Sejarah Umat Islam Di Oman

Sejarah Umat Islam di Oman, https://www.teachingnomad.com


A. LATAR BELAKANG MASALAH
Oman yaitu suatu negara Arab yang berada di bab Asia Barat Daya, tepatnya di pesisir tenggara Jazirah Arab. Oman memiliki batas dengan Uni Emirat Arab (UEA) di barat maritim, Arab Saudi di barat, dan Yaman di barat daya. Pesisir ini dibentuk oleh Laut Arab di tenggara dan Teluk Oman di timur maritim. Negara Oman disebut juga dengan nama Kesultanan Oman. Sebab bentuk pemerintahannya monarki mutlak dimana Sultan memiliki kewenangan sarat dalam menertibkan jalannya roda pemerintahan. 
Negara Oman terputus dari semenanjung oleh Gurun Al-Khali dan topografinya didominasi oleh pegunungan. Medannya garang dan iklimnya yang panas serta kering sama seperti biasanya wilayah lain di Jazirah Arab. Oman sesungguhnya terlihat tidak sesuai untuk populasi yang menetap, namun selama ribuan tahun sebagian besar orang telah memanfaatkan sumber daya air yang sangat sedikit dan mempraktikkan pertanian. Sedangkan yang lainnya sudah beralih ke maritim untuk mencari nafkah baik selaku nelayan atau sebagai pedagang.
Dewasa ini Oman tergolong ke dalam salah satu negara yang mengalami perkembangan pesat di dunia. Sebab pembangunan negara terus dilaksanakan di segala sektor. Bahkan menurut indeks internasional, Oman tercatat sebagai salah satu negara yang paling maju dan stabil di Jazirah Arab, selain Uni Emirat Arab (UEA).
B. RUMUSAN MASALAH 
Dalam penulisan makalah ini, penulis merumuskan beberapa problem :
1) Bagaimana proses masuknya Islam dan perkembangannya di Oman? 
2) Bagaimana kondisi umat Islam di Oman akil balig cukup akal ini? 
C. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menjelaskan proses masuknya Islam dan perkembangannya di Oman. 
2. Untuk menerangkan kondisi umat Islam di Oman di periode modern.
BAB II
PEMBAHASAN 
A. GEOGRAFI, DEMOGRAFI DAN SOSIAL BUDAYA DI OMAN
Oman yaitu negara yang relatif kecil dengan luas hanya 309.500 kilometer persegi (dua setengah kali luas pulau Jawa) dan populasi 4,6 juta orang (kurang lebih sama dengan penduduk Provinsi D.I Yogyakarta). Pemerintahan di Oman berbentuk kesultanan dimana negara ini dipimpin oleh seorang sultan yang sekaligus merangkap selaku kepala pemerintahan. Terdapat beberapa kota besar di Oman, ialah Muscat sebagai ibu kota negara dan beberapa kota lain mirip Nizwa, Sohar, Salalah dan Duqm.
Mayoritas penduduk yaitu Arab muslim dengan populasi sebesar 77 persen. Sedangkan, sisanya yakni minoritas India, Pakistan, Iran, dan Afrika. Negara ini diperkirakan didiami oleh ratusan suku yang didasarkan pada genealogi, aliansi tradisional, agama dan pola ekonomi. Namun mayoritas, suatu suku yang ada di Oman terdiri dari sebuah klan atau sekelompok klan yang memiliki leluhur yang sama. Suku-suku ini kemudian mengendalikan relasi sosial, teritorial, ekonomi dan politik. Suku yang besar atau yang mempunyai dampak politik yang penting memiliki seorang syekh yang disebut selaku tamimah. Tamimah dipilih secara bebuyutan dan memiliki tugas layaknya pemimpin pada umumnya yaitu mengatur keeksistensian suku-suku yang ada di Oman.
Selain dari ekspor minyak, Oman juga mengandalkan pemasukan dari sektor pertanian. Komoditas utama yang dihasilkan adalah buah-buahan dan sayuran mirip kurma, jeruk nipis, gandum, alfafa, tebu, pisang, mangga, anggur, buah delima, kelapa, sorgum, ubi jalar dan padi. Barang-barang ini selanjutnya akan dibawa memakai kapal-kapal menuju ke bandar-bandar jual beli baik di Asia maupun di Afrika.
B. SEJARAH MASUKNYA ISLAM KE OMAN
Sebelum hadirnya Islam, Oman termasuk kedalam bagian jaringan jual beli kerajaan Sasania di Persia yang membentang dari Teluk Persia hingga ke Sindu. Disamping menerima laba dari perdagangan, Oman juga menjadi masyarakat pertanian yang sungguh maju karena berada di wilayah Arab yang subur.  Pengaruh Persia memegang peranan yang sangat penting dalam memilih lingkungan budaya Oman. Persia mengenalkan pengembangan sistem irigasi falaj  untuk menggantikan tata cara irigasi sederhana yang sebelumnya dikerjakan. Pengembangan ini dijalankan kedalam dua tahap, yang pertama mencakup segi barat dari pegunungan di utara Oman ke Jauf dan Sharqiyah serta yang kedua di lembah-lembah gunung terutama di Ghadaf.  
Selama kala Sasania, utamanya sesudah dikembangkannya sistem irigasi yang lebih maju maka pengaruh jual beli bahari berkembangdan jalur-jalur jual beli dikembangkan dengan Afrika Timur dan China memakai kapal-kapal. Kapal-kapal tersebut memakai pelabuhan Apologas di Mesopotamia Selatan untuk berlayar sampai menuju ke India dan China. Bahkan pelaut-pelaut Oman memainkan peranan penting dalam membawa barang-barang barang jualan dari Afrika Timur, India, China dan melaksanakan kontak dengan kawasan-daerah lain lewat lautan. 
Islam masuk ke Oman pada tahun 630 M dikala Nabi Muhammad saw mendelegasikan Amr ibn al-‘Ash menemui Julanda Abd dan Jaifar untuk mengajak mereka menganut kepercayaan gres. Hal ini dilaksanakan setelah adanya persetujuan syekh-syekh Arab dan pengiriman seorang utusan ke Madinah. Amr bin al-‘Ash tetap berada di Oman untuk mengajarkan masyarakat perihal Islam dan mendorong mereka untuk melawan terhadap Persia. Orang-orang Persia yang mengalami kekalahan kemudian menetapkan berdamai dengan orang-orang Arab. Mereka menawan iri ke Iran sehingga Oman menjadi milik muslim dan orang-orang Arab.  Kemudian kebijakan Rasulullah saw yang diserahkan terhadap pemerintahan muslim dengan sungguh gampang diterapkan di Oman, utamanya yang berhubungan dengan zakat. Karena zakat yang terkumpul di kawasan Oman tetap dibiarkan didistribusikan kepada penduduk miskin dan tidak diserahkan ke pemerintahan pusat di Madinah. 
C. KONDISI OMAN DI ERA MODERN
Pada tahun 796, Oman dikuasai oleh pemerintahan Imam Ibadiyah yang berusaha menjaga tata cara kesukuan, pertanian dan mengintegrasikan warga nomadik dan warga pemukiman. Ibadiyah berusaha memperluas jaringan jual beli Oman dengan cara mendirikan koloni jualan di Basrah, Siraf, Aden, India dan daerah pesisir Afrika Timur. 
Portugis memasuki Oman pada masa ke-16 sehabis Vasco da Gama sukses memasuki India. Kemudian Portugis memerintahkan Alfonso de Albuquerque untuk mendirikan sebuah imperium di Timur. Alfonso beropini bahwa untuk bisa mendirikan suatu imperium terlebih dahulu mesti menguasai lautan yang menghubungkan antara Timur dan Barat, adalah Oman alasannya posisinya yang berada di ekspresi Teluk Persia. Pendudukan Portugis atas Oman terjadi pada tahun 1507 dan selsai pada tahun 1650. 
Namun pada periode ke-19, Mesir mengambil alih kemudian lintas Samudera Hindia melalui rute perdagangan Laut Merah. Akibatnya perdagangan bangsa Oman dibawah dominasi Ibadiyah hancur. Kemudian Oman berupaya berdiri dengan cara mengintegrasikan masyarakatnya menjadi penduduk tunggal disertai pengukuhan Ibadiyah selaku mazhab resmi negara yang akan mengontrol aturan perdata dan pidana di Oman. 
Oman ialah satu-satunya negara yang paling koservatif di daerah Teluk Persia. Kebangkitan kembali Oman terjadi pada kala ke-17 dan ke-18 saat Oman sukses mengusir Portugis keluar dari kawasan Afrika timur. Selain itu pada kurun ke-19, para sultan dari dinasti Bu Sa’id pun sukses memperkuat kembali jaringan jual beli mereka. Oman memperbaiki kembali kendali atas Zanzibar dan beberapa kota lainnya di Afrika Timur. 
Pada tahun 1749 Ahmad ibn Sa’id terpilih menjadi khalifah Oman dan mendirikan dinasti al-Bu Sa’id yang memerintah Oman hingga kini. Disamping itu dominasi Portugis yang sudah hilang lalu digantikan oleh Inggris. Langkah Inggris dalam usaha untuk menguasai Oman terhalang oleh adanya niat yang serupa dari Perancis. Sehingga  nyaris satu masa lamanya Inggris berusaha membuat persetujuandagang dengan Oman namun baru sukses pada tanggal 31 Mei 1839. Oman berada sepenuhnya dalam penguasaan protektorat Inggris pada tahun 1854, ketika sultan Oman, Sa’id ibn Sulthan (1791-1856), menghadiahkan pulau Kuria Muria kepada Inggris. 
Pada tahun 1955, Sa’id ibn Taymur (1932-1970) dengan pinjaman Inggris, merampas seluruh daerah negeri dibawah pemerintahannya. Pola pemerintahan yang sempit dan tiranis memancing sejumlah gerakan oposisi. Salah satunya adalah Front Pembebasan Masyarakat Oman dibuat tahun 1965 oleh para pelajar dan The Dhofar Liberation Front mengelola perlawanan terhadap pemilikan tanah langsung para sultan. Sa’id ibn Taymur bisa menjaga keutuhan kekuasaan atas negeri ini karena jasa para perwira militernya dari Inggris dan lantaran kebijakan isolasi Oman dari dunia luar. 
Tahun 1970-an, putranya yang berjulukan Qabus ibn Sa’id naik tahta untuk membentuk suatu rezim yang lebih modern. Ia menumpas semua kekuatan perlawan yang dijalankan oleh oposisi. Selain itu, dikala Qabus mengambil kendali atas pemerintahan ia kemudian membuka isolasi Oman dari dunia luar. Ia melaksanakan pembangunan dan pembaruan di segala sektor seperti jalanan, sekolah-sekolah, kesehatan, komunikasi, layanan keuangan, sumber air, dan perumahan. Ia berkeyakinan bahwa kebijakan gres tersebut mampu mentransformasikan Oman kearah perkembangan. 
Citra Oman segera berubah sejak ditemukannya ladang minyak dan adanya ambisi yang kuat dari sultan Qabus untuk menuntaskan isolasi tersebut. Oman menjadi salah satu negara maju dengan pertumbuhan yang pesat dalam berbagai bidang.  Kesejahteraan sosial di negara yang beribukota di Muskat itu mengandalkan usahawan dan jaringan kerabat. Jika ada masyarakat yang berusia lanjut, mempunyai keterbatasan fisik serta mengalami kekurangan ekonomi maka akan dirawat oleh jaringan saudara.
Sejak tahun 1970-an, pemerintah sudah bekerja keras membangun layanan kesejahteraan sosial, mengiklankan stabilitas, dan keselamatan bagi masyarakat. Departemen sosial, tenaga kerja, dan pembinaan keahlian bertanggung jawab mengeluarkan biaya bulanan bagi orang bau tanah, para janda, korban perceraian, dan orang yang mempunyai keterbatasan fisik. Adapun perhatian khusus bagi kaum muda dikerjakan melalui sentra pemerintahan khusus. 
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Oman yaitu suatu negara Arab yang berada di bagian Asia Barat Daya, tepatnya di pesisir tenggara Jazirah Arab. Pendapatan Oman selain mengandalkan dari ekspor minyak, juga mengandalkan pemasukan dari sektor pertanian. Komoditas utama yang dihasilkan ialah buah-buahan dan sayuran.
Sebelum hadirnya Islam, Oman tergolong kedalam bagian jaringan perdagangan kerajaan Sasania di Persia. Pengaruh Persia memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan lingkungan budaya Oman. Persia mengenalkan pengembangan metode irigasi falaj untuk menggantikan sistem irigasi sederhana yang sebelumnya dijalankan. Islam masuk ke Oman pada tahun 630 M dikala Nabi Muhammad saw mengutus Amr ibn al-‘Ash menemui Julanda Abd dan Jaifar untuk mengajak mereka menganut akidah gres.
Pada tahun 796, Oman dikuasai oleh pemerintahan Imam Ibadiyah. Perdagangan bangsa Oman dibawah dominasi Ibadiyah pernah hancur karena diambil-alihnya kemudian litas Samudera Hindia lewat rute jual beli Laut Merah oleh Mesir. Namun Oman berupaya untuk berdiri kembali dibawah pemerintahan Sultan Qabus ibn Sa’id. Pembangunan dilaksanakan di segala bidang dan sultan pun menghilangkan sikap isolasi Oman kepada dunia luar. Sehingga sekarang Oman berhasil menjadi suatu negara yang paling maju dan stabil di Jazirah Arab. 
DAFTAR ISI
Allen, C. H. (1987). OMAN : The Modernization Of The Sultanate. United States of America: Westview Press.
Clements, Frank. (1980). Oman The Reborn Land. London: Longman Group LTD.
Cleveland, W. L. (1994). A History Of The Modern Middle East. Philadelphia: Westview.
Lapidus, I. M. (1999). Sejarah Sosial Umat Islam Jilid III. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Latifah, Zuhrotul. (2017). “Peradaban Islam Modern Di Negara-negara Arab.” Dalam Siti Maryam, dkk (Ed.), Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern. Yogyakarta: Lesfi.
https: www.id.m.wikipedia.org/wiki/Oman
https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/ozmptr313. Di akses pada 9 April 2019.