close

Analisis Komunikasi Organisasi Vertikal Mengenai Masalah Kompensasi Insentif

Analisis Komunikasi Organisasi Vertikal Mengenai Masalah Kompensasi Insentif 
Pendahuluan 
Perusahaan yang dipilih oleh peneliti sebagai objek penelitian ialah salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang Food & Beverages terkemuka di Indonesia, Excelso di Samarinda mempunyai dua outlet yaitu di Jalan Bhayangkara Lt UG Plaza Mulia dan di Jalan P.Irian Lt satu Samarinda Central Plaza. Hampir seluruh kawasan di Indonesia terdapat gerai Excelso. CV Semoga Jaya Excelso merupakan franchisee dari PT. Excelso Multi Rasa yang ialah anak dari Kapal Api Group di bawah naungan PT Santos Jaya Abadi yang berpusat di Jakarta dan Surabaya. Excelso sendiri mulai beroperasi pada tahun 1991, outlet pertamanya berada di Plaza Indonesia, Jakarta. Berawal dari ilham untuk menyuguhkan kopi Indonesia dalam bentuk kafe. 
Dalam usianya yang ke 20 tahun Excelso sekarang mempunyai lebih dari 40 outlet (termasuk franchise) di kota-kota besar di Indonesia. Excelso juga memiliki visi yaitu : “Menjadi Café No.1 di Indonesia dengan menyajikan kopi kualitas terbaik, memberikan pelayanan yang membuat puas, dan meningkatkan laba perusahaan secara konsisten”. Excelso café sungguh mengedepankan standarisasi dan kebersihan sehingga Excelso meraih penghargaan Superbrands 2012 pada tanggal 2 Februari 2012 untuk kategori coffee shop yang paling banyak disukai pelanggan Indonesia. Selain itu, Excelso juga menjangkau penghargaan Franchise Top Of Mind 2012 kategori kedai kopi lokal versi majalah Info Franchise Indonesia. Excelso di Samarinda sendiri ialah franchise yang dimiliki oleh CV Semoga Jaya yang merupakan dealer utama Honda di Kaltim dikarenakan franchise maka Excelso di Samarinda harus mengikuti standarisasi sentra namun cuma UMR saja yang tidak mengikuti persyaratan. Sukses tidaknya pencapaian perusahaan sebagian besar tergantung dari pelaksana-pelaksananya ialah para karyawan. Oleh sebab itu untuk mendorong mereka biar tekun di dalam mencapai tujuan perusahaan, mesti diberikan kompensasi yang patut dalam arti sesuai dengan kesanggupan perusahaan dan sesuai dengan sifat-sifat keinginan mereka.
Di Excelso Samarinda pada tanggal 21 Januari 2010 mulai memiliki kebijakan akan memberi kompensasi insentif jika omset dalam sebulan mencapai target sebesar Rp 175.000.000 atau lebih maka satu hingga dua persen dari omset tersebut akan dibagi ke para karyawan. Awalnya dua tahun berlangsung dengan efektif dan rutin setiap bulan namun tepat pada bulan Agustus 2012 sesudah peraturan nomor 141/EXC/I/10 diubah maka menjadi tiga bulan sekali dan mulai terjadi ketidakstabilan dan hingga kini 14 orang karyawan Excelso (tidak termasuk cabang di SCP) belum mendapatkan insentif tersebut selama delapan bulan lamanya dikarenakan hal tersebut kinerja para karyawan mulai menurun atau mampu dikatakan kurang bersemangat. Di sini bantu-membantu tugas komunikasi vertikal sangat diharapkan sebab para karyawan mampu pribadi menyalurkan aspirasinya terhadap atasan begitu juga sebaliknya atasan dapat memberikan alasannya adalah akhir dari persoalan tersebut. Namun realita di lapangan berbeda yang semestinya komunikasi vertikal mampu dipraktekkan namun karena adanya kesenjangan komunikasi antara atasan dan pekerja menjadi tidak sebanding.
Kesadaran atasan dalam melakukan ketentuan normatif masih kurang, bahkan selaku aset perusahaan yang mesti dipelihara. Masih banyak pihak yang memakai pekerja selaku aset untuk meraih popularitas di pertunjukan politik. Apabila para pekerja sendiri tidak mampu menjalin komunikasi yang baik dengan perusahaan, mereka akan gampang terprovokasi dengan intrik-intrik yang sengaja ditimbulkan oleh pihak-pihak tertentu. Oleh karena itu pekerja semestinya mengerti pentingnya komunikasi biar mampu mewujudkan relasi industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan.
Kerangka Dasar Teori
Komunikasi Organisasi Vertikal
Komunikasi vertikal adalah arus komunikasi dua arah timbal balik yang dalam melakukan fungsi-fungsi manajemen memegang peranan yang sangat vital. 
Komunuikasi ke Atas
Menurut Arni Muhammad (2005:116), komunikasi ke atas ialah pesan yang mengalir dari bawahan terhadap atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. Digunakan untuk menawarkan umpan balik terhadap atasan, menginformasikan perihal kemajuan pekerjaan ke arah tujuan dan meneruskan problem-problem yang ada. Komunikasi ke atas menimbulkan para manajer menyadari perasaan para bawahan atas pekerjaannya, rekan sekerjanya dan organisasi secara biasa . Manajer juga mengandalkan komunikasi ke atas untuk menerima ide-pemikiran tentang bagaimana masalah-urusan mampu diperbaiki.
R. Wayne Pace dan Don Faules (2006:189), komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa gosip mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia). Tujuan komunikasi ke atas untuk menemukan berita, keterangan perihal acara dan pelaksanaan tugas/pekerjaan para pegawai pada tingkat rendah. 
Komunikasi ke Bawah
Komunikasi ke bawah mengalir dari pimpinan terhadap bawahan, dari tingkatan administrasi puncak ke administrasi menengah, administrasi yang lebih rendah terus mengalir kepada para pegawai bawahan atau pekerja. Komunikasi ke bawah memperlihatkan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau para pimpinan kepada bawahannya. Kebanyakan komunikasi ke bawah digunakan untuk memberikan pesan-pesan yang berkenaan dengan peran-peran dan pemeliharaan. Pesan tersebut biasanya berhubungan dengan pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan dan akal lazim. 
Menurut Lewis (dalam Arni Muhammad (2004:108)) komunikasi ke bawah yakni untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk usulan, meminimalisir panik dan kecurigaan yang timbul sebab salah gosip, menghalangi kesalahpahaman karena kurang info dan menyiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan pergantian. Menurut R. Wayne Pace dan Don Faules (2006:184) komunikasi ke bawah dalam suatu organisasi bermakna bahwa isu mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi terhadap mereka yang berotoritas rendah. 
Kompensasi 
Malayu S. P. Hasibuan (2007:118) mengemukakan bahwa kompensasi ialah semua pemasukan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak pribadi yang diterima karyawan selaku imbalan atas jasa yang diberikan terhadap perusahaan. Kompensasi berbentuk uang artinya kompensasi dibayar dengan sejumlah uang kartal terhadap karyawan bersangkutan. Kompensasi berupa barang artinya kompensasi dibayar dengan barang. Menurut William B. Werther dan Keith Davis (dalam Malayu S.P. Hasibuan, 2007:119) mengemukakan bahwa kompensasi adalah apa saja yang seorang pekerja terima sebagai balasan dari pekerjaan yang diberikannya baik upah per jam atau gaji periodik didesain dan dikontrol oleh bab personalia. Menurut F. Sikula (dalam Malayu S.P. Hasibuan, 2007:119) mengemukakan bahwa kompensasi yakni segala sesuatu yang dikonstitusikan atau dianggap sebagai sebuah balas jasa atau equivalen. 
Insentif
Menurut Heidjrahman Ranupandojo dan Suad Husnan (1984:1), insentif adalah pengupahan yang menunjukkan imbalan yang berlawanan alasannya adalah memang prestasi yang berlainan. Dua orang dengan jabatan yang sama dapat menerima insentif yang berlainan karena bergantung pada prestasi. Insentif adalah suatu bentuk dorongan finansial terhadap karyawan sebagai balas jasa perusahaan terhadap karyawan atas prestasi karyawan tersebut. Insentif ialah sejumlah duit yang di tambahkan pada upah dasar yang di berikan perusahaan kepada karyawan. Apabila upah dan honor diberikan selaku kontra prestasi atas kinerja persyaratan pekerja dalam insentif ialah tambahan kompensasi atas kinerja di atas kriteria yang diputuskan. Adanya insentif dibutuhkan menjadi faktor pendorong untuk mengembangkan prestasi kerja di atas standar. Di samping upah, gaji dan insentif terhadap pekerja dapat diberikan rangsangan lain berbentukpenghargaan atau reward. Perbedaan antara insentif dan reward adalah insentif bersifat memberi motivasi biar pekerja lebih mengembangkan prestasinya sedangkan reward pekerja lebih bersifat pasif. 
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis pendekatan observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan pendekatan deskriptif kualitatif yang berisi perihal pemaparan atau uraian mendalam.
Fokus Penelitian
Adapun konsentrasi observasi ini membicarakan perihal :
1. Komunikasi vertikal organisasi
a. Komunikasi dari atas ke bawah (Manajer/Supervisor dengan karyawan)
b. Komunikasi dari bawah ke atas (Karyawan dengan manajer/supervisor)
2. Kompensasi
a. Insentif
Sumber dan Jenis Data
Data utama dalam observasi kualitatif adalah :
a. Data primer yaitu data yang diperoleh secara pribadi dari objek 
observasi/sumber data utama. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai ialah sumber data utama. Sumber data utama dicatat lewat catatan tertulis atau lewat perekaman video/audio tapes, pengambilan foto atau film. Pencatatan sumber data utama lewat wawancara atau pengamatan berperan serta merupakan hasil usaha adonan dari acara menyaksikan, mendengar dan mengajukan pertanyaan. 
b. Data sekunder ialah data dalam bentuk yang sudah jadi mirip :
1. Buku-buku yang menjadi referensi
2. Dokumen-dokumen
3. Internet
Teknik Pengumpulan Data
1. Penelitian kepustakaan (library research)
2. Penelitian lapangan (field research)
a. Observasi
b. Wawancara
c. Dokumentasi 
Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini ialah purposif sampling ialah teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan-usulantertentu. Adapun yang menjadi key informannya disini yakni Bapak Aditya Pratama sebagaiSupervisor berjumlah satu orang dan yang menjadi informan adalah Uswatun Hasanah sebagaiCrew Leader berjumlah satu orang dan karyawan lain ialah Feriseptrida Dating, Yopi Ibau, Saniah Aliansyah dan Febirianto berjumlah empat orang serta Widia Astuti mantan karyawan berjumlah satu orang yang mengetahui wacana info yang dibutuhkan oleh peneliti.
Teknik Analisis Data 
Pada observasi ini peneliti menggunakan versi analisis interaktif Miles dan Huberman :
1. Pengumpulan data
2. Reduksi data
3. Penyajian data
4. Penarikan kesimpulan/verifikasi 
Empat jenis aktivitas analisis dan aktivitas pengumpulan data itu sendiri ialah proses siklus dan interaktif, dimana peneliti harus siap bergerak di antara empat hal tersebut selama pengumpulan data, berikutnya bergerak bolak-balik acara reduksi, penghidangan, dan penarikan kesimpulan/verifikasi selama sisa waktu observasi.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bentuk-bentuk aktivitas komunikasi vertikal organisasi yang dilaksanakan mirip kegiatan komunikasi dari atasan kepada para bawahan dan komunikasi dari bawahan kepada atasan. Dalam sebuah organisasi, komunikasi diharapkan dapat berlangsung dengan efektif dimana bawahan dan atasan mampu saling bekerja sama dan saling mendukung biar acara komunikasi organisasi yang terbentuk bisa berjalan sesuai dengan yang sudah dijadwalkan guna perkembangan perusahaan dan mampu menuntaskan problem. Kurangnya komunikasi baik terhadap atasan maupun terhadap bawahan akan mempunyai pengaruh buruk kepada proses buatan. Oleh karena itu, desain komunikasi organisasi harus betul-betul dimengerti dan diterapkan pada perusahaan. 
Hasil penelitian ini diperoleh dengan teknik wawancara secara mendalam (in depth interview) dengan informan dan key informan sebagai bentuk penelusuran data dan dokumentasi eksklusif di lapangan yang lalu peneliti analisis. Analisis ini sendiri difokuskan terhadap komunikasi vertikal, baik komunikasi ke atas maupun komunikasi ke bawah dan kompensasi insentif . Agar penelitian ini lebih objektif dan akurat maka peneliti mencari berita pemanis dengan melaksanakan wawancara dengan informan embel-embel yang berada di luar lokasi penelitian mirip mantan karyawan CV Semoga Jaya Excelso. 
a. Komunikasi dari bawahan terhadap atasan
Komunikasi secara vertikal atau komunikasi dua arah yang dilakukan antara karyawan dengan atasan memang penting dalam sebuah organisasi, komunikasi yang dilakukan antara bawahan dengan atasan pada CV Semoga Jaya Excelso kurang efektif dibilang kurang efektif alasannya adalah para karyawan segan untuk mengutarakan pertimbangan dan ganjalan mereka alasannya adalah atasan terlalu menutup diri dan tidak ada pendekatan secara maksimal kepada karyawan. Bahwasanya komunikasi yang ideal dan efektif berdasarkan Arni Muhammad (2005:116) jikalau komunikan dan komunikator saling menyampaikan pesan sehingga menghasilkan timbal balik sedangkan yang terjadi di lapangan, komunikasi tidak menghasilkan umpan balik. Pada saat jabatan Store Manager masih dipegang oleh Heri Chandra, ia berkala melaksanakan briefing pada dikala jam kerja atau di luar jam kerja, briefing ini dikerjakan di daerah kerja dan kadang kala di kedai makanan atau bar. Ini semua dijalankan oleh Heri Chandra biar ada pendekatan secara alami sehingga timbul situasi relasi dan para karyawan mampu lebih leluasa untuk memberikan usulan dan keluhan mereka. Komunikasi yang berjalan antara karyawan dengan atasan pada CV Semoga Jaya Excelso ini dikerjakan supaya dapat terjalin komunikasi yang efektif antara karyawan dengan atasan dan agar tidak ada lagi kesenjangan antara karyawan dengan atasan di mana peran atasan mempunyai kewenangan untuk menertibkan informasi yang disampaikan para karyawan. 
b. Komunikasi dari atasan terhadap bawahan
Komunikasi yang terjalin antara atasan kepada bawahan tidak bisa berjalan dengan tanpa hambatan dibilang seperti itu alasannya adalah atasan kurang membuka diri dan tidak melakukan pendekatan secara maksimal terhadap para karyawan dan menjadikan keseganan para karyawan untuk mampu menyampaikan hal-hal maupun hambatan dalam perusahaan. Menurut Lewis (dalam Arni Muhammad (2004:108)) komunikasi ke bawah yakni untuk menyampaikan tujuan, untuk mengganti perilaku, membentuk usulan, mengurangi cemas dan kecurigaan yang muncul sebab salah info, mencegah kesalahpahaman alasannya kurang gosip dan merencanakan anggota organisasi untuk mengikuti keadaan dengan perubahan. Itu sebabnya dibilang kurang efektif karena tidak sesuai dengan teori yang ada. 
Atasan cuma melakukan komunikasi jikalau ada laporan atau tugas yang harus dilaksanakan oleh karyawan. Komunikasi dari atasan terhadap bawahan memegang peranan penting karena berkaitan dengan tugas atasan selaku pemimpin dalam organisasi dan tidak bisa dipungkiri perusahaan yang bergerak di bidang food and beverages ini sungguh mendukung karyawannya untuk mengenyam pendidikan terbukti nyaris seluruh karyawan CV Semoga Jaya Excelso rata-rata mahasiswa/i yang aktif mengikuti perkuliahan. CV Semoga Jaya Excelso memperbolehkan karyawannya untuk kuliah pada ketika jam kerja tetapi karyawan tersebut harus mengganti jam kerja selama yang ditinggalkan itu. 
Atasan yang selalu berkomunikasi dengan semua pihak baik melalui relasi formal maupun informal akan menciptakan situasi kerja yang serasi. Fungsi pimpinan atau atasan adalah menuntun, membimbing atau membangunkan motivasi-motivasi kerja, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik. (Gary Dessler, 2007:49) Selain itu, suksesnya pelaksanaan peran atasan itu sebagian besar diputuskan oleh kemahiran dalam menjalin komunikasi yang tepat dengan semua pihak secara vertikal maupun horizontal. 
c. Insentif
Insentif merupakan pengupahan yang menunjukkan imbalan yang berlainan alasannya memang prestasi yang berlainan. (Heidjrahman Ranupandojo dan Suad Husnan, 1984:1). Dua orang dengan jabatan yang serupa dapat mendapatkan insentif yang berbeda sebab bergantung pada prestasi. Insentif merupakan salah satu jenis dari kompensasi pribadi, selain insentif ada honor dan upah. Adanya insentif dibutuhkan menjadi aspek pendorong untuk memajukan prestasi kerja di atas kriteria.
Menurut Manullang (1981:141) ada berbagai macam insentif yaitu finansial insentif dan non finansial insentif. Finansial insentif sendiri mencakup kemakmuran karyawan seperti jaminan hari renta, kesehatan, dan lain-lain sedangkan non finansial insentif seperti keadaan pekerjaan yang membuat puas yang meliputi kawasan kerja yang nyaman, jam kerja dan rekan kerja yang dapat melakukan pekerjaan sama dengan baik serta perilaku pimpinan kepada harapan masing-masing karyawan mirip jaminan pekerjaan, penawaran spesial jabatan, unek-unek-unek-unek, hiburan dan relasi yang baik dengan atasan. Pertama kali anjuran insentif diajukan oleh Heri Chandra manajer pertama CV Semoga Jaya Excelso. Mengingat kebutuhan para karyawan yang semakin tinggi dan semangat karyawan yang mulai berkurang oleh alasannya adalah itu, dia mengajukan adanya pertolongan insentif setiap sasaran omset yang dapat diraih dan diperlukan mampu memacu semangat kerja karyawan dengan adanya rewards tersebut. 
Dari kebijakan awal CV Semoga Jaya Excelso dengan nomor 141/EXC/I/10 dan kemudian di revisi dengan nomor 2032/EXC/VII/12 sudah prospektif terhadap karyawannya akan menawarkan insentif kalau omset meraih ataupun melampaui target, insentif sendiri memiliki kegunaan untuk memotivasi karyawan agar mereka dapat bekerja dengan baik dan mampu menguntungkan perusahaan. Pada mulanya tunjangan insentif ini berlangsung efektif dan tanpa kendala setiap bulannya akan tetapi sesudah 2 tahun tepatnya setelah pergeseran manajer dan peraturan diubah menjadi 3 bulan sekali mulai terjadi ketidakstabilan dan menjadi tidak transparan ini disebabkan oleh komunikasi vertikal baik dari atasan ke bawahan maupun dari bawahan ke atasan yang kurang efektif, efektif bila keduanya dapat selaras dan menghasilkan umpan balik. Hal ini menjadikan kinerja dan pelayanan para karyawan terhadap pelanggan menjadi tidak cocok kriteria operasional. Jika dibiarkan ini terjadi maka perusahaan akan mengalami kerugian bahkan melarat.
d. Hambatan Komunikasi Organisasi
Tidak semua kegiatan komunikasi dapat berjalan tanpa gangguan. Berikut yakni kendala-kendala yang terjadi selama proses komunikasi organisasi vertikal berlangsung :
Komunikasi ke atas
Para karyawan segan untuk mengutarakan pertimbangan dan keluhan mereka kepada atasan sebab atasan terlalu menutup diri dan tidak ada pendekatan secara maksimal kepada karyawan risikonya arus komunikasi menjadi terhambat dan pesan tidak tersampaikan seperti ada tembok pemisah
Komunikasi ke bawah 
Atasan cuma melaksanakan komunikasi jikalau ada laporan atau peran yang mesti dikerjakan oleh karyawan. Bila tidak ada yang penting atasan condong diam dan tidak berupaya mendekatkan diri terhadap karyawan, karena atasan cenderung menutup diri tersebut menjadikan banyaknya rumor atau desas-desus yang terjadi dan menjadikan komunikasi ke bawah menjadi kurang efektif mirip gosip menaikkan target omset, dsb
Kesimpulan
1. Komunikasi dari bawahan kepada atasan di CV Semoga Jaya Excelso mengakibatkan acara komunikasi di dalam perusahaan tidak berjalan dengan tanpa kendala disebabkan alasannya adalah para bawahan atau karyawan merasa segan untuk menyampaikan hal-hal ihwal keadaan pekerjaan mereka alasannya atasan tidak membuka diri kepada karyawan sehingga komunikasi dari bawahan terhadap atasan menjadi terhambat dan tidak ada timbal balik sesuai dengan teori komunikasi
2. Atasan cuma melaksanakan komunikasi kalau ada laporan atau tugas yang harus dijalankan oleh karyawan. Bila tidak ada yang penting atasan condong membisu dan tidak berusaha mendekatkan diri terhadap karyawan, alasannya adalah atasan cenderung menutup diri tersebut menyebabkan banyaknya rumor atau desas desus yang terjadi dan mengakibatkan komunikasi ke bawah menjadi kurang efektif seperti info mengoptimalkan target omset, dsb. Kurangnya sensitivitas dan kepedulian atasan terhadap hak dari para karyawan sehingga menjadikan kinerja dan kedisiplinan para karyawan dalam melakukan tugasnya menjadi menurun. Karyawan merasa tidak dipedulikan dan atasan juga jarang berkomunikasi dengan bawahan sehingga mengakibatkan kegiatan komunikasi organisasi pada CV Semoga Jaya Excelso menjadi terhambat alasannya pesan tidak tersampaikan 
3. Pemberian insentif berjalan tidak stabil komunikasi ke atas dan komunikasi ke bawah tidak dilaksanakan secara benar sesuai teori yang ada sehingga menjadikan para karyawan tidak puas dengan sistem manajemen perusahaan dan berimbas terhadap mutu pelayanan yang menurun.
Saran
1. Karyawan CV Semoga Jaya Excelso segan untuk memperlihatkan usulan atau anjuran kepada atasan untuk kemajuan organisasi perusahaan yang bermakna terdapat kurangnya komunikasi antara bawahan kepada atasan, dengan demikian semestinya para karyawan atau bawahan lebih memajukan komunikasi yang bagus kepada atasannya untuk kemajuan perusahaan guna kelancaran organisasi, mirip dalam berkomunikasi para karyawan untuk tidak segan memberikan pendapat mereka terhadap atasan sehingga arus gosip antara karyawan dengan atasan mampu berlangsung efektif tanpa kendala. 
2. Komunikasi dari atasan terhadap bawahan semestinya lebih ditingkatkan dengan cara atasan lebih memperhatikan para karyawan dengan melihat secara eksklusif kinerja para karyawan semoga mengetahui kendala yang mereka alami dan supaya para karyawan merasa di amati dan dihargai oleh atasan. Atasan juga sebaiknya lebih peduli dan tegas kepada para karyawan sehingga mereka mampu disiplin dalam melaksanakan tugasnya dan bagi atasan semestinya bersikap transparan dan tidak menutup diri terhadap karyawan serta jika karyawan ada yang tidak disiplin dalam melaksanakan tugasnya supaya diberikan sanksi yang tegas mirip teguran, sumbangan SP1, SP2 dan SP3, pemotongan honor dan sebagainya supaya para karyawan lebih disiplin dan mematuhi peraturan yang telah ditetapkan perusahaan.
3. Seharusnya pemberian insentif itu dikerjakan sempurna waktu sesuai dengan aturan dan tidak terbelengkalai sesuai perjanjian yang ada semoga para karyawan tidak kecewa dan pada alhasil dapat merugikan perusahaan alasannya hak yang dituntut tidak juga dihiraukan. 
4. Agar komunikasi diantara keduanya berjalan efektif seharusnya kepada semua karyawan didorong untuk tidak segan-segan memberikan hal apapun kepada atasan sejauh dalam kerangka atau lingkup pengembangan dan kemajuan perusahaan dan untuk mengungkapkan bagaimana fikiran dan perasaan bawahan perihal pekerjaan mereka dalam perusahaan.
5. Untuk kemajuan operasional perusahaan tugas atasan CV Semoga Jaya Excelso diharapkan mampu bertindak lebih tegas terhadap karyawan supaya para karyawan dapat mendisiplinkan waktu mereka untuk kemajuan perusahaan.
Daftar Pustaka
Buku 
Bungin, Burhan. 2003. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : PT. Raja Grafindo 
Perkasa.
Dessler, Gary. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. 
Prenhallindo.
Effendy, Onong Uchjana. 2007. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : 
PT. Citra Aditya Bakti.
Harun, Rochajat. 2008. Komunikasi Organisasi. Bandung : CV. Mandar Maju.
Hasibuan, Malayu SP. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi 
Aksara.
Manullang, M. 1981. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja 
Rosdakarya.
Muhammad, Arni. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
M.A, Morissan. 2009. Teori Komunikasi Organisasi. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Pace, R.Wayne dan Faules, Don F. 2006. Komunikasi Organisasi, Strategi 
Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Panggabean, Mutiara Sibarani. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia.Jakarta : 
Ghalia Indonesia. 
Ranupandojo, Heidjrachman. 1980. Industrial Relations. Yogyakarta : PT BPFE.
_______________________ dan Husnan, Suad. 1984. Manajemen Personalia. 
Yogyakarta : PT. BPFE.
Romli, Khomsahrial. 2011. Komunikasi Organisasi Lengkap. Jakarta : 
PT.Grasindo.
Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi. 
Jakarta : PT. Raja Grafindo Perkasa. 
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: 
Alfabeta. 
Suprapto, Tommy. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi dan Peran Manajemen 
dalam Komunikasi. Yogyakarta : Caps.
Wiryanto. 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Grasindo.
Sumber lain
http://jakartagrosir.com/bentuk-komunikasi-vertikal-blog-522.html, diakses 
tanggal 27 Maret 2013 pukul 14.35
http://dwiiba.wordpress.com/tata cara-kompensasi/, diakses tanggal 27 Maret 2013 
pukul 15.15
http://chocomilkcorner.tripod.com/sdm/sdm_shan_1.html, diakses tanggal 28 
Maret 2013 pukul 11.00
?m=1, 
diakses tanggal 28 Maret 2013 pukul 12.03
?m=1, 
diakses tanggal 29 Maret 2013 pukul 19.18
?m=1, diakses tanggal 29 maret 2013 pukul 20.30