Kumpulan Puisi Bulan Juni Menyentuh Hati, Jangan Tanyakan Kabar Hujan

Kumpulan Puisi Tentang Ketakutan Akan Masa Depan

Puisi: Menimbun Sesal

Oleh Ozy V. Alandika

Sungguh pagi yang hambar
Ketika angin semilir menjatuhkan embun di dedaunan
Aku malah sibuk menghitung beruntai-untai penyesalan
Beribu angan beribu ingin

Duduk bengong
Syahdan menyesali diri
Entah mengapa jadi seperti ini
Seakan semua bisa akhir bersama kala tunggu

Lagi-lagi kecewa itu tiba
Kadang-kadang mengajakku ke taman pusara
Membukitlah galau nan membentang
Dengan rasa patah arang yang terus mendera

Sesal
Menyesal
Penyesalan
Entah mengapa beliau terus tiba dan bermunculan

Padahal aku telah letih
Terus melangkah memungut keringatku sendiri
Memanjat pohon-pohon impian yang berduri
Berteriak terhadap semesta untuk enggan mengaku kalah

Sudahlah
Aku ingin menimbul sesal
Yang berlalu biarlah
Hati ini telah terlanjur kesal

Untuk apa merakit tangisan seelok mungkin
Padahal aku mampu mencar ilmu bagaimana caranya tersenyum
Sesalku tak seorang pun akan ingin
Aku akan menegakkan kepala, walau pekikan kalah terus menderum

*

Puisi Tentang Hujan Bulan Juni

Kumpulan Puisi Tentang Sahabat Sejati, Kita yakni Sahabat Selamanya

Puisi: Kabar Hujan

Oleh Ozy V. Alandika

Hai hujan, bagaimana kabarmu
Langkahku kian lirih mencari muara air
Pada kesudahannya semua akan jatuh
Kering akan berubah menjadi berair

Tatkala awan menggelapkan putihnya
Semua orang mulai sadar wacana rasa sakit
Pedih
Perih
Serasa sejibun sesal kembali diungkit

Hai hujan, bagaimana kabarmu
Nadiku masih gemetar mengumbar harap
Pada akibatnya semua akan patah
Sekuat aku menyambut, sekuat engkau memutuskan

Kuat akan menjadi lemah
Subur akan menjadi tandus
Lurus membias
Luka menyinggung murung

Semakin sedikit inginku menanya kabar hujan
Sungguh
Karena hujan tak pernah menanya bagaimana kabarku

Kapan aku lembap
Kapan saya kedinginan
Kapan aku sakit
Dan kapan aku dikepung elegi

Kabar hujan akan baik-baik saja
Begitu pula dengan kabarku nanti
Kita masih mampu berlangsung bareng
Di ketika apatis atau saat kita saling bersimpati

*

Puisi: Juni Kelabu

Oleh Ozy V. Alandika

Apa mungkin Juni akan sejahat itu
Memojokkan kelam
Mengupas tulusnya rindu
Menenggelamkan bahagia menuju murung terdalam

Tiga puluh hari gres akan menjelang
Menjemput keinginan orang yang berlalu-lalang
Siapa yang hendak tahu kapan patah hati akan berulang
Mana mungkin senang akan semudah itu menghilang

Tapi bulan Juni itu kadang kelabu
Manisnya rasa berubah pahit
Sepahit-pahitnya penipu
Setajam kata-kata yang membesit

Duhai Juni
Aku tidak akan sepenuhnya percaya
Cerahmu nanti memang memesona
Tapi siapa yang tahu di mana selesai dari cahaya

Perjalanan masih jauh, namun saya akan berjuang menggapai surga

*

Boleh Baca: Kata-kata Mutiara Bulan Juni yang Menyentuh Hati

Puisi Tentang Senja di Bulan Juni

Kumpulan Pantun Bulan Juni, Tetaplah Bahagia Sepenuh Hati

Puisi: Bahagia yang Sesederhana Itu

Oleh Ozy V. Alandika

Bahagia itu sederhana. Ketika aku dan dirimu saling berpadu dalam satu rasa. Aku berkisah dan kamu mendengarkan. Kita tidak perlu lagi bercerita wacana nostalgia.

Bahagia itu sederhana. Ketika saya dan dirimu boleh mendirikan tenda. Kita boleh berpesta. Resepsi. Dan kamu akan bahagia karena tamu yang diundang yaitu raja-raja.

Bahagia itu sederhana. Ketika aku dan dirimu bahu-membahu datang ke rumah ibadah. Kau datang rapi dengan sarung. Lalu kita bermunajat kepada Ilahi dengan setulus rela.

Bahagia itu sederhana. Ketika aku dan dirimu senantiasa bangkit lebih permulaan dibandingkan dengan fajar. Kau sibuk menggelar tikar. Melayani konsumen. Lalu kita berdebat damai ihwal keinginan anak bangsa.

Bahagia itu sederhana. Ketika saya dan dirimu boleh duduk bareng di dingklik sekolah. Ada guru namun acap kali jam kosong. Sedikit peran. Lalu kita tertawa gembira.

Bahagia itu sederhana. Ketika saya dan dirimu sama-sama menerima persetujuan kerja. Kita bisa menawarkan Emak sembako. Bukan dari bansos pemerintah. Bukan pula dari sisa sumbangan kuota.

Bahagia itu sederhana. Ketika saya dan dirimu bebas bertamasya. Kita pergi ke luar kawasan. Bermain pasir asmara. Duduk bersandar di gubuk bau tanah sembari meminum air kelapa muda.

Kini bahagianya kita tidak lagi sederhana. Bahagia yang sesederhana itu sudah berganti dengan syair-syair ratapan.

Kini tukang siomay telah bakir berpuisi. Mereka kesal dengan gerbang sekolah yang berlumut. Terus-menerus mengusik keinginan.

Kini tukang organ tunggal juga kian pandai bersajak. Mereka tak lagi mampu membayar uang bensin truk. Pengeras bunyi sudah melempem. Terlalu usang jadi pajangan.

Yang lain juga begitu. Bahagia yang sesederhana itu, kini tidak lagi terdengar sederhana.

***

Demikianlah seutas menu tentang kumpulan puisi wacana bulan Juni yang menyentuh hati.

Puisi wacana hujan, senja, dan kebahagiaan di bulan Juni di atas bisa Sobat bacakan dan musikalisasikan dalam rangka menyambut bulan yang gres.

Semoga memberi ide ya
Salam.

  Buku Puisi Letih Hati Dan Asumsi