Tari hiburan ialah tarian yang merupakan ekspresi kegembiraan seseorang dan keterlibatan emosi penari ketika menari yang sangat besar. Penari tidak bergerak untuk dilihat. Geraknya tidak sengaja dibentuk sedemikian rupa, namun benar-benar terlahir alasannya perasaan bahagia. Faktor keindahan bukanlah yang paling utama.
Ciri-Ciri Tari selaku Media Hiburan
- Tidak mempunyai hukum yang baku, baik secara koreograf maupun struktur sajiannya
- Terjadi interaksi antara penari dan penonton
- Gerak bergantung mood penari/pelakunya
- Gerakan sederhana, yang penting penari bangga menarikannya
- Ditarikan secara berpasangan atau kalangan
- Umumnya disuguhkan di arena terbuka
- Irama yang mengiringinya memanggil orang untuk bergerak
- Alat musik yang digunakan sederhana
Contoh tari-tarian yang berfungsi sebagai media hiburan diantaranya yaitu:
- Tari Tayub, Jaipongan (Jawa Barat)
- Tari Rantak Kudo (Sumatra)
- Tari Gandrung (Jawa Timur)
- Tari Joged Bumbung (Bali)
- Tari Lendo Ndao (Lombok)
- Tari Yosim Pancar (Papua)
- Tari Ketuk Tilu (Jawa Barat)
Jenis tari hiburan berbeda fungsi dan bentuknya dari tari upacara. Gerak yang menjadi sumber media ungkap tari, pada tari-tarian yang berfungsi sebagai tarian hiburan lahir ketika manusia membutuhkan aktualisasi perasaan kebahagian, kegembiraan, atau keinginan. Dengan demikian, gerakan terlahir impulsif dari batin insan. Gerakan yang berirama itu dilakukan untuk menghibur hati para penarinya sendiri.
Ungkapan kegembiraan mirip itu mungkin terjadi di sekeliling kita. Dalam keseharian saja mulut kegembiraan mampu demikian. Dalam karya seni tari, mulut semacam itu diungkapkan tidak hanya saat kita menemukan perasaan bahagia. Kesedihan, bahkan bencana, juga mampu diekspresikan lewat gerak tari. Jenis tari ini dominan untuk dipergunakan pada program konferensi atau peringatan sebagai media pergaulan yang bersifat sosial. Sejak aneh tiba ke Indonesia, feodalisme menjadi salah satu aspek penyebab bagaimana kaum wanita dieksploitasi sebab dianggap rendah. Demikian halnya yang terjadi pada seni tari. Pada ketika itu, tari memang menjadi sebuah hiburan, baik bagi para pejabat feodal, kaum ningrat, maupun rakyat jelata.
Fungsi Tari Hiburan selaku Media Pergaulan
Tarian ini menjadi suatu media dalam pergaulan, biasanya ditarikan berpasangan antara laki-laki dan perempuan. Seperti halnya Tari Tayub, jenis tari pergaulan lainnya yang sering disuguhkan di lingkungan darah biru mengakibatkan kesan negatif sebab para penonton yang ikut menari sering bermabukmabukan pada ketika menari. Melihat kondisi tersebut, beberapa seniman tari Sunda (seperti Aom Doyot dan Raden Sambas Wirakusuma) merasa perlu segera memberikan jalan untuk menertibkannya. Untuk itu, dibuatlah hukum main penyelenggaraan Tari Tayub. Cara penghidangan Tari Tayub ini kemudian diarahkan biar lebih sopan, dengan cara yang unik. Mereka menciptakan suatu wadah berbentukdiklat (pada masa itu disebut course) bagi semua orang yang ingin mempelajarinya. Lambat laun orang lebih senang menyebut Tari Tayub ini dengan istilah course.
Setelah mendapat sentuhan aturan menurut norma masyarakat setempat, Tari Tayub memiliki nilai estetis. Course diucapkan oleh pengecap bangsa Indonesia menjadi keurses, lalu sebutannya menjadi Tari Keurses. Kini, Tari Keurseus tidak lagi dipergunakan selaku tari pergaulan. Namun demikian, tari hiburan ini tetap memprioritaskan kespontanan gerakannya.
Penari perempuan sebagai penari tetap, pada setiap pertunjukannya mengajak penonton untuk ikut serta menari bersama. Dengan bentuk penyajiannya yang melibatkan penonton itu, menyebabkan tarian ini tidak memiliki hukum yang baku. Kebebasan mengungkapkan kegembiraan antara penari dan penonton ini mengakibatkan kesan negatif di mata kaum intelektual karena dianggap menyalahi normanorma. Seperti masuknya unsur penonton yang mabukmabukan dan kurangnya budpekerti atau budbahasa yang memagari penonton lakilaki yang ikut menari kepada wanita yang mengajak menari. Namun, perlahanlahan pelaksanaannya mulai ditertibkan sehingga penyelenggaraan tari hiburan ini mengalami pergantian bentuk dan kedudukannya lebih terhormat hingga kini.
Contoh Tari selaku Media Hiburan – Tari Pergaulan dalam Bentuk Sajian Tari Berpasangan
Jenis tari pergaulan di kawasan lain yang disuguhkan secara berpasangan, kini sudah menerima sentuhan artistik sehingga lebih tertib, mirip Tari Joged Bumbung (Bali), Tari Rantak Kudo (Sumatra), Tari Gandrung dan Tari Seblang (Jawa Timur), Tari Lendo Ndao (Lombok), dan Tari Yosim Pancar (Papua). Beribu jenis tari lainnya yang tersebar di seluruh Nusantara berfungsi untuk hiburan.
Keunikan Busana pada Tari Hiburan
Tari hiburan akan memberikan kekhasan dilihat dari kostumnya dan alat musik pengiringnya. Orang-orang pantai yang hidup sebagai nelayan condong mengenakan kostum yang berwarna cerah dan terang. Hal ini dapat dikaitkan dengan karakternya yang agak keras. Volume nada mengatakan mereka tinggi sebab mesti bersaing dengan bunyi deburan ombak pantai. Namun, keadaan itu tidak meminimalkan rasa kekeluargaan mereka. Keadaan sosio kultural ini menciptakan jenis tari hiburan di pesisir, termasuk memiliki karakter lincah. Efek huruf ini diwujudkan dengan kostum warnawarni dan desain sederhana, mirip kain yang dililit, baju kebaya, epilog kepala, hiasan kepala, juga selendang yang dipergunakan sebagai properti untuk menari.
Selendang dikenakan dengan cara disampirkan di bahu penari perempuan. Selain selaku pakaian, kadangkadang selendang juga dijadikan alat untuk menarik penonton ke arena untuk menari bersama. Di tempat lain, kadangkadang pada ketika pementasan suatu tari hiburan, suasananya sering kali dibumbui keributan. Demikian itu terjadi jika salah satu penonton tidak berkesempatan menari bareng salah satu penari yang disebut ronggeng (di Jawa Barat). Penari topeng seperti itu disebut, ledhek (di Jawa Timur) dan janger (di Bali).
Kekhasan lain tari hiburan yang tumbuh di daerah agraris, pertanian, bercocok tanam, atau perkebunan ialah dipengaruhi kekuasaan kaum feodal, yang menciptakan rakyat patuh, mesti mengikuti seruan para pejabat untuk menari di kelompok darah biru dan kaum feodal yang cenderung mengarah ke pertunjukan erotis. Busana tari yang dikenakan merupakan cara berpakaian seharihari, seperti baju kebaya lengan panjang, kain yang dililit semata kaki, atau baju atasan sebatas dada yang disebut apok (Sunda) atau ampok (Bali), sedangkan untuk zaman kini disebut bustier. Taritariannya lebih didominasi kaum hawa.
Perhatikan busana pada tari-tari berikut.
Dengan citra tersebut, kitaa dapat menciptakan kesimpulan sendiri, apa saja yang menjadi keunikan dari jenis tari hiburan.