Brunei Darussalam

Brunei Darussalam, Sejarah Negara.com

       Sejak era ke-19 sampai sekarang, dunia Islam telah terhampar luas dari Maroko (Afrika Utara) sampai ke Merauke (Indonesia). Karena itu, penduduk Muslim bukan saja banyak ditemukan di Iran, Irak, Mesir, Pakistan, Syiria, Aljazair, Turki, Saudi Arabia dan selainnya, tetapi mereka juga banyak di Asia Tenggara. 
       Perkembangan Islam di Asia Tenggara kelihatan bervariasi. Dalam artian, antara satu negara dengan negara lainnya berbeda karena proses masuknya Islam dan terbentuknya masyarakat Muslim di tiap negara di kawasan ini tidak terjadi dalam waktu yang berbarengan. Di samping itu, adanya aspek-faktor tertentu yang lain yang terdapat pada masing-masing negara boleh jadi menjadikan timbulnya perbedaan dalam pertumbuhan tersebut. Populasi masyarakat Muslim di negara-negara dalam tempat Asia Tenggara juga berbeda-beda. Paling tidak, ada tiga negara di kawasan ini yang penduduknya mayoritas Muslim, yakni Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Brunei ialah negara kerajaan yang luas wilayahnya terbilang kecil dibandingkan dengan Malaysia dan Indonesia.
       Berbicara lebih lanjut perihal pertumbuhan Islam di Brunei, tentu ada kaitannya dengan sejarah berdirinya negara Brunei itu sendiri selaku negara basis Islam. Dari sini lalu mampu ditelusuri bagaimana abad-kala silam Brunei selaku basis proses Islamisasi dan keadaan Islam di Brunei era kini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang Brunei Darussalam?
2. Kapan Islam masuk ke Brunei?
3. Bagaimana kemajuan Islam di Brunei? 
C. Tujuan Penulisan
1.   Untuk menjelaskan latar belakang Brunei Darussalam.
2.   Untuk menjelaskan masuknya Islam ke Brunei.
3.   Untuk menerangkan kemajuan Islam di Brunei.
BAB II
A. Latar Belakang Brunei Darussalam
       Brunei Darussalam atau yang biasa disebut Negara Brunei Darussalama ialah sebuah negara kecil yang sejahtera di bagian utara Pulau Borneo/Kalimantan. Brunei diapit oleh dua wilayah Malaysia, Sabah dan Serawak dan diperintah oleh Keturunan Sultan. Brunei mempunyai sejarah yang panjang. Pada zaman dulu, Brunei disebut Kerajaan Borneo. Ada juga yang berpendapat Brunei berasal dari kata “baru nah” yang dalam sejarah dibilang bahwa pada awalnya ada rombongan klan atau Suku Sakai yang dipimpin Pateh Berbai pergi ke Sungai Brunei mencari tempat untuk mendirikan negeri baru. Kemudian perkataan “gres nah” itu lama kelamaan menjelma Brunei.  Klan atau suku Sakai yang dimaksudkan yakni serombongan pedagang dari China yang gemar berniaga dari suatu kawasan ke kawasan lain. Karena itu, Kerajaan Brunei pada mulanya adalah sentra perdagangan orang-orang China.
       Kerajaan Brunei pernah dijajah oleh Sriwijaya yang berpusat di Sumatera pada awal kala ke-9 dan juga pernah dijajah oleh Kerajaan Majapahit yang berpusat di Pulau Jawa, namun berhasil membebaskan dirinya dan kembali menjadi suatu negara yang penting.  Kerajaan Brunei meraih kurun kejayaannya dari era ke-15 hingga ke-17. Kekuasaannya mencapai seluruh pulau Borneo dan hingga ke Filipina di sebelah utara. Kejayaan ini dicapainya terutama pada kurun pemerintahaan Sultan kelima Bolkiah.
       Pada tahun 1839 James Brooke dari Inggris datang ke Kuching,Serawak yang menandai awal mula dampak Inggris di Bunei. James Brooke mencuri perhatian wakil Sultan Brunei di Serawak, Pangiran Muda Hashim sesudah sukses mengatasi pemberontakan kecil di Serawak. Hal tersebut  Kemudian pada tahun 1841, beliau diangkat menjadi pemegang kuasa atau wakil Sultan Brunei untuk tempat Serawak. 
       Pada era kekuasaan Sultan Omar Ali Saifuddin II terjadi konflik internal keluarga di raja Brunei, adalah kontradiksi yang rampung dengan pembunuhan pangiran Muda Hashim dan keluarga ada tamat bulan Oktober 1845 atas perintah Sultan Omar Ali Saifudin II. Keadaan ini dimanfaatkan Inggris untuk melakukakan tekanan terhadap Sultan Omar Ali Saifudin II dengan memaksa Sultan menyerahkan Pulau Labuan terhadap Inggris. Akhirnya, sekitar tanggal 18 Desember 1846 Pulau Labuan dan sekitarnya diserahkan kepada Inggris.
       Pada tahun 1847, Brunei menandatangani kontrakPersahabatan dan Perdagangan dengan Inggris, yang berisi hak-hak istimewa di bidang perniagaan dan ekstra teritorial kepada warga Inggris yang berniaga di Brunei. Bahkan pada tahun 1888, Brunei meletakan dirinya dibawah kekuasaan Inggris yang bermakna dia menjadi negara persemakmuran Inggris. Pada tahun 1906 Brunei memberi hak kuasa kepada Kerajaan Inggris untuk menempatkan seorang residen di Brunei. Sejak itu mulailah kurun baru metode pemerintahan di Brunei yaitu Keresidenan. Dengan itu, Brunei sudah kehilangan kemerdekaan dan kebebasannya. Sultan tidak lagi berkuasa secara sarat alasannya adalah yang memegang kekuasaan secara de facto yaitu Residen Inggris.
       Pada tahun 1959, Brunei mengeluarkan sebuah konstitusi baru yang menyatakan pembentukan pemerintahan sendiri, sedangkan permasalahan mancanegara, pertahanan dan keamanan tetap menjadi tanggung jawab Inggris. Sebenarnya Brunei telah berupaya untuk membentuk dewan legislatif terpilih yang diwakili oleh partai politik, namun perjuangan tersebut gagal akibat pemberontakan yang dilaksanakan oleh partai oposisi, Partai Rakyat Brunei pada tahun 1962. Pemberontakan bersenjata tersebut berhasil digagalkan oleh pasukan bersenjata Inggris.
       Pada awal tahun 1960-an, Brunei pernah mendapat proposal untuk bergabung dengan Malaysia, negara tetangga yang gres saja merdeka. Namun proposal tersebut ditolak, Sultan tetap menetapkan untuk membentuk Brunei sebagai negara yang terpisah dari Malaysia. Pada tahun 1967, Sultan Omar Ali Saifuddin III turun takhta dan digantikan anak sulungnya, Sultan Hassanal Bolkiah.  Omar Ali Saifuddin kemudian bersedia menjadi menteri pertahanan setelah Brunei meraih kemerdekaan sarat dan dia menyandang gelar “Paduka Seri Begawan”. 
       Pada tahun 1970, pusat pemerintahan negeri Brunei Town berubah nama menjadi Bandar Seri Begawan dengan tujuan untuk menghormati jasa Sultan Omar Ali Saifuddin III. Akhirnya, pada tanggal 1 Januari 1984 Brunei menyatakan kemerdekaannya yang menandai kebebasannya dari protektorat Inggris. Saat ini Brunei mempunyai wilayah yang lebih kecil dari kala lalu, dengan berbatasan dengan Serawak dari sebelah barat hingga timur wilayah itu, serta sebelah utara memiliki batas dengan Laut Cina Selatan. 
B. Masuknya Islam ke Brunei
       Sekalipun Brunei telah menerima Islam sebagai agama resmi sejak pemerintahan Sultan Muhammad Syah yang diperkirakan sejak 1368, lalu dilanjutkan oleh Sultan Ahmad dan diteruskan oleh menantunya Sultan Sharif Ali (wafat 1432), Islam diperkirakan telah tersebar di Brunei jauh sebelum itu, karena Brunei ialah tempat transit dan persinggahan pedagang-pedagang Islam yang berbagi Islam ke daerah ini. 
       Menurut riwayat China, pada 977, Raja Puni (sebutan Brunei menurut pengecap Chinese) telah menghantar utusannya ke China diketuai oleh Pu Ya-Li, qadhi Kasim dan Seikh Noh.  Namun tidak ditemukan data lebih lanjut perihal asal ajakan utusan tersebut, apakah dia orang pribumi Melayu asli sekaligus pendakwah Islam, atau penjualMuslim dari luar (Hadramaut atau Yaman) dan tinggal di Brunei kemudian diutus ke China untuk misi perdagangan. Sebab, sebagaimana yang telah disinggung, Kerajaan Brunei pada mulanya yaitu sentra jual beli orang-orang China. Versi lain mengambarkan bahwa sekitar era ke-7 penjualArab dan sekaligus selaku pendakwah penyebar Islam telah datang ke Brunei. 
       Berdasarkan data data di atas, dipercayai bahwa Islam telah masuk ke Brunei jauh sebelum tahun 1368 namun Islam belum cukup meningkat secara luas. Barulah ketika Awang Alak Betatar memeluk islam dengan gelar Sultan Muhammad Syah. Islam mulai berkembang secara luas dan menjadi agama resmi bagi seluruh negara.
       Awang Alak Betatar menganut islam dari Syarif Ali. Syarif Ali berasal dari Taif, seorang keturunan Rasulullah SAW dari jalur Sayyidina Hassan. Pendekatan dakwah yang dilakukan Syarif Ali tidak sekedar menarik hati Awang Alak, dakwahnya menambat hati rakyat Brunei. Dia menanamkan ajaran Islam sesuai dengan fatwa Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah dengan maazhab Syafi’i. Dia juga yang memperlihatkan arah kiblat yang betul, karena pedoman Islam yang sebelumnya bercampur dengan fatwa Hindu-Budha. Dengan kebaikan dan sumbangan besarnya dalam dakwah islam di Brunei, beliau dinikahkan dengan puteri Sultan Muhammad Shah. Setelah itu beliau dilantik menjadi Sultan Brunei atas kesepakatan pembesar dan rakyat lokal. Sultan Syarif Ali wafat pada 1432 dan digantikan oleh  putra baginda berjulukan Sultan Sulaiman. Keturunan Sultan Syarif Ali inilah yang melahirkan keturunan sultan dan raja-raja Brunei sampai ketika ini.
       Adapun raja-raja Brunei yang memerintah sejak resmi didirikannya dan mengakibatkan Islam sebagai agama resmi kerajaan yaitu (1)Sultan Muhammad Syah (1383-1402); (2)Sultan Ahmad (1408-1425); (3)Sultan Syarif Ali (1425-1432); (4)Sultan Sulaiman (1432-1485); (5)Sultan Bolkiah (1485-1524); (6)Sultan Abdul Kahar (1524-1530); (7)Sultan Saiful Rizal (1533-1581); (8)Sultan Shah Brunei (1581-1582); (9)Sultan Muhammad Hasan (1582-1598); (10)Sultan Abdul Jalilul Akbar (1598-1659); (11)Sultan Abdul Jalilul Jabbar (1669-1660); (12)Sultan Haji Muhammad Ali (1660-1661); (13)Sultan Abdul Hakkul Mubin (1661-1673); (14)Sultan Muhyiddin (1673-1690); (15)Sultan Nasruddin (1690-1710); (16)Sultan Husin Kamaluddin (1710-1730 & 1737-1740); (17)Sultan Muhammad Alauddin (1730-1737); (18)Sultan Omar Ali Saifuddien I (1740-1795); (19)Sultan Muhammad Tajuddin (1795-1804) & (1804-1807); (20)Sultan Muhammad Jamalul Alam I (1804); (21)Sultan Muhammad Kanzul Alam (1807-1826); (22)Sultan Muhammad Alam (1826-1828); (23)Sultan Omar Ali Saifuddin II (1828-1852); (24)Sultan Abdul Momin (1852-1885); (25)Sultan Hashim Jalilul Alam Aqamaddin (1885-1906); (26)Sultan Muhammad Jamalul Alam II (1906-1924); (27)Sultan Ahmad Tajuddin (1924-1950); (28)Sultan Omar ‘Ali Saifud-dien III (1950-1967); (29)Sultan Haji Hassanal Bolkiah Mu’izzaddin Waddaulah (1967-kini). 
       Semangat mengembangkan Islam dari Brunei ke wilayah Filipia Selatan, kebesaran Sultan Bolkiah dan kemajuan jual beli di Brunei menyebabkan kecemburuan penguasa Spanyol di Manila. Itulah di antara penyebab kolonial Spanyol di Manila mengirim sepucuk surat terhadap Sultan Saiful Rijal yang isinya menuduh Brunei menghasut orang-orang Islam di Filipina untuk memberontak terhadap kuasa Spanyol, meminta paksa agar diizinkan berbagi agama Kristen di Brunei.  Saiful Rijal murka dan menolak isi surat tersebut. Kemudian Spanyol mengantararmada maritim pada April 1578 guna menyerbu dan menundukkan Brunei tetapi usaha mereka gagal sebab Saiful Rijal sukses mengalahkan serbuan tersebut.
       Sebelum meluasnya tata cara pemerintahan gres ala barat yakni keresidenan, Brunei pernah melakukan suatu sistem pemerintahan yang terdiri dari Sultan, Jema’ah perunding dan Penasihat adalah Duli-duli Wazir, Pengiran Bendahara, Pengiran Di-Gadong, Pengiran Temenggong, Pengiran Pemancha dan beberapa orang Ceteria (istilah Melayu untuk satria). Mereka mempunyai peran dan tanggung jawabnya sendiri-sendiri dalam pemerintahan.
C. Perkembangan Islam di Brunei
       Brunei semenjak perempat pertama kurun ke-20 mengalami gelombang reformasi. Reformasi Brunei meliputi masalah pendidikan, penegakan hukum dan administrasi Islam. 
       Reformasi pendidikan di Brunei bermula semenjak permulaan abad ke-20. Pada kala ini berbagai pembaruan dilaksanakan utntuk menyiapkan ulama yang cekatan dalam manajemen modern. Surau milik sultan di Kampung Air berkembang menjadi pusat pembinaan dan pendidikan pada 1922. Lembaga pendidikan ini dirancang dengan mengacu rancangan “sekolah istana” dalam tradisi sejarah Islam. Sejak tahun 1930-an, di setiap sekolah di Brunei dikerjakan pendidikan agama dua kali sepekan di sore hari. Untuk mengurus pendidikan agama, pada tahun 1948/1949 dibuat Nazir Pendidikan Agama dengan seorang Ketua Pengajar Agama.
       Reformasi penegakan aturan berawal dari beralihnya kekuasaan Brunei dari sultan ke residen. Hal ini merangsang hadirnya institusionalisasi visi dan pengelolaan Islam dengan struktur dan bentuk baru. Untuk mengurusi persoalan keislaman lalu dibuat Institusi Hal Ehwal Agama. Melalui tubuh inilah, qadhi mengaplikasikan aturan Islam.
       Dalam perkembanganya, kemapanan keberadaan Islam di Brunei akil balig cukup akal ini dapat dilihat dari bangunan masjidnya yang sungguh megah. Sebab, Lukman Hakim Hasibuan menyatakan, “Keberadaan masjid pada suatu kawasan mengambarkan kehidupan masyarakatnya maju”.   Masjid Bandar Sri Brigawan di Brunei selaku masjid jami’ dijadikan sebagai pusat aktivitas keagamaan dan penyebaran Islam, masjid inilah yang sekarang menjadi mercu tanda dan keangunan dakwah Islam di Brunei.  Di samping masjidnya yang berkubah, istana negara Brunei yang disebut Istana Nurul Iman, daerah keluarga sultan, sungguh besar dengan kubah yang berlapis emas.  Istana ini juga, apalagi dengan namanya “istana Nurul Iman” selaku simbol eksistensi Islam di Brunei yang kian mapan saat ini. Lebih lanjut, pendidikan Islam di Brunei sudah mengalami reformasi yang pada mulanya dilakukan secara pribadi oleh para ulama melalui forum yang dimilikinya. Namun saat kini ini, pendidikan agama lebih sistematik, guru-guru agama mesti ditatar di sekolah agama yang diketahui . Pendidikan Agama Islam, juga menjadi salah satu mata pelajaran yang diterapkan di seluruh sekolah. Ajaran agama Islam ialah program pengajaran moral inti sekolah-sekolah di Brunei dan tanpa mengabaikan pelajaran lain termasuk bahasa Inggris tetap menjadi aksentuasi. Semua disiplin ilmu besar sehabis tiga tahun dari pendidikan dasar diajarkan dalam bahasa Inggris. Penekanan pada bahasa Inggris ini diimbangi dengan pengajaran bahasa Melayu selaku bahasa percakapan orisinil mereka. Para alumni sekolah-sekolah yang memenuhi syarat, dikirim mencar ilmu ke Universitas al-Azhar Kairo. Di samping itu tentunya, sebagian diarahkan untuk tetap melanjutkan kuliah di negeri sendiri, di Universitas Brunei Darussalam.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
       Brunei Darussalam atau yang biasa disebut Negara Brunei Darussalama ialah suatu negara kecil yang sejahtera di bab utara Pulau Borneo/Kalimantan. Brunei diapit oleh dua daerah Malaysia, Sabah dan Serawak dan diperintah oleh Keturunan Sultan. Brunei mempunyai sejarah yang panjang. Brunei menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 1 Januari 1984.
       Berdasarkan data data sejarah yang ada, Islam diandalkan sudah masuk ke Brunei jauh sebelum tahun 1368 tetapi Islam belum cukup meningkat secara luas. Barulah ketika Awang Alak Betatar memeluk islam dengan gelar Sultan Muhammad Syah. Islam mulai berkembang secara luas dan menjadi agama resmi bagi seluruh negara.
Sejak tamat kala ke-19 sampai ke-20, terlihat perkembangan kehidupan keagamaan pada masyarakat Brunei yang sungguh signifikan, baik pada tingkat kelembagaan maupun penerapan wangsit-pandangan baru reformis. Perubahan administrasi ketatanegaraan pada era ini juga besar andilnya terhadap proses skripturalisasi dan reformasi keagamaan. Karena sultan (raja) mempunyai wewenang penuh dalam bidang agama, sehingga korelasi antara sultan dan agama menjadi sungguh berpengaruh. Dengan demikian, pergeseran politik dan dinamika agama yang dikedepankan
pemerintah juga berimbas pada reformasi kehidupan umat beragama.

DAFTAR PUSTAKA
Hiretage,Andrew dkk.2003.Atlas Dunia.Edisi ke 4. Diterjemahkan oleh: Drs.Ibnu Fatah.Jakarta: Erlangga
Ajid Tohir.2002.Perkembangan Peradaban Islam di Kawasan Dunia Islam.Cet. I.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Lukman Hakim Hasibuan.Pemberdayaan Masjid Masa Depan. Cet. II.Jakarta: 
Bina Rena Pariwara.2003
http://id.wikipedia.org/wiki/Brunei_Darussalam