Biografi Ibnu Sina

Sejarah dan Biografi – Dalam sejarah ajaran filsafat kurun pertengahan, sosok Ibnu Sina dalam banyak hal unik, sedang diantara para filosof muslim beliau tidak cuma unik, tapi juga mendapatkan penghargaan yang makin tinggi sampai kurun terbaru. Ia ialah satu – satunya filosof besar Islam yang sudah sukses membangun tata cara filsafat yang lengkap dan terang, suatu tata cara yang sudah mendominasi tradisi filsafat muslim beberapa abad.

Pengaruh ini terwujud bukan hanya alasannya adalah beliau mempunyai sistem, namun alasannya adalah tata cara yang beliau miliki itu menampakkan keasliannya yang memberikan jenis jiwa yang jenius dalam menemukan tata cara – metode dan argumentasi – alasan yang diperlukan untuk merumuskan kembali pemikiran rasional murni dan tradisi intelektual Hellenisme yang beliau warisi dan lebih jauh lagi dalam sistem keagamaan Islam.

BIOGRAFI Ibnu Sina

Nama lengkap Ibnu Sina yakni Abu Ali Husain Ibn Abdillah Ibn Sina. Ia lahir pada tahun 980 M di Asfshana, suatu tempat dekat Bukhara. Orang tuanya ialah pegawai tinggi pada pemerintahan Dinasti Saman.Di Bukhara beliau dibesarkan serta mencar ilmu falsafah kedokteran dan ilmu – ilmu agama Islam. Ketika usia sepuluh tahun ia telah banyak mempelajari ilmu agama Islam dan menghafal Al-Qur’an semuanya. Dari mutafalsir Abu Abdellah Natili, Ibnu Sina mendapat panduan mengenai ilmu akal yang elementer untuk mempelajari buku Isagoge dan Porphyry, Euclid dan Al-Magest-Ptolemus. Dan sehabis gurunya pindah beliau mendalami ilmu agama dan metafisika, terutama dari pemikiran Plato dan Arsitoteles yang murni dengan sumbangan komentator – komentator dari pengarang yang absolut dari Yunani yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Arab.

Baca Juga:

Biografi Sejarah Ilmuan dan Filosof Islam Ibnu Sina Biografi Ibnu Sina
Dengan ketajaman otaknya dia banyak mempelajari filsafat dan cabang – cabangnya, kesungguhan yang cukup menakjubkan ini memperlihatkan bahwa ketinggian otodidaknya, tetapi di suatu kali ia mesti terpaku menunggu dikala ia menyelami ilmu metafisika-nya Arisstoteles, kendati sudah 40 an kali membacanya. Baru setelah ia membaca Agradhu kitab ma waraet thabie’ah li li Aristho-nya Al-Farabi (870 – 950 M), semua persoalan menerima tanggapan dan penjelasan yang terang benderang, bagaikan dia mendapat kunci bagi segala simpanan ilmu metafisika. Maka dengan lapang dada ikhlas dia mengakui bahwa beliau menjadi murid yang setia dari Al-Farabi

  Puisi Untukmu Anakku

Sesudah itu beliau mempelajari ilmu kedokteran pada Isa bin Yahya, seorang Masehi. Belum lagi usianya melampaui enam belas tahun, kemahirannya dalam ilmu kedokteran sudah diketahui orang, bahkan banyak orang yang berdatangan untuk belajar kepadanya. Ia tidak cukup dengan teori – teori kedokteran, namun juga melaksanakan praktek dan mengobati orang – orang sakit.Ia tidak pernah jenuh atau bingung dalam membaca buku – buku filsafat dan setiap kali menghadapi kesulitan, maka beliau memohon terhadap Tuhan untuk diberinya isyarat , dan ternyata permohonannya itu tidak pernah dikecewakan. Sering – sering dia tertidur alasannya kepayahan membaca, maka didalam tidurnya itu dilihatnya pemecahan kepada kesulitan – kesulitan yang dihadapinya.

Sewaktu berumur 17 tahun beliau telah dikenal selaku dokter dan atas panggilan Istana pernah mengobati pangeran Nuh Ibn Mansur sehingga pulih kembali kesehatannya. Sejak itu, Ibnu Sina mendapat sambutan baik sekali, dan dapat pula mengunjungi perpustakaan yang penuh dengan buku – buku yang susah didapat, kemudian dibacanya dengan segala keasyikan. Karena sesuatu hal, perpustakaan tersebut terbakar, maka tuduhan orang ditimpakan kepadanya, bahwa dia sengaja membakarnya, agar orang lain tidak bisa lagi mengambil faedah dari perpustakaan itu .Kemampuan Ibnu Sina dalam bidang filsafat dan kedokteran, kedua duanya sama beratnya.

Dalam bidang kedokteran dia mempersembahkan Al-Qanun fit-Thibb-nya, dimana ilmu kedokteran modern menerima pelajaran, sebab kitab ini selain lengkap, disusunnya secara sistematis.Dalam bidang materia medeica, Ibnu Sina sudah banyak mendapatkan materi nabati gres Zanthoxyllum budrunga – dimana berkembang – tumbuhan banayak membantu terhadap bebebrapa penyakit tertentu mirip radang selaput otak (miningitis).Ibnu Sina pula sebagai orang pertama yang memperoleh peredaran darah manusia, dimana enam ratus tahun kemudian disempurnakan oleh William Harvey. Dia pulalah yang pertama kali menyampaikan bahwa bayi selama masih dalam kandungan mengambil makanannya melalui tali pusarnya.Dia jugalah yang mula – mula mempraktekkan pembedahan penyakit – penyakit bisul yang ganas, dan menjahitnya. Dan last but not list ia juga populer sebagai dokter andal jiwa dengan cara – cara terbaru yang kini disebut psikoterapi.

  Pedoman Wawancara

Dibidang filsafat, Ibnu Sina dianggap selaku imam para filosof di masanya, bahkan sebelum dan sesudahnya. Ibnu Sina belajar sendiri dan genius asli yang bukan hanya dunia Islam menyanjungnya dia memang ialah satu bintang gemerlapan memancarkan cahaya sendiri, yang bukan perlindungan sehingga Roger Bacon, filosof kenamaan dari Eropa Barat pada Abad Pertengahan menyatakan dalam Regacy of Islam-nya Alfred Gullaume; “Sebagian besar filsafat Aristoteles sedikitpun tak mampu memberi pengaruh di Barat, alasannya adalah kitabnya tersembunyi entah dimana, dan sekiranya ada, sangat sukar sekali didapatnya dan sangat sukar dimengerti dan disukai orang alasannya adalah pertempuran – peperangan yang meraja lela di sebeleah Timur, hingga saatnya Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd dan juga pujangga Timur lain menandakan kembali falsafah Aristoteles disertai dengan penerangan dan informasi yang luas.”

Selain kepandaiannya sebagai filosof dan dokter, iapun penyair. Ilmu – ilmu pengetahuan seperti ilmu jiwa, kedokteran dan kimia ada yang ditulisnya dalam bentuk syair. Begitu pula didapati buku – buku yang dikarangnya untuk ilmu akal dengan syair.

Kebanyakan buku – bukunya telah disalin kedalam bahasa Latin. Ketika orang – orang Eropa diabad tengah, mulai mempergunakan buku – buku itu selaku textbook, dipelbagai universitas. Oleh karena itu nama Ibnu Sina dalam abad pertengahan di Eropah sangat kuat.

Dalam dunia Islam kitab – kitab Ibnu Sina terkenal, bukan saja alasannya adalah kepadatan ilmunya, akan tetapi karena bahasanya yang baik dan caranya menulis sangat jelas. Selain menulis dalam bahasa Arab, Ibnu Sina juga menulis dalam bahasa Persia. Buku – bukunya dalam bahasa Persia, telah diterbitkan di Teheran dalam tahun 1954.

Karya – karya Ibnu Sina yang terkemuka dalam lapangan Filsafat adalah As-Shifa, An-Najat dan Al Isyarat. An-Najat yakni resum dari kitab As-Shifa. Al-Isyarat, dikarangkannya kemudian, untuk ilmu tasawuf. Selain dari pada itu, beliau banyak menulis karangan – karangan pendek yang dinamakan Maqallah. Kebanyakan maqallah ini ditulis ketika ia menemukan ide dalam sesuatu bentuk baru dan secepatnya dikarangnya.

  Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Perihal Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Periode Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19)

Sekalipun beliau hidup dalam waktu sarat kegoncangan dan sering sibuk dengan soal negara, ia menulis sekitar dua ratus lima puluh karya. Diantaranya karya yang paling masyhur ialah “Qanun” yang merupakan ikhtisar pengobatan Islam dan diajarkan hingga sekarang di Timur. Buku ini dterjemahkan ke baasa Latin dan diajarkan berabad lamanya di Universita Barat. Karya keduanya adalah ensiklopedinya yang monumental “Kitab As-Syifa”. Karya ini ialah titik puncak filsafat paripatetik dalam Islam.

Ibnu Sina dikenal di Barat dengan nama Avicena (Spanyol aven Sina) dan kemasyhurannya di dunia Barat sebagai dokter melebihi kemasyhuran sebagai Filosof, sehingga dia mereka beri gelar “the Prince of the Physicians”. Di dunia Islam ia dikenal dengan nama Al-Syaikh- al-Rais. Pemimpin utama (dari filosof – filosof).

Biografi Sejarah Ilmuan dan Filosof Islam Ibnu Sina Biografi Ibnu Sina
Meskipun ia di akui sebagai seorang tokoh dalam keimanan, ibadah dan keilmuan, namun baginya minum – minuman keras itu boleh, selama tidak untuk memuaskan hawa nafsu. Minum – minuman keras dihentikan alasannya bias menjadikan permusuhan dan pertikaian, sedangkan jika ia minum tidak demikian malah menajamkan pikiran.

Didalam al-Muniqdz min al-Dhalal, al-Ghazali bahwa Ibnu Sina pernah berjanji kepada Allah dalam salah satu wasiatnya, antara lain bahwa dia akan menghormati syari’at tidak melalaikan ibadah ruhani maupun jasmani dan tidak akan minum – minuman keras untuk memuaskan nafsu, melainkan demi kesehatan dan obta.

Kehidupan Ibnu Sina sarat dengan aktifitas -aktifitas jerih payah. Waktunya dihabiskan untuk permasalahan negara dan menulis, sehingga beliau mempunyai sakit maag yang tidak dapat terobati. Di usia 58 tahun (428 H / 1037 M) Ibnu Sina meninggal dan dikuburkan di Hamazan.