close

Teladan Jurnal Makna Berdandan Bagi Perempuan (Studi Masalah Ihwal Penggunaan Make Up Pada Sales Promotion Girl)

Makna Berdandan Bagi Perempuan (Studi Kasus Tentang Penggunaan Make Up Pada Sales Promotion Girl)
PENDAHULUAN 
Perdagangan kosmetik di Indonesia ternyata sangatlah mencengangkan.Kecantikan yang telah menjadi kebutuhan utama bagi wanita berimbas pada penjualan kosmetik di pasaran Indonesia. Menurut Menteri Perindustrian MS Hidayat memproyeksikan, penjualan produk kosmetik impor tahun 2012 meraih Rp 2,44 triliun, naik 30% dibandingkan tahun 2011. Bahkan Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia (Perkosmi) memprediksi, omzet kosmetik nasional tahun 2013 naik 10-15% menjadi Rp 11,2 triliun dibandingkan tahun 2012 yang meraih Rp 9,76 triliun. (Kementrian Perindustrian,2013) Merebahnya aneka macam macam tempat yang menawarkan berbagai macam kosmetik, mulai tampakdi Kota Surakarta. Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, Surakarta sudah dijadikan target investasi bagi para produsen kosmetik. 
Toko-toko yang memberikan berbagai macam kosmetik mampu ditemui dengan mudah, baik di pinggir jalan raya ataupun pusat-sentra perbelanjaan. Mereka yang masih muda pastinya akan lebih memperhatikan tubuhnya biar bisa tampil semenarik mungkin. Mereka cemas akan pergeseran fisik dan kulit muka menghitam pada diri mereka. Perempuan muda ini dapat diidentikan dengan wanita yang berumur 20-30 tahunan utamanya mereka yang bekerja selaku SPG(Sales Promotion Girl).Kita dapat melihat bagaimana SPG ini senantiasa menampilkan penampilan yang mempesona secara fisik. 
Salah satu hal yang menjadi permintaan dikala mereka melakukan pekerjaan adalah penggunaan tata rias. Di pusat-sentra perbelanjaan ataupun di supermarket-swalayan contohnya, disana akan ditemui para SPG yang menggunakan tata rias. Tebalnya tata rias menjadi salah satu hal yang diwajibkan ketika mereka bekerja. Hal ini seperti yang diungkapkan salah satu SPG di Stand kosmetik Martha Tilaardengan tata rias tebal di wajahnya, saat ditanya mengapa para SPG menggunakan make up dikala bekerja. Jawaban yang diberikan yaitu alasannya adalah hal ini sudah menjadi hukum dari atasan, jikalau tidak mematuhi akan dikenakan denda Rp 100.000,- atau potong gaji. Hal ini memberikan bahwa performa mempesona secara fisik saat mereka melakukan pekerjaan menjadi modal utama menjadi SPG. 
Berawal dari lingkungan pekerjaan inilah, para SPG dituntut untuk terus dan tetap mempertahankan tampilan mereka. Namun ternyata, hal ini secara sadar ataupun tidak sadar telah mempunyai efek pada suatu status sosial dan prestise di lingkungan sosial mereka. Tuntutan pekerjaan dengan memakai tata rias, menciptakan mereka harus menyantap banyak sekali macam kosmetik tampang secara lebih sering dibandingkan perempuan umumnya. 
Pengkonsumsian kosmetik untuk ber make up ini yang lalu berefek pada gaya hidup para SPG dalam kesehariannya. Bagaimana mereka bertindak untuk senantiasa menjaga penampilnnya supaya tetap menarik seperti melakukan aneka macam perawatan dan pergi ke salon. Cantik sendiri dalam penelitian yang dilakukan oleh Septian Gigih Prakoso di Surakarta merupakan bentuk pendominasian terhadap perempuan. Tubuh wanita tidak pernah lepas dari tentang dan kuasa. Manusia hidup dalam suatu ihwal, sebagaimana juga wanita yang hidup dalam sebuah ihwal dan kuasa ihwal tubuh.
Wacana cantik inilah yang membentuk kecantikan pada perempuan.Wacana anggun mampu diterima dalam masyarakat sebab tentang tersebut dinormalisasi menjadi suatu wawasan. Penelitian ini akan mencoba menggali makna dibalik sebuah dandanan pada perempuan dengan desain kecantikan berdasarkan para SPG di Surakarta. 
Konsep desain lain mirip alasanalasan mereka menggunakan tata rias dan merek-merek make up apa yang sering mereka pakai, menjadi konsep yang mampu menjawab makna di balik suatu dandanan pada perempaun dikala ini. Sehingga rumusan dilema yang dikaji dalam observasi ini yakni bagaimana makna dandanan bagi para Sales Promotion Girl di Surakarta? Berdasarakan perumusan problem yang sudah dirumuskan diatas, tujuan yang diperoleh dari observasi ini adalah untuk mengerti dan menjelaskan makna dandanan bagi para Sales Promotion Girl di Surakarta dan untuk mengetahui gaya hidup para Sales Promotion Girl untuk memenuhi konstruksi keayuan perempauan era sekarang. 
METODE 
Penelitian ini yaitu dengan memakai metode deskriptif kualitatif dengan taktik penelitian studi kasus.Terdapat informan pada observasi ini, yakni informan kunci dan informan penunjang.Informan kunci adalah adalah SPG, sedangkan informan pendukung adalah Event Orginizer, penduduk umum dan saudara bersahabat informan kunci. Teknik sampling yang dipakai yaitu teknik purposive sampling dengan snowball sampling. Sedangkan teknik pengumpulan data yang dipakai yaitu wawancara mendalam dan observasi eksklusif.Dalam menguji validitas data, peneliti menggunakan teknik triangulasi data atau sumber dan triangulasi metode.Tahapan analisis interaktif observasi ini yakni pengumpulan data, reduksi data, interpretasi data dan penarikan kesimpulan. 
HASIL 
Berbagai sentra-sentra perbelanjaan dan banyak sekali event yang mempekerjakan wanita sebagai pekerjanya, sudah mewajibkan para wanita ini untuk selalu tampil menawan. Penampilan menawan ini diantaranya dengan keharusan memakai tata rias, pakaian seragam dan rapi, penataan rambut dan pemakaian sepatu high hiils. Lokasi pusat-pusat perbelanjaan dan berbagai event yang berada di Kota Surakarta menjadi pesona peneliti untuk lalu melakukan penelitian perihal makna berdandan bagi perempuan dengan objeknya adalah Sales Promotion Girl. Lebih lanjut, pemakaian make up dan banyak sekali hal yang menjadi hukum dikala melakukan pekerjaan tidak cuma menjadi suatu permintaan pekerjaan, melainkan juga berbuntut pada sebuah pola hidup. 
Berdasarkan temuan data lapangan mampu diketahui bahwa pertama pemakaian tata rias pada Sales Promotion Girl ialah sebuah kewajiban dikala mereka melakukan pekerjaan . Meski aturan pemakaian tata rias ada yang tertulis dan ada yang tidak tertulis, para Sales Promotion Girl ini tetap harus menggunakan tata rias dikala mereka melakukan pekerjaan . Kaprikornus pemakaian make up pada Sales Promotion Girl menjadi suatu permintaan pekerjaan yang harus mereka kerjakan untuk menarik konsumen. 
Kedua kosmetik ialah 
  1. Penunjang kecantikan agar perempuan terlihat bagus 
  2. Kosmetik menjadi penutup kekurangan pada paras perempuan 
  3. Tampil percaya diri di masyarakat dan 
  4. Terlihat lebih menawan di khalayak umum. 
  E-Commerce Dan Tata Cara Pembayaran Pada E-Commerce
Wajah menjadi dasar seorang perempuan supaya mampu dinilai elok ataupun tidak bagus oleh orang lain. Ketika seorang perempuan merasa memiliki kelemahan pada paras mereka, maka mereka memoles muka mereka dengan tata rias. Make up menimbulkan wanita tampil lebih anggun dan menawan di penduduk , mereka juga merasa lebih yakin diri dengan make up. Konsep cantikpun intinya sama ialah kulit putih, alasannya adalah putih diidentikan dengan bersih. Ketiga pengkonsumsian kosmetik tidak cuma berbuntut pada impian tampil manis dan mempesona tapi juga pada prestise yang kosmetik itu usung.
Berbagai merek kosmetik ternyata cukup diperhitungkan oleh para Sales Promotion Girl ini. Berawal dari banyaknya lingkungan sekitar mereka yang menggunakan merek kosmetik tertentu, para SPG inipun alhasil terbawa yang kemudian menjinjing rasa besar hati tersendiri akan kosmetik yang mereka pakai. Selain itu, dalam mereproduksi rancangan bagus yang ada dalam penduduk , para SPG ini memanfaatkan jasa perawatan kulit ataupun dokter kulit.Hal ini untuk merealisasikan konsep bagus tersebut.Rambutpun masuk dalam konsep keelokan seorang wanita. 
PEMBAHASAN 
Pemakaian make up atau berdandan ialah sebuah konstruksi sosial atas keayuan seorang wanita. Penilaian dan pemahaman SPG akan bermake up atau berdandan ialah hasil dari konstruksi pengetahuan yang mereka berdiri berdasarkan realitas. Realitas ini tidak terlepas dari tiga tahapan (eksternalisasi, obyektivasi dan internalisasi) yang telah diungkapkan oleh Berger dan Luckman.Realitas tersebut bisa dibangun melalui keluarga, penduduk , agama dan media. Selain itu lingkungan pekerjaan juga ikut membangun konstruksi bagus seorang wanita dengan cara berdandan. SPG menyaksikan adanya realitas manis yang dibangun seperti berkulit putih, tinggi, berambut panjang, hidung mancung, mata bulat dan langsing yang membuat mereka mengikuti hal tersebut.SPG juga meyakini bahwa berdandan telah menjadi suatu hal yang lumrah bagi mereka saat melakukan pekerjaan . 
Tuntutan pekerjaan menciptakan mereka mesti mengkonsumsi kosmetik lebih sering dibandingkan perempuan biasanya.Penggunaan kosmetik ini juga berdampak pada kehidupan keseharian mereka. Saat para SPG bepergian, mereka juga menggunakan make up atau dandanan seperti dikala mereka melakukan pekerjaan meski tidak setebal seperti dikala melakukan pekerjaan . Hal ini mengarah pada tujuan mereka yakni ingin tampil manis.Keinginan untuk tampil cantikpun menciptakan mereka manfaatkan jasa perawatan kulit dan dokter kulit. Penggunaan kosmetik mahal dan memakai jasa perawatan kulit maupun dokter kulit, mengakibatkan hal ini sebagai suatu pola hidup. 
Gaya hidup yang lebih mementingkan gambaran dan identitas diri lewat sebuah prestise. Media dan iklan televisi sangat berperan penting dalam mengkonstruksi cantiknya seorang perempuan ketika ini.Berbagai media dan iklan televisi sudah melegitimasi tolok ukur manis seseorang.Cantikpun menjadi sesuatu yang terkonstruksikan oleh masyarakat. Pemaknaan berdandan dengan kosmetik yang dilakuakan oleh para SPG pun tidak lepas dari adanya konstruksi sosial atas kecantikan, yang lalu bermetamorfosis bab dari gaya hidup dengan berbagai kosmetik dan banyak sekali hal untuk mengikuti demam isu. 
SIMPULAN 
Berdasarkan deskripsi dan analisis data yang diperoleh pada observasi perihal makna berdandan bagi perempuan yang berprofesi selaku Sales Promotion Girl, maka dapat ditarik kesimpulan yakni berdandan (penggunaan make up) ialah tuntutan pekerjaan biar dapat mempesona pelanggan.Dalam patokan menjadi SPG tidak lepas dari suatu konstruksi sosial atas kecantikan yakni cantik, mempesona, tinggi, langsing dan putih. Kemudian berdandanpun (penggunaan make up) ialah syarat mutlak untuk bekerja selaku SPG.Hal ini menciptakan masyarakat mewajarkan bahwa SPG memang harus berdandan (penggunaan tata rias). 
Berdandan tidak hanya tuntutan pekerkjaan namun juga untuk tampil cantik dan percaya diri di depan khalayak lazim.Kemudian anggun tidak lepas dari konstruksi anggun yang dibangun para SPG yaitu perempuan yang berkulit putih, tinggi, berambut panjang, hidung mancung, mata bundar dan langsing.Berdandan merupakan hal penting untuk menutupi kekurangan pada tampang dan embel-embel kecantikan.Para SPG pada balasannya tergiring untuk memakai jasa perawatan kulit putih dan dokter kulit menjadi reproduksi atas konstruksi keelokan. Tidak cuma penggunaan jasa perawtan kulit dan dokter kulit, konsumsi kosmetik yang SPG pakai mengirimkan mereka pada situs gaya hidup. Merek-merek kosmetik menjadi hal utama dibandingkan kecocokan kosmetik pada muka.Pengkonsumsian kosmetik merek tertentu menjinjing prestise tersendiri bagi para SPG. hal terakhir lalu ialah media iklan, televisi, majalah dan internet menjadi pembentuk desain keelokan seorang wanita dan pembentuk gaya hidup. 
SARAN 
Setelah menyelenggarakan observasi dan pengkajian perihal makna berdandan pada Sales Promotion Girl, maka peneliti menawarkan rekomendasi-sran untuk memperbesar pengetahuan: 
1. Bagi Masyarakat sebagai konsumen 
  • Masyarakat tidak menatap negatif pekerjaan selaku SPG karena tampilan SPG yang terkadang terlampau seksi menenteng beban budbahasa tersendiri bagi para SPG. Para SPG hanya mengikuti aturan main para kapitalis yang menuntut mereka mesti berdandan dan berpenampilan menarik untuk mendapatkan penghasilan. 
  • Masyarakat mesti menimbang untuk berbelanja produk yang ditawarkan SPG atau tidak membeli. c. Masyarakat mesti lebih kritis terhadap media yang selalu memperlihatkan pola hidup kelas atas untuk dapat menekan budaya konsumtif di penduduk .
  Pola Makalah Bagaimana Imbas Implementasi Kebijakan Metode Self Assessment Pada Kepatuhan Wajib Pajak Orang Langsung?
 
2. Bagi Sales Promotion Girl 
  • Penampilan menawan, manis dan tinggi yang telah menjadi standar biar dapat bekerja belum cukup bagi masyarakat. Bagi masyarakat, hal paling penting yakni keramahan para SPG dalam mengahadapi customer. 
  • Tidak perlu berdandan sebegitu tebal sebab hal paling penting bagaimana SPG berkomunikasi dengan customer. 
3. Bagi Event Orginizer 
a. Memberikan pengarahan bahwa kunci SPG yakni berkomunikasi dengan pelanggan dalam menunjukkan produknya. Memberikan pemberian pada SPG yang menerima pemerkosaan baik lewat perkataan atau tindakan. 
UCAPAN TERIMA KASIH 
Peneliti mengucapkan Allah AWT yang telah melimpahkan rizki dan hidayahNya.Penulis juga mengucapkan terima kasih terhadap dosen pembimbing skripsi yang sudah membimbing peneliti menyusun skripsi.Terima kasih pada informan yang menawarkan cukupmdata untuk penelitian ini.Dan semua pihak yang berperan dan mendukung dalam observasi ini. 
DAFTAR PUSTAKA 
  • Alfathri Adlin. 2006. Resistensi Gaya Hidup: Teori dan Realitas. Yogyakarta: Jalasutra. 
  • Anthony Synnott. 2007. Tubuh Sosial: Simbolisme, Diri dan Masyarakat. Yogyakarta: Jalasutra. 
  • Audifax. 2006. Imagining Lara Croft: Psikosemiotika, Hiperealitas dan Simbol-Simbol Ketaksadaran. Yogyakarta: Jalasutra. 
  • Berger, Peter L. & Thomas Luckmann. 2012. Tafsir Sosial Atas Kenyataan: Risalah ihwal Sosiologi Pengetahuan. Terjemahan Hasan Basari. Jakarta:LP3ES. 
  • Burhan Bungin. 2011. Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi dan Keputusan Konsumen serta Kritik Terhadap Peter L. 
  • Berger dan Thomas Luchmann. Jakarta: Kencana. 
  • Burhan, Bungin. 2011. Penelitian Kulitatif. Jakarta: Kencana. 
  • Burhan, Bungin. 2012. Analisis Data Penepitian Kualitatif.Raja Grafindo Persada Jakarta. 
  • Carter, David W. 1999. Strategi Marketing. New Jersey: Prentice HallInternational Inc. 
  • David Chaney. 2011. Lifestyle: Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra 
  • diakses, Sabtu 23 Maret 2013 jam 16.00 WIB 
  • diakses, Minggu 24 maret 2013 jam 19.30 WIB 
  • diakses, Kamis 21 maret 2013 jam 13:27 WIB 
  • Idi Subandi Ibrahim. 1997. Lifestyle Ectasy: Kebudayaan Pop Dalam Masyarakat Komoditas Indonesia. Yogyakarta: Jalasutra. 
  • Jean Baudrillard. 2011. Masyarakat Konsumsi. Yogyakarta: Kreasi tentang. 
  • John Lindstone. 1992. Mencetak Wiraniaga yang Berhasil.Jakarta : Bina Rupa Aksara
  • Kotler, Philip. 2008. Dasar-dasar Pemasaran Terjemahan Alexander Sindoro. Jakarta: Prenhallindo. 
  • Lexy Moleong. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya Meddy Aginta Hidayat. 2012. Menggugat Modernisme: Mengenali Rentang Pemikiran Postmodernisme Jean Baudrillard. Yogyakarta: Jalasutra. 
  • Miles, B. Matthew dan A. Michaek Huberman.1992. Analisis Data Kualitatif. Universitas Indonesia press Jakarta. 
  • Moh Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: PT Ghalia Indonesia. 
  • Nasution. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. 
  • Raharti, Mujiasih. 2001. Manajemen Penjualan Dan Pemasaran. Yogyakarta. Andi Offset. 
  • Retnasih, Ratna. 2001. Sales Promotion Girls Dalam Berbagai Prespektif. Jakarta, Salmba Empat. 
  • Sugiyono. 2006. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 
  • Sutojo, Siswanto. 2000. Salesmanship (Keahlian Menjual Barang dan Jasa). Jakarta: Dammar Mulia Pustaka 
  • Sutopo HB. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Dasar Teori dan Terapannnya dalam Penelitian. Surakarta: UNS Press 
  • William, L. Rivers, et al. 2003.Media Massa dan Masyarakat Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 
  • Yin, K. Robert.2006. Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
  Penilaian Kinerja Aparatur Berorientasi Periode Depan
ABSTRAK
Latar Belakang: Perdagangan kosmetik di Indonesia berdasarkan Menteri Perindustrian MS Hidayat, penjualan produk kosmetik impor tahun 2012 mencapai Rp 2,44 triliun, naik 30% dibandingkan tahun 2011.Perkembangan budaya, animo dan penduduk kapitalis sudah menimbulkan keelokan sebagai tujuan utama dari produk yang mereka bikinan, salah satunya yakni kosmetik untuk ber tata rias pada SPG. SPG seolah menjadi simbol cantiknya perempuan terbaru saat ini mengenang persyartan SPG yaitu cantik, menawan dan tinggi.Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui makna berdandan bagi para Sales Promotion Girl yang menggunakan tata rias, (2) dan untuk mengenali gaya hidup para Sales Promotion Girluntuk memenuhi konstruksi keelokan perempauan abad sekarang. 
Metode: Penelitian ini adalah dengan memakai metode deskriptif kualitatif dengan strategi penelitian studi perkara. Teknik sampling yang dipakai yaitu teknik purposive sampling dengan snowball sampling. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan ialah wawancara mendalam dan pengamatan pribadi.Dalam menguji validitas data, peneliti memakai teknik triangulasi data atau sumber dan triangulasi sistem.Tahapan analisis interaktif penelitian ini adalah pengumpulan data, reduksi data, interpretasi data dan penarikan kesimpulan. 
Hasil: Penelitian menawarkan bahwa (1) berdandan (penggunaan make up) ialah permintaan pekerjaan agar mampu menarik pelanggan, (2) Persyaratan menjadi SPG tidak lepas dari suatu konstruksi sosial atas keelokan yaitu elok, menarik, tinggi, langsing dan putih, (3) Konstruksi manis yang dibangun para SPG ialah perempuan yang berkulit putih, tinggi, berambut panjang, hidung mancung, mata bundar dan langsing, (4) Pengkonsumsian kosmetik merek tertentu membawa prestise tersendiri bagi para SPG.(5) Media iklan, televisi, majalah dan internet menjadi pembentuk desain keelokan seorang wanita dan pembentuk pola hidup. Simpulan: Penelitian ini memberikan bahwatuntutan pekerjaan yang mewajibkan SPG berdandan menjinjing efek pada gaya hidup para SPG dalam menunjang keelokan SPG. Kata Kunci: Konstruksi sosial, anggun, penduduk konsumsi dan pola hidup