close

Kemunduran Daulah Abbasiyah

BAB I
PENDAHULUAN
A. Masa Kemunduran Dunia Islam (1250 M-1500 M)
Kemunduran umat Islam dalam peradabannya terjadi pada sekitar tahun 1250 M. s/d tahun 1500 M. Kemunduran itu terjadi pada semua bidang khususnya dalam bidang Pendidikan Islam. Di dalam Pendidikan Islam kemunduran itu oleh sebagian diyakini karena berasal dari berkembangnya secara meluas teladan fatwa tradisional. Adanya acuan itu menyebabkan hilangnya kebebasan berpikir, tertutupnya pintu ijtihad, dan berakibat eksklusif terhadap menyebabkan ajaran ulama kala lalu sebagai doktrin yang mesti diterima secara mutlak (taken for garanted). Di ketika umat Islam mengalami kemunduran, di dunia Eropa malah sebaliknya mengalami kebangkitan mengejar-ngejar ketertinggalan mereka, bahkan bisa menyalib akar pertumbuhan-perkembangan Islam. Ilmu Pengetahuan dan filsafat berkembang dengan subur di kawasan-daerah orang Eropa. Akibatnya jikalau pola fikir tradisional yang meningkat di dunia Islam terus tertanam dan berkembang subur, maka di kawasan mereka di Eropa contoh aliran rasionallah yang didasarkan pada filsafat Rasionalnya Ibn Rusyd yang memacu kebangkitan mereka melalui gerakan-gerakan kebangkitan.Hal ini ialah penyebab beralihnya secara drastis sentra pendidikan dari dunia Islam ke Eropa.
Pada tahun 565 H/1258 M, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang tiba di salah satu pintu Baghdad. Khalifah Al-Mu’tashim betul-betul tidak berdaya dan tidak mampu membendung “tornado” tentara Hulagho Khan. Kota Baghdad dihancurkan rata dengan tanah, dan Hulagho Khan menancapkan kekuasaan di Banghdad selama dua tahun, sebelum melanjutkan gerakan ke Syiria dan Mesir
Pada periode jayanya kota Baghdad diketahui secara luas selaku sentra kebudayaan dan peradaban Islam yang sungguh kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan dan sudah berhasil mengguli kota-kota lain yang diketahui selaku pusat peradaban insan.
Namun hal itu berganti drastis semenjak penyerangan yang dikerjakan tentara Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan.Peristiwa ini terjadi pada tahun 1250 M. Dengan datangnya Hulagu Khan, maka sentra-sentra ilmu wawasan, baik yang berbentukperpustakaan maupun forum-lembaga pendidikan seluruhnya mereka porak-porandakan dan mereka bakar hingga punah tak berbekas. 
Dengan dibumihanguskannya kota Baghdad berikut kekayaan intelektual yang ada didalamnya, maka berakhirlah kebesaran pemerintahan Islam abad lalu, baik dalam daerah kekuasaan maupun intelektual.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kejatuhan Bagdad dan Cordova
1. Kejatuhan Bagdad.
Sejak tahun 132 H/750 M daulah Abbasiyah dinyatakan bangun dengan khalifah pertamanya Abu Abbas as-Shafah. Daulah ini berjalan hingga tahun 656 H/1258 M. Masa yang panjang itu dilaluinya dengan contoh pemerimtahan yang berganti-ubah sesuai dengan pergeseran politik, budaya, social, dan penguasa. Walaupun debu abbas ialah pendiri daulah ini, namun pembinan sebanarnya yakni debu ja`far al-mansur. Dia dengan keras menghadapi musuh-lawannya dari bani umayyah, khawarij, dan juga syi`ah yang merasa dikucilkan dari kekuasaan.
Penghancuran pusat kebudayaan Islam itu juga berakibat hilangnya dan putusnya akar sejarah intelektual yang telah dengan sukar payah dibangun pada kurun awal-permulaan Islam . Adanya kekalahan politik itu besar lengan berkuasa besar pada cara pandang dan berpikirnya umat Islam yang telah mulai mengalihkan persepsi dan ajaran umat Islam yang semula berpaham dinamis berubah menjadi berpaham fatalis .
Dari insiden itu kita mampu menawan kesimpulan bahwa. Jatuhnya kota Baghdad di tangan Hulagu Khan pada tahun 1250 M. bukan saja membuktikan yang awal dari berakhirnya supremasi Khilafah Abbasyiyah dalam dominasi politiknya, namun memiliki dampak sangat luas bagi perjalanan sejarah umat Islam.Karena ini merupakan titik awal kemunduran umat Islam di bidang politik dan peradaban Islam yang selama berabad-masa lamanya menjadi pujian umat .
Namun selain penyerangan itu, ada aspek-faktor lain juga yang menimbulkan jatuhnya Baghdad, di antaranya: 
1. Adanya kompetisi tidak sehat antara beberapa bangsa yang terhimpun dalam Daulah Abbasyiah, khususnya Arab, Persia dan Yurki.
2. Adanya pertentangan pedoman fatwa dalam Islam yang sering menimbulkan timbulnya pertentangan berdarah.
3. Munculnya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dari kekuasaan sentra di Baghdad.
4. Kemerosotan ekonomi. 
Umat islam semoga selalu mampu berpacu dan menyebarkan diri harus senantiasa melaksanakan penemuan serta berkreativitas agar dapat mencapai keutuhan dan kesempurnaan hidup. Hal ini setidaknya sudah menjadi perhatian para penguasa atau khalifah pada kurun-kurun jayanya islam yang terletak pada kekuasaan Daulah Abbasiyah, segenap kemampuan dan perhatian dicurahkan untuk membangun sebuah peradaban, dengan dijadikannya Bagdad sebagai pusat ibu kota pemerintahan yang didalamnya bangun istana dan bangunan yang megah dengan seni bangunan arab Persia pada era itu.
2. Kejatuhan Cordova (spanyol)
Penaklukan spanyol tidak terlepas dari jasa tiga orang pemimpin satuan-satuan pasukan, mereka ialah Tharif bin malik, Tharik bin Ziyad, dan Musa bin Nusair.Tharif dapat disebut selaku perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang lima ratus orang diantaranya ialah pasukan berkuda, mereka mmenaiki empat buah kapal yang disediakan oleh julian. Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan yang mempunyai arti. Ia menang dan kembali ke afrika utara menenteng harta rampasan perang yang tidak sedikit jumlahnya.
Dengan dikuasainya kawasan pegunungan jabal Thariq, maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki spanyol. Dalam peperangan di sebuah daerah yang bernama bakkah. Raja Roderick mampu dikalahkan dengan hasil pertempuran tersebut, maka Islam masuk ke spanyol pada tahun 711 dengan merebut kekuasan dari Goth Barat, yaitu kekaisaran Visigoth (419-711). Ketika itu Thariq bin ziyad melakuan ekspensi ke spanyol atas perintah Musa bin Nusair, Gubernur Afrika Utara dikala itu. Di bawah pemerintahan walid bin Abdul Malik atau Al-Walid I (705-715) dari dinasti Umayyah yang berkedudukan di damaskus. 
B. Kemunduran Pendidikan Islam Pasca Kejatuhan Bagdad Dan Cordova.
Kehancuran total yang dialami oleh Bagdad dan cordova sebagai pusat-pusat pendidikan dan kebudayaan islam, menandai runtuhnya sendi-sendi pendidikan dan kebudayaan islam. Musnahnya lembaga-lembaga pendidikan dan semua buku-buku ilmu pengetahuan dari kedua sentra pendidikan di timur dan barat dunia island tersebut, mengakibatkan pula kemunduran pendidikan diseluruh dunia islam, khususnya dalam bidang intelektual dan material, namun tidak demikian halnya dalam bidang kehidupan batin dan spiritual.
Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja menyelesaikan khilafah Abbasiyah di sana, namun juga ialah permulaan dari periode kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Baghdad sebagai sentra kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu wawasan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan tersebut. 
Bangsa Mongol berasal dari daerah pegunungan Mongolia yang membentang dari Asia Tengah sampai ke Siberia Utara, Tibet Selatan dan Manchuria Barat serta Turkistan Timur. Nenek moyang mereka berjulukan Alanja Khan, yang memiliki dua putera kembar, Tatar dan Mongol. Kedua putera itu melahirkan dua suku bangsa besar, Mongol dan Tartar. Mongol memiliki anak berjulukan Ilkhan, yang melahirkan keturunan pemimpin bangsa Mongol di kemudian hari. 
Dalam jangka waktu yang sungguh panjang, kehidupan bangsa Mongol tetap sederhana. Mereka mendirikan kemah-kemah dan berpindah-pindah dari satu kawasan ke daerah lain, menggembala kamhing dan hidup dari hasil buruan. Mereka juga hidup dari hasil jual beli tradisional, yaitu mempertukarkan kulit hewan dengan hewan yang lain, baik di antara sesama mereka maupun dengan hangsa Turki dan Cina yang menjadi tetangga mereka. Sebagaimana biasanya hangsa nomad, orang-orang Mongol mempunyai moral yang agresif, suka berperang, dan berani menghadang ajal dalam meraih keinginannya. Akan tetapi, mereka sangat patuh kepada pemimpinnya. Mereka menganut agama Syamaniah (Syamanism), menyembah bintang-bintang, dan sujud kepada matahari yang sedang terbit. 
Kemajuan bangsa Mongol secara besar-besaran terjadi pada masa kepemimpinan Yasugi Bahadur Khan. la herhasil menyatukan 13 kelompok suku yang ada waktu itu. Setelah Yasugi meninggal, puteranya, Timujin yang masih berusia 13 tahun tampil sebagai pemimpin. Dalam waktu 30 tahun, beliau berusaha memperkuat angkatan perangnya dengan menyatukan hangsa Mongol dengan suku bangsa lain sehingga menjadi satu pasukan yang terorganisir dan handal. Pada tahun 1206 M, dia menerima gelar Jengis Khan, Raja Yang Perkasa. la menetapkan suatu undang-undang yang disebutnya Alyasak atau Alyasah, untuk mengendalikan kehidupan rakyatnya. Wanita memiliki kewajiban/yang serupa dengan pria dalam kemiliteran. Pasukan perang dibagi dalam beberapa kalangan besar dan kecil, seribu, dua ratus, dan sepuluh orang. Tiap-tiap golongan dipimpin oleh seorang komandan. Dengan demikian bangsa Mongol mengalami perkembangan pesat di bidang militer. 
C. Pendidikan Islam Pada Masa Kemunduran 
Kehancuran total yang dialami oleh Baghdad selaku pusat pendidikan dan kebudayaan Islam periode itu, menandai runtuhnya sendi-sendi pendidikan dan kebudayaan Islam.Musnahnya lembaga-lembaga pendidikan dan semua buku-buku ilmu pengetahuan dari sentra pendidikan Islam tersebut, menyebabkan pula kemunduran pendidikan di seluruh dunia Islam terutama dalam bidang intelektual dan material, namun dalam kehidupan batin dan spiritual (Zuhairi, 2000:111).
Adapun untuk lebih jelasnya, kami akan memaparkan kondisi pendidikan Islam pada era ini:
  • Kurangnya perhatian para pemimpin (Khalifah) terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan kesejahteraan ulama.Sehingga perkembangan intelektual agak tersendat-sendat Para pemimpin terlalu sibuk memikirkan pemerintahan (Zuhairi, 2000:110).
  • Terbakarnya perpustakaan serta lembaga pendidikan yang ada, menjadikan banyaknya khazanah intelektual Islam yang hilang dan hangus terbakar .
  • Suasana gelap dan mencekam yang dialami oleh dunia Islam benar-benar memprihatinkan.Dan pada ketika yang berbarengan, bangsa Eropa justru sedang mencapai kejayaan sebagai efek dari berkembangnya paham Renaissance, dan sibuk melakukan misi penjajahan ke negara-negara Islam.Oleh karena itu, banyak umat Islam yang putus asa dan akibatnya berupaya menjauhi kehidupan duniawi, termasuk meninggalkan kehidupan intelektual.Mereka lebih memilih menutup diri dan menjalani kehidupan sebagai seorang sufi.Akhirnya perkembangan ilmu pendidikan menjadi mandeg .
  • Kehidupan sufi meningkat pesat.Madrasah madrasah yang ada berkembang menjadi Zawiyat-zawiyat untuk menyelenggarakan riyadhah di bawah tutorial dan otoritas seorang Syaikh yang karenanya menjelma lembaga tarekat.Dan di madrasah-madrasah yang masih tersisa itu, hampir seluruh kurikulum diisi dengan karya-karya sufistik (Samsul Nizar, 2007:179).
  • Berkembangnya praktek bid’ah dan khurafat.hal itu ditandai dengan banyaknya umat Islam yang mengkultuskan posisi seorang Syaikh dalam sebuah tarekat.sampai-hingga ada yang berdoa minta di kuburan seorang syaikh.
  • Dalam bidang fikih, yang terjadi yakni berkembangnya taklid buta di kalangan umat.Dengan perilaku hidup yang statis itu, tidak ada inovasi-penemuan gres dalam bidang fikih.Apa yang telah ada dalam kitab-kitab usang dianggap selaku sesuatu yang baku, mantap, benar, dan mesti dibarengi serta dijalankan sebagaimana adanya.Sehingga menimbulkan usulan bahwa “pintu ijtihad telah tertutup”(Zuhairi : 2000:111).
  Makalah Efek Globalisasi Terhadap Pendidikan Islam
BAB III
PENUTUP
Dari penjelasan di atas, mampu disimpulkan bahwa penyebab utama dari mundurnya dunia pendidikan Islam ditandai dengan runtuhnya Baghdad sebagaiibukota Daulah Abbasyiah ke tangan bangsa Mongol.Hal itu pun menimbulkan seluruh dunia Islam juga mengalami kemunduran.Karena Baghdad pada saat itu berfungsi sebagai kiblat bagi pertumbuhan ilmu wawasan. 
Kemudian disebabkan oleh keadaan itu, banyak umat Islam yang frustasi risikonya mereka memilih menjalani kehidupan selaku seorang sufi, dan berusaha meninggalkan kehidupan intelektual.Mereka yang semula bersifat kritis dan dinamis, kontras bermetamorfosis statis.Dan dari sikap itu, berkembang menjadi taklid buta kepada ulama, karena bagi mereka pintu ijtihad telah tertutup.
Namun di bagian bumi yang lain ternyata bangsa Eropa justru sedang mengalami perkembangan yang pesat diakibatkan oleh berkembangnya paham Renaissance.Mereka sudah sukses keluar dari dominasi akidah gereja yang terjadi pada periode Scholastik (Abad Pertengahan).
Oleh alasannya adalah itu, jika umat Islam ingin maju maka umat Islam harus kembali terhadap pemikiran al-Quran dan Sunnah.Umat Islam juga harus bersikap kritis dan merdeka.
Dan dari kejadian inilah muncullah perumpamaan “Umat Islam maju sebab erat dengan agamanya, sedangkan umat Nasrani maju karena jauh dari agamanya”.Wallahu a’lam bis showab. 
DAFTAR PUSTAKA
Hasan Muarif Ambari, Dkk, Ensiklopedi Islam I, (Jakarta: Ikhtiar Baru Fan Hoven, 2001), hal.5
Zuhairi, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hal.111
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam.1999.Ensiklopedi Islam.Jakarta : Ichtiar Baru van Hoeve.
Nata, Abudin.2004.Sejarah Pendidikan Islam-Periode Klasik & Pertengahan.Jakarta : Rajawali Press.
Nizar, Samsul.2007.Sejarah Pendidikan Islam,Menelusuri Jejek Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia.Jakarta : Kencana.