuh bab dan setiap harinya beliau mengulang setiap bab tersebut, sehingga ia mengkhatamkan Al-Qur’an setiap 7 hari sekali.

Aus bin Huzaifah rahimahullah berkata, “Aku bertanya kepada para sahabat Rasulullah bagiamana cara mereka membagi Al-Qur’an untuk dijadikan wirid harian? Mereka menjawa, “Kami kelompokan menjadi 3 surat, 5 surat, 7 surat, 9 surat, 11 surat, dan wirid mufashal dari surat Qaaf hingga khatam (Al-Qur’an).” (HR. Ahmad).

Makara mereka membagi wiridnya sebagai berikut:

Hari pertama: membaca surat “Al-Fatihah” sampai final surat “An-Nisa’”,

Hari kedua: dari surat “Al-Maidah” sampai akhir surat “At-Taubah”,

Hari ketiga: dari surat “Yunus” hingga akhir surat “An-Nahl”,

Hari keempat: dari surat “Al-Isra’” sampai selesai surat “Al-Furqon”,

Hari kelima: dari surat “Asy Syu’ara” sampai final surat “Yasin”,

Hari keenam: dari surat “Ash-Saffatt” hingga akhir surat “Al-Hujurat”,

Hari ketujuh: dari surat “Qaaff” sampai simpulan surat “An-Naas”.

Para ulama menyingkat wirid Nabi dengan Al-Qur’an menjadi kata, ” Fami bisyauqin ( فم ي ب شوق ) “, dari masing-masing huruf tersebut menjadi simbol dari surat yang dijadikan wirid Nabi pada setiap harinya, maka:

aksara “fa” simbol dari surat “Al-Fatihah”, selaku awal wirid dia hari pertama,

abjad “mim” simbol dari surat “Al-Maidah”, selaku awal wirid dia hari kedua,

karakter “ya” simbol dari surat “Yunus”, selaku wirid beliau hari ketiga,

aksara “ba” simbol dari surat “Bani Israil (nama lain dari surat al isra)”, selaku wirid beliau harikeempat,

aksara “syin” simbol dari surat “Asy Syu’ara”, selaku awal wirid ia hari kelima,

aksara “wau” simbol dari surat “Wa Shaffat”, sebagai awal wirid beliau hari keenam,

abjad “qaaf” simbol dari surat “Qaaf”, selaku awal wirid ia hari ketujuh sampai simpulan surat “An-Naas”.

  [Puisi Prosa] Untukmu yang Pernah Hadir - Oleh Chinta Mutiara Senja

Bagaimana cara membedakan antara bacaan yang mutasyabih (mirip) dalam Al-Qur’an?


Cara terbaik untuk membedakan antara bacaan yang nyaris sama (mutasyabih) ialah dengan cara membuka mushaf, kemudian bandingkan antara kedua ayat tersebut dan cermatilah perbedaan antara keduanya. Kemudian, buatlah tanda yang bisa untuk membedakan antara keduanya, dan saat anda melakukan muraja’ah hafalan perhatikan perbedaan tersebut. Ulangilah secara terus-menerus sehingga anda mampu mengingatnya dengan baik dan hafalan anda menjadi kuat (mutqin). 

 
Sumber : http://www.akhlakquran.com/