Hajjah Rangkayo Rasuna Said

Hajjah Rangkayo Rasuna Said, findagrave.com

Kemerdekaan merupakan buah dari pengorbanan para hero melali perjuangan para satria. Berkat pengorbanan yang gigih pentang mengalah, berani berkorban harta benda dan nyawa dalam melawan penjajah hingga terusir dari Indonesia. Dalam usaha ini bukan cuma laki-laki saja yang berperan, tetapi perempuan pun turut berjasa di dalamnya. Keikutsertaan wanita dalam semua aspek kehidupan sebuah bangsa tidak dapat diabaikan. 
Perempuan bukan cuma tinggal di rumah dan mengorganisir keluarga tetapi dia juga dapat berperan di sektor publik. Keterlibatan perempuan telah berlangsung usang semenjak periode pra kolonial yang antara lain ditandai tampilnya beberapa tokoh perempuan sebagai penguasa kerajaan baik di Jawa maupun luar Jawa. Dalam bidang pendidikan pun perempuan tentu sungguh berperan, seperti Hajjah Rangkayo Rasuna Said yang memanfaatkan pendidikan selaku jalan untuk mengembangkan potensinya. Ia aktif dalam bidang organisasai politik, pendidikan dan jurnalistik. 
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kehidupan Hajjah Rangkayo Rasuna Said?
2. Apa saja tugas Hajjah Rangkayo Rasuna Said selama hidupnya?
BAB II
BIOGRAFI 
Hajjah Rangkayo Rasuna Said lahir di Maninjau Agam Sumatra Barat pada 14 September 1910 dan meninggal di Jakarta,2 November pada umur 55 tahun. Ia ialah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia dan juga merupaka satria nasional Indonesia. Seperti Kartini, dia juga memperjuangkan adanya persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Hajjah Rangkayo Rasuna Said sangatlah mengamati kemajuan dan pendidikan kaum wanita, terbukti bahwa dia sempat mengajar di Diniyah School Putri. Namun pada tahun 1930, Rasuna Said berhenti mengajra alasannya memiliki pendangan bahwa pertumbuhan kaum perempuan tidak hanya didapat dengan mendirikan sekolah, namun mesti diikuti dengan usaha politik.
Ketika Rasuna Said lulus dari SD lalu Rasuna diminta ayahnya untuk mencar ilmu di pesantren Ar-Rasyidiyah, yang dipimpin Syekh Abdul Rasyid.  Di pesantren ini ia menjadi murid perempuan satu-satunya. Ia diketahui selaku siswi yang cerdas, tangkas dan pemberani. Tahun 1923 beliau masuk ke Sekolah Diniyah (Diniyah School) di Padang Panjang yang dipimpin oleh Zainuddin Labai El-Yunusi. Tanggal 28 Juni 1926 terjadi gempa bumi yang jago dibarengi letusan Gunung Merapi di Padang Panjang. Para siswa Sekolah Diniyah alhasil kembali ke kampung halamannya. Rasuna Said kemudian melanjutkan dengan mengikuti sekolah yang dipimpin Haji Abdul Majid tetapi hanya sebentar. 
Pada tahun 1930 Rasuna Said memutuskan untuk masuk ke sekolah Sumatra Thawalib. Sekolah ini merupakan hasil pertumbuhan dari Surau Djembatan Besi. Dibawah pimpinan Haji Udin Rahmani15, beliau mendapatkan sifat dan kepribadian seorang pejuang. Seminggu sekali para murid Sumatra Thawalib wajib mengikuti latihan pidato dan debat. Rasuna Said yang populer kepandaiannya, diakui oleh teman-temannya sebagai orator ulung.16 Lama pendidikan di Sekolah Thawalib yakni empat tahun, tetapi Rasuna Said dapat menyelesaikannya cuma dalam masa waktu dua tahun.  Rasuna Said menempuh pendidikan terakhirnya ke Islamic College di Padang, ketika memasuki usia 23 tahun. Selama menempuh pendidikan, Rasuna Said bergabung dalam acara kepenulisan atau jurnalistik. Hal ini yang membawanya terpilih menjadi pimpinan redaksi majalah Raya.  
BAB III
PERAN HAJJAH RANGKAYO RASUNA SAID
A. Peran Rasuna Said di bidang Organisasi
Rasuna Said selama masa pendudukan Belanda hingga Jepang aktif terjun dalam beberapa organisasi. Rasuna Said memulai karir politiknya pada tahun 1926 dengan bergabung dalam Sarekat Rakyat.18 Sarekat Rakyat waktu itu memang banyak menarik minat kelompok muda Minang. Rasuna Said ketika itu duduk dalam kepengurusan sebagai penulis atau disebut sekretaris, cabang Maninjau.
Rasuna Said mempunyai minat dan pengetahuan yang tinggi akan dunia politik. Rasuna Said memilih masuk organisasi Persatuan Muslimin Indonesia (PMI atau Permi) pada tahun 1930.20 Permi didirikan oleh perhimpunan “Sumatra Thawalib” atau murid-murid Sumatera dibawah naungan Sekolah Thawalib. Rasuna Said dengan demikian menjadi anggota dari dua organisasi yang berlainan ialah Sarekat Rakyat dan Permi. Ia dikenai peraturan disiplin partai alasannya adalah menjadi anggota diluar Sarekat Rakyat. Ia pun harus menentukan salah satu, lalu diputuskan bahwa ia tetap menjadi anggota Permi, dengan kata lain keluar dari PSII.
Permi menyelenggarakan rapat umum di Payakumbuh pada 19 November 1832. Disana ia berpidato dengan terus terang menandakan langkah-langkah yang dilancarkan penjajah unutk memperbodoh dan memiskinkan bangsa Indonesia, serta menanamkan jiwa perbudakan yang mengakibatkan rakyat menjadi sungguh menderita, malas, dan tidak bertanggung jawab. Karena pidato tersebut beliau dituduh sudah menghasut dan mengintimidasi rakyat unutk menyelenggarakan pemberontakan serta menanamkan rasa benci kepada kolonialis Belanda. Rasuna Said pun dikenakan eksekusi penjara selama satu tahun dua bulan di penjara Bulu, Semarang, Jawa Tengah. 
Pasca keluar dari penjara dan Permi bubar, Rasuna Said pindah ke Medan. Perjuangannya kembali menyala ketika Jepang mulai berkuasa. Ia kembali lagi ke Sumatera Barat dan bergabung dalam Pemuda Nippon Raya. Ia kemudian turut andil pula dalam Giyûgun atau serdadu sukarela sebagai seksi wanita yang bertugas di bab logistik.
B. Peran Hajjah Rangkayo Rasuna  Said di Bidang Pendidikan 
Rasa kepedulian Rasuna Said pada dunia pendidikan mulai tertanam ketika dirinya menjadi murid di Sekolah Diniyah. Rasuna Said ialah salah satu pengajar di Sekolah Diniyah Putri. Pandangan Rasuna Said mengemukakan bahwa setidaknya seorang pelajar perlu dilengkapi dengan banyak sekali macam kepandaian untuk mereka yang mau berkecimpung dalam pergerakan.30 Pendidikan politik penting untuk murid-murid selaku upaya keluar dari belenggu penjajah. Rahmah El Yunusiyah31 merasa khawatir dengan sikap murid-muridnya pasca pemikiran politik yang diberikan Rasuna Said. Tidak sedikit murid-murid yang menggandrungi dan terpengaruh dengan acuan pikir Rasuna Said.32 Beberapa tokoh yang disegani jadinya menciptakan diskusi yang memutuskan supaya Rasuna Said dipindahkan dari Sekolah Diniyah Putri.
Perjuangan Rasuna Said tidak sepenuhnya berhenti disini, dirinya menunjukkan Kursus Pemberantasan Buta Huruf dengan nama Sekolah Menyesal, membuka Sekolah Thawalib kelas Rendah di Padang dan mengajar di Sekolah Thawalib Puteri, serta memimpin Kursus Putri dan Kursus Normal di Bukittinggi.33 Pasca terjadi pertengkaran usulan dan bubarnya Permi di tahun 1937, Rasuna Said memilih pergi ke Medan, Sumatera Utara. Ia mendirikan sekolah yang diberi nama Perguruan Puteri. Lembaga pendidikan ini diperuntukkan khusus bagi wanita.
C. Peran Hajjah Rangkayo Rasuna Said di Bidang Jurnalistik
Rasuna Said bergabung dalam kegiatan kepenulisan atau jurnalistik ketika menempuh pendidikan di Islamic College. Ia terpilih menjadi pimpinan redaksi atau pimred suatu majalah pada 1935. Majalah ini diberi nama majalah “Raya” yang dikenal radikal bahkan tercatat menjadi tonggak perlawanan di Sumatra Barat.  Namun polisi belakang layar Belanda (PID) menyederhanakan ruang gerak Rasuna dan kawan-kawan. 
Rasuna Said memutuskan untuk pergi ke Medan pasca bubarnya Permi. Ia menuangkan talenta jurnalistiknya dengan mempublikasikan sekaligus sebagai pimpinan redaksi suatu majalah bernama Menara Poetri. Majalah ini bangkit pada tahun 1937 dengan konsentrasi bahasan perihal keputrian dan keislaman.
BAB IV 
PENUTUP

Rasuna Said menerima pendidikan yang cukup baik beliau berasala dari keluarga yang berada. Tentu hal tersebut juga yang mengakibatkan ia seorang perempuan yang memiliki banyak peluanguntuk mampu aktif dalamm aneka macam bidang seperti politik, pendidikan dan jurnalistik. Dengan pendidikannya yang bagus maka ia mampu mencaai posisi yang bagus untuk membantunya melibatkan diri dalam perjuangan Indonesia.
Salah satu peran yang dilaksanakan Rasuna Said ialah dalam pendidikan beliau menjadi pengajar di Sekolah Diniyah Putri. Di sana dia cukup menekankan akan pentingnya muri-murid untuk memahami pendidikan politik supaya bisa terlepas dari belenggu penjajah. Namun, alasannya adalah pengajaran tersebut Rasuna Said justru dikeluarkan dari sekolah. Dia pun tetap melanjutkan  perjuangannya dengan menunjukkan kursu untuk orang-orang buta karakter dan mendirikan Sekolah Thawalib. 
DAFTAR PUSTAKA
Burhanudin, Jajat. 2002. Ulama Perempuan Indonesia. JAKARTA: PT Gramedia    Pustaka Utama.
Nurjanah, Esti. 2017. Peran Hajjah Rangkayo Rasuna Said dalam Memperjuangkan Hak-Hak Perempuan Indonesia 1926-1965. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Widyasari, Fransiska Rani. 2015. Peran Hajjah Rangkayo Rasuna Said dalam Perjuangan Perempuan Indonesia 1945. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Hajjah Rangkayo Rasuna Said. https://id.wikipedia.org/wiki/Rasuna_Said, diakses pada 28 April 2019
Hj. Rasuna Said. https://pahlawancenter.com/hj-rasuna-said/, diakses pada 29 April 2019