Pengaplikasian Kimia Hijau Pada Lingkungan

 

PENGAPLIKASIAN KIMIA HIJAU PADA LINGKUNGAN

Oleh: Andi Chan Shr Seng (@T21-Andi)

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana

andyblock343@gmail.com



Abstrak

Kimia hijau yaitu paradigma yang memfasilitasi pengembangan proses dan produk yang dapat mengurangi atau menetralisir penggunaan atau buatan materi kimia beracun dan berbahaya. Green Chemistry mengembangkan inovasi proses kimia yang memindah, memperbesar /meminimalisir, atau memperbarui proses kimia tradisional tradisional menjadi lebih ramah lingkungan dan ramah insan tanpa meninggalkan prinsip-prinsip optimalisasi proses produksi. Menerapkan kimia hijau merupakan langkah penting menuju pembangunan berkelanjutan.

Kata Kunci: Kimia Hijau, Pengaplikasian Kimia Hijau, Lingkungan.

Abstract

Green chemistry is a paradigm that facilitates the development of processes and products that can minimize or eliminate the use or production of toxic and hazardous chemicals. Green Chemistry develops chemical process innovations that shift, add/reduce, or update traditional chemical processes to become more environmentally friendly and human-friendly without abandoning the principles of optimizing the production process. Implementing green chemistry is an important step towards sustainable development.

Keywords: Green Chemistry, Application of Green Chemistry, Environment.

PENDAHULUAN

Kimia hijau ialah penerapan prinsip-prinsip penghilangan dan penghematan senyawa berbahaya dalam pengembangan, pembuatan dan penggunaan produk kimia. Aspek kimia hijau adalah minimalisasi polutan, penggunaan reaksi kimia dan katalis proses, penggunaan reagen tidak beracun, penggunaan bahan baku terbarukan, kenaikan efisiensi atom, dan penggunaan pelarut yang ramah lingkungan dan mampu didaur ulang. Green Chemistry bermaksud untuk membuatkan proses dan produk kimia yang ramah lingkungan dan konsisten dengan pembangunan berkesinambungan. Dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan segala dampak negatifnya kepada lingkungan (tragedi lingkungan), diciptakan dan ditumbuhkan oleh bencana lingkungan mirip Tragedi Saluran Cinta (1978) dan Bhopal (1984), Chernobyl (1986) Menyadari keperluan dan kebutuhan akan proses dan teknologi yang lebih ramah lingkungan. Teknologi ini lalu diketahui sebagai teknologi berkesinambungan berbasis “Green Chemistry”. Teknologi ini telah berubah dari konsep tradisional yang cuma berfokus pada kenaikan efisiensi proses untuk tujuan kenaikan bikinan, termasuk, yang mengolah limbah sebelum masuk ke lingkungan dan menghindari penggunaan zat beracun. keharusan itu. Zat berbahaya dalam proses manufaktur, termasuk dan/atau proses sintetis skala laboratorium. Gerakan ini dimulai dengan tumbuhnya kesadaran bahwa penduduk yang terkena efek dan lingkungan mesti diselamatkan lewat penerapan prinsip-prinsip kimia yang ramah lingkungan.

RUMUSAN MASALAH

1.      Apa itu kimia hijau?

2.      Apa saja imbas yang ditimbulkan kimia hijau?

3.      Bagaimana pengaplikasian kimia hijau pada lingkungan?

TUJUAN

1.      Mampu menerangkan pemahaman kimia hijau

2.      Mengetahui dampak apa saja yang ditumbulkan dari kimia hijau

3.      Dapat mengaplikasikan kimia hijau pada lingkungan sekitar

PEMBAHASAN

Kimia hijau diluncurkan 20 tahun yang kemudian, kimia hijau dimulai dengan secara bersamaan mengkonfirmasi instrumen ilmiah untuk pengerjaan, modifikasi dan penggunaan produk kimia, desain ulang dan penemuan kembali, dan kenaikan efisiensi dan efektivitas. Ini yakni upaya besar untuk mengatasi tantangan dari yan
g paling
level dasar. Ini berbahaya alasannya mengurangi waktu yang terbuang. Tujuan dari gosip bertema Green Chemistry oleh beberapa peneliti terkemuka wacana hal ini yakni untuk merefleksikan pertumbuhan, merayakan pencapaian, dan mengusut keperluan kita di bidang ini.

Menurut (Ulfah, dkk. 2013). Ilmu Lingkungan ialah ilmu yang mempelajari kumpulan atau sejumlah keadaan eksternal (fisik, kemis, dan biologis) atau totalitas faktor edafik, klimatik, dan biotik yang mensugesti kehidupan individu organisme atau populasi. Ilmu Lingkungan juga didefinisikan selaku kalangan sains yang menjelaskan kehidupan di bumi tetap berkesinambungan, menemukan problem-problem lingkungan, dan duduk perkara-dilema lingkungan tersebut dapat dipecahkan.Ilmu Lingkungan menekankan penggunaan desain dasar ekologi untuk menerangkan relasi antara dilema[1]duduk perkara lingkungan, menghadapi duduk perkara-problem lingkungan, dan menunjukkan cara-cara yang memungkinkan yang berhubungan dengan pemecahannya.

Menurut (Sidjabat, 2008). Salah satu teknologi higienis yang sudah meningkat dan terus dikembangkan untuk dapat meminimalisir pencemaran atau limbah industri yaitu teknologi katalitik atau dengan peran katalis Teknologi higienis yakni suatu rancangan dari kimia hijau (green chemistry) dan ialah suatu teknologi yang mampu yakni:

a.       Menghemat bahan mentah (umpan) dan energi; mereduksi toksisitas (atau ancaman) dari materi-bahan yang digunakan dalam sebuah proses; mereduksi jumlah dan/atau toksisitas (bahaya) limbah dari proses industri dan emisinya.

b.      Memproduksi produk (dan pengemasannya) dengan memakan sedikit materi baku dan sedikit energi selama digunakan, menciptakan sedikit emisi dan limbah, mudah digunakan kembali, mampu diperoleh kembali atau gampang didaur ulang sehabis digunakan, dan mempunyai efek kecil jikalau dibuang ke lingkungan.

  Energi Terbarukan Di Indonesia

Dalam perkembangannya kimia hijau karenanya didapatkan Nanopartikel yang berdampak baik sekali bagi lingkungan. Menurut (fazaraoh, 2018) nanopartikel termasuk kata terpopuler dan bab penting dari nanoteknologi. Kemajuan besar sedang terjadi dalam pengembangan nanopartikel, dengan munculnya penemuan gres dan keinginan baru kepada nanoteknologi nyaris di setiaphari di banyak sektor. Salah satu contoh ialah pengembangan biosensor, pengembangan partikel berbasis besi yang digunakan melawanjaringan kanker, pengembangan adsorben berbasis nano pada pengolahan limbah cair, pengembangan nano-catalytic converter yang mengganti NOx menjadi N2 dan O2, pengembangan nanobots yang mengikat CFC perusak ozon di atmosfer, struktur baja nano yang didukung nanopartikel komposit logam, nanofiber yang kedap air, tabir surya nano yang transparan tetapi efektif dan sebagainya. Pengaplikasian nanopartikel dalam lingkungan adalah CuOW berfungsi sebagai Fotokatalis, Au embended MnO2 berfungsi selaku Katalis polutan, Fe berfungsi sebagai Adsorben CCl4, Oksida besi berfungsi selaku Adsorben dan Pt, Pd berfungsi selaku katalis.

Selain itu terdapat kimia hijau yang didapatkan secara alami di alam yang berpengaruh terhadap lingkungan juga berdasarkan (Manahan, 2005). Di antara tanaman yang paling sukses dalam menghentikan erosi adalah pohon. Tumbuhan ini berkembang selama bertahun-tahun dan beberapa varietas pohon akan berkembang kembali dari struktur akarnya ketika kayu tersebut dipanen. Kayu dan produk kayu mungkin yang paling banyak dipakai sumber yang dapat diperbaharui. Varietas pohon bibit unggul telah dikembangkan yang luar biasa penghasil biomassa. Kayu adalah sumber daya terbarukan yang dipakai untuk berbagai tujuan. Dalam konstruksi, kayu pengganti baja, aluminium, dan semen. Semua materi ini diproduksi oleh sungguh proses intensif energi, sehingga substitusi kayu, kalau dapat diterapkan, menghemat banyak jumlah energi. Kayu ialah se
kitar 50% selulosa, polimer karbohidrat yang digunakan pribadi untuk membuat kertas. Meskipun manusia dan banyak binatang lain tidak dapat menggunakan selulosa pribadi untuk bahan bakar, dapat dipecah secara kimia atau biokimia menjadi gula glukosa. Bahan ini berfungsi sebagai sumber makanan bagi khamir (sebuah bentuk jamur) yang menghasilkan etanol, alkohol yang dapat dipakai sebagai bahan bakar dan untuk menciptakan bahan kimia lainnya. Dalam prosesnya, ragi menciptakan protein yang mampu diberikan kepada hewan.

KESIMPULAN

Kimia hijau yaitu paradigma yang memfasilitasi pengembangan proses dan produk yang dapat menghemat atau menetralisir penggunaan atau buatan bahan kimia beracun dan berbahaya. Aspek kimia hijau yaitu minimalisasi polutan, penggunaan reaksi kimia dan katalis proses, penggunaan reagen tidak beracun, penggunaan bahan baku terbarukan, peningkatan efisiensi atom, dan penggunaan pelarut yang ramah lingkungan dan dapat didaur ulang. Green Chemistry bertujuan untuk mengembangkan proses dan produk kimia yang ramah lingkungan dan konsisten dengan pembangunan berkelanjutan. Ini yakni upaya besar untuk menanggulangi tantangan dari yang paling level dasar. Ini berbahaya alasannya adalah menghemat waktu yang terbuang. Menurut (Ulfah, dkk. Ilmu Lingkungan adalah ilmu yang mempelajari kumpulan atau sejumlah keadaan eksternal (fisik, kemis, dan biologis) atau totalitas aspek edafik, klimatik, dan biotik yang menghipnotis kehidupan individu organisme atau populasi.Ilmu Lingkungan juga didefinisikan selaku kalangan sains yang menjelaskan kehidupan di bumi tetap berkesinambungan, menemukan persoalan-duduk perkara lingkungan, dan persoalan-masalah lingkungan tersebut mampu dipecahkan.Ilmu Lingkungan menekankan penggunaan rancangan dasar ekologi untuk menjelaskan relasi antara dilema masalah lingkungan, menghadapi dilema-persoalan lingkungan, dan memperlihatkan cara-cara yang memungkinkan yang berhubungan dengan pemecahannya. Menurut (Sidjabat, 2008). Salah satu teknologi higienis yang sudah meningkat dan terus dikembangkan untuk dapat meminimalkan pencemaran atau limbah industri adalah teknologi katalitik atau dengan peran katalis Teknologi higienis ialah sebuah desain dari kimia hijau (green chemistry) dan merupakan sebuah teknologi yang dapat Menghemat bahan mentah (umpan) dan energi; mereduksi toksisitas (atau ancaman) dari materi materi yang digunakan dalam sebuah proses; mereduksi jumlah dan/atau toksisitas (bahaya) limbah dari proses industri dan emisinya. Dalam perkembangannya kimia hijau akhirnya ditemukan Nanopartikel yang memiliki efek baik sekali bagi lingkungan. Kayu dan produk kayu mungkin yang paling banyak digunakan sumber yang mampu diperbaharui. Kayu yakni sumber daya terbarukan yang digunakan untuk banyak sekali tujuan.

  Industri Hijau Dalam Mempertahankan Keseimbangan Ekosistem

DAFTAR PUSTAKA

Fajaroh, F. (2018). Sintesis Nanopartikel dengan Prinsip Kimia Hijau. In Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya. Dalam https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0,5&q=Sintesis+Nanopartikel+dengan+Prinsip+Kimia+Hijau+Fauziatul+Fajaroh  (Diakses, 14 November 2021).  

Manahan, S. E. (2006). AND THE TEN COMMANDMENTS OF SUSTAINABILITY. Dalam https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=.+Green+chemistry+AND+THE+TEN+COMMANDMENTS+OF+SUSTAINABILITY&btnG (Diakses, 14 November 2021).  

Sidjabat, O. (2008). Pengembangan Teknologi Bersih dan Kimia Hijau dalam Meminimalisasi Limbah Industri. Dalam https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Pengembangan+Teknologi+Bersih+dan+Kimia+Hijau+dalam+Meminimalisasi+Limbah+Industri+Oleh%3A+Oberlin+Sidjabat&btnG (Diakses, 14 November 2021).  

Ulfah, M., Rahayu, P., & Dewi, L. R. (2013). Konsep Pengetahuan Lingkungan Green Chemistry pada Program Studi Pendidikan Biologi. Dalam https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=KONSEP+PENGETAHUAN+LINGKUNGAN+GREEN+CHEMISTRY+PADA++PROGRAM+STUDI+PENDIDIKAN+BIOLOGI&btnG (Diakses, 14 November 2021).