Buktikan Cintamu

Ibn jarir at-thabari mengemukakan beberapa riwayat perihal sababun –nuzul(latar belakang historis turun) ayat ini, dimana ada beberapa orang yang tiba kepada nabi saw dan mereka menyatakan: “sungguh kami sungguh-sungguh cinta kepada alloh.” Tidak usang dari itu maka turunlah ayat ini. Riwayat lainnya, beberapa orang keristen najran pernah menyatakan hal yang sama di hadapan nabi saw. Tetapi mereka juga bersikukuh dengan pengultusannya ke pada nabi ‘isa/yesus dan pada agama keristen meraka. Maka nabi saw pun membaca ayat ini.sementara itu, wahbah az-zuhaili mengutip pernyataan ibn ‘abbas yang menjelaskan bahwa ayat ini di turunkan terkait legalisasi orang yahudi dan keristen sebagaimana dikemukakan allloh swt dalam qs. Al-ma-idah [5] : 18: orang-orang yahudi dan nasrani menyampaikan: “kami ini adalah anak-anak dan kekasih-kekasih-nya”.katakanlah: ”maka mengapa alloh menyiksa kamu alasannya adalah dosa-dosamu?’’ (kau bukanlah bawah umur Allah dan kekasih-kekasihnya –Nya),namun kau yaitu manusia (biasa) di antara orang-orang yang diciptakan-Nya. Dan mengampuni bagi siapa yang dikendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikendaki-Nya. Dan kepunyaan Allah-lah kembali (segala sesuatu). Dari sejumlah riwayat inilah maka Ibn katsir memberikan catatan: “Ayat yang mulia ini memutuskan bahwa semua orang yang mengaku cinta terhadap Allah, tetapi tidak memakai thariqah Muhammadiyyah (jalannya Nabi Muhammad SAW), maka sesungghnya ia batal dalam pengakuannya, hingga ia mengikuti syari`at Muhammad dan agamanya dalam seluruh perkataan dan tindakan. Sebagaimana sudah dikemukakan Rosullullah saw dalam salah satu riwayat yang shalih: `Siapa yang bersedekah satu amal yang tidak ada padanya perintah kami, maka amal itu pasti ditolak.”

Lebih lanjut, Imam Ibn Katsir mengutip pertanyaan para ulama dan hukuma: “Laisas sya`nu na tuhibba; yang pokok itu bukan engkau mencinta, namun yang pokok itu adalah apakah engkau dicintai?

  Pma No 24 Tahun 2018 Ihwal Kepala Madrasah

Klaim cinta kepada Allah swt memang sudah banyak bermunculan dari semenjak zaman Nabi saw, termasuk dari Yahudi dan Kristen yang dikenal sepanjang sejarah selaku kaum Nabi saw, termasuk dari Yahudi dan Kristen yang diketahui sepanjang sejarah sebagai kaum rasalis (memandang keistimewaan berdasarkan ras keturunan). Tetapi semua klaim-klaim itu tidak ada gunanya, sepanjang sang pengemuka klaim tidak mematuhi pedoman dan sunnah yang diajarkan Nabi saw. Dari kaum muslimin dan munafiqin pun, klaim-klaim serupa pernah dikemukakan terhadap Nabi saw. Akan tetapi, Allah dan Rosul-nya tidak perlu klaim, Allah dan Rosul-nya butuh bukti, adalah ittiba` pada jalan (sunnah) Nabi saw atau tidak? Itu yang mesti dibuktikan.