Penerapan Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching And Learning)
I. LATAR BELAKANG
Kegiatan mencar ilmu mengajar melibatkan beberapa bagian ialah pembelajar, pendidik, tujuan pembelajaran, isi pelajaran, tata cara mengajar, media dan penilaian. Tujuan pembelajaran yaitu perubahan prilaku dan tingkah laku yang faktual dari pembelajar sehabis mengikuti aktivitas belajar mengajar seperti : pergeseran yang secara psikologis akan tampil dalam tingkah laris (behaviour) yang mampu diperhatikan oleh orang lain lewat alat indra baik tutur kata motorik dan gaya hidupnya.
Tujuan pembelajaran yang diharapkan pasti yang optimal untuk itu ada beberapa hal yang perlu diamati oleh pendidik. Salah satu diantaranya ialah pendekatan yang dipergunakan dalam proses mencar ilmu mengajar. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Zainal Aqib ialah ada sepuluh pendekatan; pendekatan lingkungan, penemuan, rancangan, ketrampilan proses, pemecahan problem, induktif-deduktif, sejarah, nilai, komunikatif, tematik. Sedangkan Udin S Winataputra beropini bahwa pendekatan terdiri dari; pendekatan lingkungan, ketrampilan proses, penemuan dan terpadu.
Pendekatan pembelajaran yang tepat ialah pendekatan yang berorientasi pada kepentingan siswa atau siswa sentries. Hal ini sesuai dengan pendekatan penemuan (discovery and inquiry) yang memberikan dominasi pembelajar selama proses pembelajaran dan fungsi pendidikan hanya sebagai fasilitator. Di samping berfungsi selaku fasilitator pendidik juga berfungsi selaku planner adalah dengan memiliki acara kerja yang jelas mulai dari merencanakan setiap pembelajaran yang dikerjakan sehingga sukses optimal. Hal ini dijalankan dengan mengganti acuan lama yang tidak memberikan hasil maksimal menuju contoh baru dalam pembelajaran yang memungkinkan untuk mencapai pendidikan yang lebih bermutu efektif dan cepat. Pendidikan bukan sekedar mencetak tenaga kerja yang siap pakai, pendidikan yaitu proses pembentukan generasi yang siap memerankan kehidupan.
Dalam kurikulum pendidikan ekonomi yang telah diperbaharui salah satu mata kuliah yang relevan dengan mengaplikasikan pendekatan di atas adalah mata kuliah; Pembangunan Masyarakat Desa, yang materinya kebanyakan bersentuhan dengan dunia kasatmata di pedesaan antara lain; Masalah-masalah yang dihadapi desa, faktor penyebabnya, teknik pendekatan terhadap penduduk desa, potensi-potensi desa yang mampu dikembangkan, industri kecil dipedesaan. Salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai untuk dipraktekkan berhubungan dengan bahan latih di atas ialah pendekatan konnstektual. Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan rancangan belajar yang mengkaitkan antara bahan yang diajarkan dengan suasana dunia konkret yang mampu mendorong mahasiswa menciptakan relasi antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan kehidupan sehari-hari. Kondisi ini sekaligus menyiapkan mahasiswa sedini mungkin kesengsem berwiraswasta, mengingat desa mempunyai potensi-potensi yang siap digarap dan dikembangkan sehingga masyarakat desa tingkat kesejahteraannya dapat ditingkatkan. Peran mahasiswa pada jurusan pendidikan ekonomi sungguh strategis dalam turut serta membuka kesempatan kerja, bukan selaku pencari kerja.
II. PEMBAHASAN
Belajar akan lebih mempunyai arti jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi sasaran penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi mengenang dalam jangka pendek namun gagal dalam membekali anak memecahkan problem dalam jangka panjang. Kebanyakan pembelajar tidak mampu menciptakan kaitan antara apa yang diajarkan dengan bagaimana wawasan itu dimanfaatkan. Dalam pendekatan konstektual (CTL) pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk mahasiswa bekerja dan mengalami dan bukan transfer pengetahuan dari dosen ke mahasiswa. Proses dan seni manajemen pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil (learning by process) dalam konteks ini mahasiswa perlu mengetahui apa makna belajar, apa keuntungannya dan bagaimana mencapainya. Jika mahasiswa sadar bahwa apa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti maka siswa akan memposisikan diri selaku diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya. Mahasiswa akan lebih tertarik mempelajari apa yang berguna bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya inilah dibutuhkan kedatangan dosen selaku pembimbing dan pengarah.
Agar pembelajaran dengan pendekatan CTL berhasil dengan baik ada 7 prinsip yang harus diikuti :
- Belajar berbasis problem (problem based learning) berguru bukanlah sekedar drill isu tetapi bagaimana menggunakan isu dan berpikir kritis yang ada untuk memecahkan masalah yang ada di dunia aktual.
- Pengajaran autentik (autentik instruction) pendekatan pembelajaran yang mempelajari konteks mempunyai arti sesuai dengan kehidupan konkret.
- Belajar berbasis inquiri (inqury based learning) belajar yakni acara memproduksi bukan mengkonsumsi berguru untuk mengenali keperluan apa yang ingin dimengerti dan mencari sendiri jawabannya.
- Belajar berbasis proyek/tugas terorganisir (proyek based learning) berguru bukan sekedar menyerap hal kecil bertahap dalam waktu yang panjang tetapi secara komprehensif/terpadu untuk menerima banyak hal. Proyek menolong orang untuk melibatkan keseluruhan mental dan fisik, syaraf, indera termasuk kecakapan sosial dengan melakukan banyak hal sekaligus.
- Belajar berbasis kerja (work based learning) untuk membuat mencar ilmu lebih efektif berguru harus berdasarkan pengalaman dan bukan kata-kata semata. Jika mencari isu perlu membaca kata-kata. Jika memerlukan pengalaman milikilah pengalaman dengan melakukannya. Belajar yaitu melakukan pekerjaan dan ketika beliau bekerja ia belajar banyak hal.
- Belajar jasa layanan (servise learning) emosi sangat menentukan proses dan hasil belajar. Perasaan nyata yang muncul saat belajar dapat mempercepat berguru. Belajar dengan yakin diri, merasa diharapkan, bekerja sama menolong orang lain dan bersahabat pada aktivitas diluar maupun didalam kelas lebih mejanjikan hasil.
- Belajar kooperatif (cooperative learning) biasanya orang akan lebih banyak belajar lewat interaksi dengan teman-teman. Satu kelas yang belajar bersama akan menciptakan prestasi lebih baik ketimbang setiap individu berguru sendiri-sendiri. Dengan berguru bareng akan timbul kompetisi individu yang satu dengan yang lainya ini akan memotivasi setiap orang untuk lebih berprestasi.
Pembelajaran dengan pendekatan konstektual bermaksud membekali siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel mampu dipraktekkan (ditransfer) dari sebuah masalah ke masalah lain dari suatu konteks ke konteks lain. Dengan layanan dosen yang memadai melalui banyak sekali bentuk penunjukkanmahasiswa berguru bekerja sama untuk menuntaskan duduk perkara (masalah based learning) dan saling menghargai sehingga kekerabatan antar mahasiswa akan lebih harmonis. Mahasiswa yang merasa kurang mampu belajar bahu-membahu mahasiswa yang cerdik melaksanakan dan mempertanggung jawabkan hasil penelitiannya dengan penyajian dihadapan kelas dan mendiskusikannya. Melalui diskusi mahasiswa dibiasakan mengemukakan pandangan baru dan buah fikiran serta menerima aneka macam kritik dan nasehat, sehingga apa yang ditarik kesimpulan menjadi kesimpulan bersama.
Pentingnya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran abad kini lebih didasarkan pada aneka macam kelebihan yang dimiliki, dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran konvensional. Berikut ini ialah perbandingan yang membedakan antara kedua pendekatan.
No
|
Pendekatan CTL
|
Pendekatan Konvensional
|
1.
|
Siswa terlibat aktif dlm proses pembelajaran (student center )
|
Siswa hanya menerima info secara pasif (teacher center )
|
2
|
Siswa mencar ilmu bersama dalam kerja dan diskusi kalangan
|
Siswa mencar ilmu secara perorangan
|
3
|
Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata atau didasarkan pada dilema
|
Pembelajaran telalu abstrak dan teoritis
|
4
|
Perubahan sikap siswa dibangun atas kesadaran sendiri
|
Perubahan perilaku siswa dibangun atas kebiasaan
|
5
|
Memperoleh keahlian yang dikembangkan dari pemahaman
|
Memperoleh kemampuan yang dikembangkan atas dasar latihan
|
6
|
Penghargaan yang diberikan berupa kepuasan diri
|
Penghargaan diberikan dalam bentuk angka/nilai rapor
|
7
|
Siswa tidak berprilaku jelek sebab ia sadar dan merugikan
|
Siswa tidak berprilaku jelek alasannya adalah ia takut eksekusi
|
8
|
Bahasa yang disampaikan komunikatif
|
Bahasa yg disampaikan terkesan satu arah (struktural)
|
9
|
Belajar dari apa yang sudah diketahui siswa
|
Belajar dari sesuatu yang aneh atau tidak diketahui siswa
|
10
|
Adanya kemampuan proses dalam pembelajaran
|
Hanya berlaku pasif mendapatkan imformasi
|
11
|
Pengetahuan yang ada dibangun dan dikembangkan sendiri
|
Pengetahuan didasarkan pada penangkapan serangkaian fakta, rancangan atau hukum diluar dirinya
|
12
|
Didasarkan pada pengalaman siswa
|
Tidak didasarkan pada pengalaman siswa
|
13
|
Hasil berguru diukur menurut proses
|
Hasil berguru hanya diukur dari hasil tes
|
14
|
Pembelajaran tidak terbatas pada ruang kelas
|
Pembelajaran cuma terjadi di ruang kelas
|
15
|
Adanya upaya pemecahan persoalan
|
Tidak ada upaya pemecahan masalah
|
Salah satu perbedaan antara pendekatan CTL dengan konvensional yaitu Mahasiswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran (Student Center) Konsep pembelajaran aktif telah dikembangkan oleh Confusius dengan mengungkapkan teori selaku berikut :
- Apa yang aku dengar aku lupa
- Apa yang saya lihat aku ingat
- Apa yang aku lakukan aku paham
Selanjutnya dalam buku Active Learning dari Mel Silberman membuatkan pernyataan Confusius menjadi paham mencar ilmu aktif selaku berikut:
- Apa yang aku dengar aku lupa
- Apa yang saya lihat saya ingat sedikit
- Apa yang aku dengar, lihat dan bahas aku mulai memahami
- Apa yang saya lihat, dengar, diskusikan dan lakukan saya dapat pengetahuan dan ketrampilan
- Apa yang aku ajarkan saya kuasai.
Dari pendapat di atas maka mampu ditarik kesimpulan bahwa untuk melibatkan mahasiswa secara aktif dalam pembelajaran yaitu dengan menugaskan mahasiswa mencari masalah yang ada di penduduk (lingkungan) yang ada kaitannya dengan materi pembelajaran. Dalam mata kuliah Pembangunan Masyarakat Desa materinya nyaris seluruhnya menyangkut kehidupan kasatmata dalam masyarakat desa. Dengan pendekatan CTL Mahasiswa diberikan peran untuk mencari potensi-peluangapa yang mampu dikembangkan dan industri apa yang ada di suatu desa menurut potensi-kesempatanyang dimiliki. Untuk lebih meyakinkan mahasiswa dibutuhkan membuat kalkulasi (perhitungan) antara pendapatan yang diterima (Revenue) dengan pembiayaan (Cost) yang dikeluarkan untuk suatu usaha.
Adapun langkah pembelajaran dengan pendekatan CTL pada mata kuliah: Pembangunan Masyarakat Desa yakni selaku berikut;
- Penyampaian bahan sesuai dengan tuntutan silabus
- Pembagian kalangan yang beranggotakan 3 – 4 orang
- Melakukan observasi lapangan, sesuai dengan tema/bahan
- Menyususun laporan hasil observasi
- Mempresentasikan hasil penelitian yang dilengkapi dengan Tanya jawab
- Simpulan dan penyelesaian yang ditawarkan.
Judul penelitian yang dipresentasikan oleh mahasiswa dengan alokasi waktu penyampaian 15 menit dilanjutkan dengan tanya jawab 25 menit dan merumuskan final 10 menit.
Penelitian yang diangkat oleh mahasiswa meliputi judul;
- Manfaat Usaha Water Rafting Bagi Masyarakat Desa Bongkasa Badung
- Budidaya Asparagus dan Pare Putih di Desa Pelaga Kabupaten Badung
- Pengelolaan Air Panas di Desa Penatahan Merupakan Salah Satu Potensi Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan
- Peternakan Babi Sebagai Salah Satu Alternatif Meningkatkan Perekonomian Desa Pedungan
- Pengembangan Objek Pariwisata Melalui Agrowisata Perkebunan Salak di Desa Sebetan Kabupaten Karangasem
- Pembudidayaan Rumput Laut di Desa Kutuh Kecamatan Kuta Selatan Mampu Membuka Kesempatan Kerja
- Potensi Desa Mas Sebagai Daerah Pengerajin Patung
- Usaha Produksi Coklat Di Desa Batubulan Kabupaten Gianyar
- Usaha Pengerajin Gamelan (Gong) Mampu Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Tihingan Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung
- Pengembangan Garam Rakyat Di Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang
- Potensi Air Pembejian Mampu Meningkatkan Pendapatan Desa Adat di Desa Baha Badung
- Produksi Dodol Nangka di Desa Jasri Kabupaten Karangasem
- Hutan Bakau (Mangrove) Merupakan Salah Satu Taman Wisata Alam di Desa Pemogan
- Produksi Genteng dan Keramik Mampu Meningkatkan Perekonomian Di Desa Pejaten dan Nyitdah Kabupaten Tabanan
- Industri Kerajinan Bambu di Desa Sulahan Kecamatan Susut Kabupaten Bangli
Dengan pengajaran yang menitik beratkan pada pengalaman ini dapat mengarahkan mahasiswa ke dalam eksplorasi yang alami dan investigasi pribadi ke dalam suatu suasana faktual. Hal ini akan menawarkan peluang kepada mahasiswa untuk terlibat kegitan berguru secara aktif dengan personalisasi pengajaran menurut pengalaman memberikan terhadap mahasiswa seperangkat atau serangkaian suasana-suasana belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya.
Berdasarkan pengalaman untuk mengadakan pembahasan berbagai masalah di penduduk dibutuhkan jiwa entrepreneur tumbuh dan meningkat , hal ini sejalan dengan usulan Thomas W Zimerte mengatakan kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan keinovasian untuk memecahkan persoalan dan upaya untuk memanfaatkan kesempatan yang dihadapi setiap hari, sebagai langkah strategis berbagi jiwa kewirausahaan yaitu lewat pendidikan dan training.
III. PENUTUP
Melalui pendekatan CTL dalam mata kuliah pembangunan masyarakat desa, mahasiswa diajak berguru lewat pengalaman pribadi bukan cuma menghafal, karena CTL yaitu konsepsi pembelajaran yang menghubungkan materi pembelajaran dengan suasana dunia nyata. CTL sudah bisa menggugah motivasi dan memajukan kegiatan melalui aneka macam diskusi dan yang bermuara pada berbagai urusan di lapangan. Hal ini diharapkan akan mendorong jiwa kewiraswastaan bagi mahasiswa, sehingga pada gilirannya setelah akhir bukan saja menambah antrean pencari kerja tetapi mampu ikut membuat banyak sekali peluang untuk menciptakan kesempatan kerja di masyarakat. Sehingga secara otomatis ikut berperan untuk meminimalkan pengangguran dan memajukan pemasukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan.
DAFTAR RUJUKAN
Amirullah Imam Harjanto, 2005. Pengantar Bisnis, Yogyakarta, Graha Ilmu.
Aqib, Zainal, 2002. Profesional Guru Dalam Pembelajaran, Jakarta, Insan Cendekia.
Beratha, I Nyoman, Desa Masyarakat Desa dan Pembangunan Desa, Jakarta, Ghalia Indonesia.
Boeree, C, George, 2008. Metode Pembelajaran dan Pengajaran, Yogyakarta, A M.
Depdiknas, 2003. Pendekatan Konstektual (Contextual Theaching and Learning), Jakarta.
________, 2005. Ilmu Pengetahuan Sosial: Materi Pelatihan Terintegrasi, Jakarta.
Hamalik, Oemar, 2009. Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Bumi Aksara.
Lia Amalia, 2007. Ekonomi Pembangunan, Yogyakarta, Graha Ilmu.
Meredithg, Geoffrey, 1996. Kewirausahaan Teori dan Praktek, Jakarta, Pustaka Binaman Presindo
Muchith, Soekhan, M, 2008. Pembelajaran Kontekstual, Semarang, Rasail.
Nurhadi Dan Senduk, A.G, 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching And Learning/CTL). Dan Penerapan dalam KBK, Malang, Universitas Negeri Malang.
Sagala, H. Syaiful, 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung, CV Alfabeta.
Sanusi, Bachrawi, 2004. Pengantar Ekonomi Pembangunan, Jakarta, Rineka Cipta.
Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta, PT Renika Cipta.
Sobry Sutikno, M. 2006. Pendidikan Sekarang Dan Masa Depan, Mataram, NTP Press.
Udin S Winataputra, 2007. Materi dan Pembelajaran IPS SD, Jakarta, Universitas Terbuka.