Manajemen Dalam Perspektif Islam

Nabi Adam dan Siti Hawa selaku insan pertama menghuni dunia dengan bersungguh-sungguh telah menata sejarah kehidupan insan tahap demi tahab dengan tatanan yang perspektif. Tatanan kehidupan manusia melalui tata cara yang senantiasa berkembang sesuai dengan suasana dan kondisinya. Tatanan kehidupan yang tertata baik dan terarah merupakan sendi-sendi manajemen yang tidak bisa terpisahkan dengan kehidupan insan.

Tatanan kehidupan insan dari banyak sekali bentuknya secara serta merta tidak akan terlepas dengan yang namanya manajemen dari bentuk dan kondisi yang multi dimensi. Tentunya administrasi menjadi keniscayaan bagi kehidupan manusia untuk selalu di inovasi sesuai dengan pertumbuhan zaman, sehingga administrasi mampu memberi faedah yang lebih baik.

Pada dasarnya pedoman Islam yang tertuang dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah juga ijma’ ulama banyak mengajarkan ihwal kehidupan yang serba terarah dan terstruktur. Dalam pelaksanaan shalat yang menjadi icon paling sakral dalam Islam ialah teladan konkrit adanya administrasi yang mengarah kepada keteraturan.

Puasa, haji dan amaliyah lainnya merupakan pelaksanaan administrasi yang monomintal. Oleh akibatnya, manajemen ialah suatu proses yang menjadi bagian dari ajaran Islam, semoga setiap aktifitas yang kita kerjakan menjadi terpola dan terarah, sehingga dapat mencapai pada tujuan yang kita inginkan.
Dalam makalah ini, akan diuraikan perihal administrasi dalam perspektif Islam serta manajemen dalam pendidikan Islam.
Nabi Adam dan Siti Hawa sebagai manusia pertama menghuni dunia dengan tekun telah menata s Manajemen Dalam Perspektif Islam
Manajemen ialah terjemahan pribadi dari kata management yang memiliki arti pengelolaan, ketatalaksanaan, atau tata pimpinan. Management berakar dari kata kerja to manage yang memiliki arti mengurus, mengatur, melaksanakan, atau mengurus.

Pengertian yang serupa dengan pengertian dan hakikat administrasi yaitu al-Tadhir (pengaturan). Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengontrol) yang banyak terdapat didalam al-Qur’an (Ramayulis, 2002: 259). Seperti firman Allah SWT: “Dia menertibkan permasalahan dari langit ke bumi, lalu (permasalahan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya yaitu seribu tahun menurut perhitunganmu”. (Q.S. al-Sajdah: 5).

Pada ayat diatas terdapat kata yudabbiru al-amra yang mempunyai arti menertibkan persoalan. Ahmad al-Syawi menafsirkan selaku berikut: “Bahwa Allah adalah pengatur alam (manager). Keteraturan alam raya merupakan bukti kebesaran Allah SWT dalam mengelola alam ini. Namun, alasannya manusia yang diciptakan Allah SWT sudah dijadikan khalifah di bumi, maka dia harus mengontrol dan mengurus bumi dengan sebaik mungkin sebagaimana Allah SWT mengatur alam raya (Ramayulis, 2002: 260).

PERSPEKTIF ISLAM TENTANG MANAJEMEN

Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dikerjakan secara rapi, benar, tertib, dan terencana. proses-prosesnya harus dibarengi dengan baik. Sesuatu dihentikan dijalankan secara asal pilih. Hal ini merupakan prinsip utama dalam pedoman Islam. Rasulullah saw. bersabda dalam suatu Hadis yang diriwayatkan Imam Thabrani (Jalaluddin Abd’ ar-Rahman, tt: 122); “Sesungguhnya Allah sungguh menyayangi orang yang bila melaksanakan sesuatu pekerjaan, dijalankan secara Itqan (tepat, terarah, terperinci dan tuntas)”. (H.R Thabrani)

  Bingkai-Bingkai Terciptanya Kerukunan Harmonisasi Penduduk

Arah pekerjaan yang terang, landasan yang mantap, dan cara-cara mendapatkannya yang transparan ialah ama perbuatan yang dicintai Allah swt.. Sebenarnya, administrasi dalam mengontrol segala sesuatu agar dikerjakan dengan baik, tepat, dan tuntas merupakan hal yang disyariatkan dalam pedoman Islam (Hafiduddin & Hendri, 2003: 22).

Demikian pula dalam Hadis riwayat Imam Muslim dari Abi Ya’la (Yahya Ibn Syarifuddin, Tt: Hadits ke 17), Rasulullah saw. bersabda: “Allah swt. Mewajibkan kepada kita untuk berlaku ihsan dalam segala sesuatu” (H.R Muslim)

Kata ihsan berarti ‘melaksanakan sesuatu secara maksimal dan maksimal’. Tidak boleh seorang Muslim melakukan sesuatu tanpa perencanaan, tanpa adanya ajaran, dan tanpa adanya penelitian, kecuali sesuatu yang sifatnya emergency. Akan tetapi, pada umumnya dari hal yang kecil sampai hal yang besar, mesti dijalankan secara ihsan, secara maksimal, secara baik, benar dan tuntas (Hafiduddin & Hendri, 2003: 2).

Demikian pula saat kita melaksanakan sesuatu itu dengan benar, baik, berkala, dan terorganisasi dengan rapi, maka kita akan terhindar dari keragu-raguan dalam memutuskan sesuatu atau dalam menjalankan sesuatu. Kita dilarang melaksanakan sesuatu yang didasarkan pada keragu-raguan. Sesuatu yang didasarkan pada keragu-raguan biasanya akan melahirkan hasil yang tidak optimal dan mungkin balasannya tidak berfaedah.

Oleh sebab itu, dalam Hadis riwayat Imam Tirmidzi dan Nasa’i, Rasulullah saw. bersabda: “Tinggalkan oleh engkau tindakan yang meragukan, menuju perbuatan yang tidak meragukan” (H.R. Tirmidzi dan Nasa’i).

Proses-proses administrasi intinya yaitu penyusunan rencana segala sesuatu secara mantap untuk melahirkan akidah yang berefek pada melakukan sesutu dengan hukum serta mempunyai faedah (Hafiduddin & Hendri, 2003: 3). 

Dalam hadis riwayat Tirmidzi dari Abi Hurairah Rasulullah saw. bersabda: “Diantara baiknya, indahnya ke-Islaman seorang yaitu yang senantiasa meninggalkan tindakan yang tidak ada keuntungannya”. (H.R. Tirmidzi).

Perbuatan yang tidak ada manfaatnya ialah sama dengan tindakan yang tidak pernah direncankan. Jika perbuatan itu tidak pernah direncanakan, maka tidak tergolong dalam kategori administrasi yang bagus.

MANAJEMEN ZAMAN RASULULLAH SAW. 

Sebenarnya, semenjak permulaan, Islam telah mendorong umatnya untuk mengorganisasi setiap pekerjaan dengan baik. Makara, dalam pemikiran Islam, manajemen telah dipraktekkan semenjak zaman Rasulullah saw. Pembagian tugas-tugas telah mulai dibentuk. Walaupun Rasulullah saw. sendiri tidak menyatakan hal ini adalah suatu proses administrasi, tetapi aspek-faktor manajemen secara positif sudah dikerjakan, misalnya, mengapa Umar Ibnul Khaththab tidak pernah dijadikan panglima perang karena ternyata memang ia diarahkan menjadi seorang negarawan.
Demikian pula Abu Bakar ash-Shiddiq. Ia tidak pernah menjabat sebagai pemimpin perang alasannya adalah memang diarahkan menjadi negarawan. Mengapa ketika seorang sobat Nabi Abu Dzar al-Ghifari meminta jabatan kepada Rasulullah saw. sementara sahabat-temannya telah diangkat menjadi gubernur dan lain-lain (Hafiduddin & Hendri, 2003: 25), maka Rasulullah mengatakan:“Ini adalah amanat berat dan engkau adalah orang yang lemah”

Inilah manajer yang bagus ialah manajer yang mampu menempatkan orang pada posisi yang cocok dengan kehlian dan bidangnya masing-masing. Penempatan the right man in the right place merupakan hal yang sangat penting Hafiduddin, Hendri Tanjung. 2003: 26).

Hal ini menawarkan bahwa salah satu fungsi administrasi yaitu menempatkan orang di posisi yang tepat. Rasulullah saw. menunjukkan contoh pada hal ini, bagaimana menempatkan orang pada tempatnya. Hal ini contohnya dapat dilihat bagaimana Abu Hurairah ditempatkan oleh Rasulullah sebagai penulis Hadis. Atau dapat dilihat pula bagaimana Rasulullah saw. menempatkan orang-orang yang berpengaruh untuk setiap pekerjaan dan tugas.

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

Pengertian Manajemen Pendidikan Islam

Manajemen dalam pendidikan Islam mampu didefinisikan sebagai proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki (umat Islam, lembaga pendidikan atau yang lainnya) baik perangkat keras maupun lunak. Pemanfaatan tersebut melalui kolaborasi dengan orang lain secara efektif, efisien dan produktif untuk meraih kebahagiaan dan kesejahteraan, baik di bunia maupun di alam baka (Ramayulis, 2002: 261).

Sementara itu, Sulistyorini mengemukakan, bahwa Manajemen Pendidikan Islam yakni sebuah proses penataan atau pengelolaan forum pendidikan Islam yang melibatkan sumber daya manusia Muslim dan non manusia dalam menggerakkannya untuk meraih tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien (Sulistyorini. 2009: 14).

Sistem administrasi dalam pendidikan Islam merupakan proses yang koordinatif, sistematik dan integratif. Proses itu dimulai dari penyusunan rencana, pengorganisasian, penggerakan, sampai pada pengawasan. Proses ini selalu didasari oleh nilai-nilai Islam. Oleh alasannya itu, metode tersebut sekaligus mempunyai nilai materil dan spiritual.

Substansi Manajemen Pendidikan Islam

 
Hal yang mesti disadari bahwa sebuah forum pendidikan Islam yang baik dengan kepemimpinan yang bagus, mesti di ikat pula oleh nilai-nilai yang diyakini oleh manajer Islami, nilai-nilainya ialah nilai-nilai Islami dan profesional dalam menanggulangi metode pendidikan Islam mulai dari tingkat makro (sentra), meso (daerah/kawasan), hingga tingkat mikro ialah satuan pendidikan sekolah Islam dan luar sekolah Islam (Sulistyorini. 2009: 33).

Dr. Hadari Nawawi (1981) sebagaimana dikutip Sulistyorini, mengungkapkan bahwa substansi manajemen pendidikan Islam yang disebutnya sebagai administrasi operatif (management of operative function) kegiatannya mencakup; Tata perjuangan, perbekalan, kepegawaian, keuangan, kekerabatan penduduk (humas). Sedangkan Sutisna (1985) menerangkan substansi manajemen pendidikan Islam selaku berikut: Program pendidikan, Murid, Personalia, Kantor sekolah, keuangan sekolah, pelayanan bantu, hubungan masyarakat (Sulistyorini. 2009: 35).

Fungsi Manajemen dalam Pendidikan Islam

 
Para pakar administrasi pada abad kini mengabstraksikan proses manajemen menjadi 4 proses, ialah; planning, organizing, actuating, controlling (Sulistyorini. 2009: 35).

  Pengertian Dan Pendapat Ulama Tentang Tafsir Isyari

Peranan manajemen sungguh diputuskan oleh fungsi-fungsi administrasi. Fungsi inilah yang menentukan sukses dan tidaknya suatu kinerja administrasi (Ramayulis, 2002: 270). Fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut:

  • Perencanaan (planing); Perencanaan dari metode manajemen dalam pendidikan Islam adalah merupakan langkah pertama yang harus sungguh-sungguh diperhatikan oleh manajer dan para pengurus pendidikan Islam. Sebab, sistem penyusunan rencana yang meliputi tujuan, target dan target pendidikan Islam mesti didasarkan pada suasana dan kondisi sumber daya yang dimiliki.Perencanaan tersebut mesti tersusun secara rapi, sistematis dan rasional, supaya muncul pemahaman yang cukup mendalam terhadaap penyusunan rencana itu sendiri.
  • Pengorganisasian (organizing); Pengorganisasian dalam pendidikan Islam adalah proses penentuan struktur, kegiatan, interaksi, kerjasama, rancangan struktur, wewenang, tugas secara transparan, dan terperinci. Pengorganisasian dalam pendidikan Islam ialah implementasidari perencanaan yang sudah ditetapkan sebelumnya.
  • Penggerakan (actuating); Dalam pendidikan Islam, penggerakan ialah sebuah upaya untuk memberikan kode, tutorial dan dorongan terhadap seluruh SDM dari personil yang ada dalam sebuah organisasi biar dapat melakukan tugasnya dengan kesadaran yang paling tinggi.
  • Pengawasan (controling); Dalam pendidikan Islam pengawasan didefinisikan sebagai proses pemantauan yang terus menerus untuk menjamin terlaksanannya penyusunan rencana secara konsekwen baik yang bersifat materiil maupun spirituil. Pengawasan dalam pendidikan Islam sangat komplek, pengawasan material dan pengawasan spiritual, adanya iktikad bahwa kehidupan ini bukanlah di monitor oleh manajer atau atasan saja, akan tetapi, pribadi diawasi oleh Allah SWT.
Dari uraian diatas wacana administrasi, maka dapat penulis simpulkan sesuai dengan rumusan masalah yang sudah disebutkan diatas, sebagai berikut:
  1. Manajemen merupakan terjemahan eksklusif dari kata management yang bermakna pengelolaan, ketatalaksanaan, atau tata pimpinan;
  2. Dalam persepsi ajaran Islam, segala sesuatu harus dilaksanakan secara rapi, benar, tertib, dan terorganisir. Disinilah Islam mengontrol segala aktifitas harus dilaksanakan secara baik dan maksimal dengan prencaanan, proses, dan pengawasan yang bagus. Sehingga akan menciptakan pekerjaan yang bagus dan terarah serta dapat mencapai tujuan;
  3. Rasulullah saw. Merupakan acuan seorang manajer yang baik, ha ini mampu dilihat bagaimana Rasulullah saw. menempatkan seseorang pada tempat yang tepat sesuai dengan kesanggupan dan kapasitasnya;
  4. Sistem administrasi dalam pendidikan Islam merupakan proses yang koordinatif, sistematik dan integratif. Proses itu dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, sampai pada pengawasan. Proses ini selalu didasari oleh nilai-nilai Islam. Oleh alasannya adalah itu, sistem tersebut sekaligus memiliki nilai materil dan spiritual.

DAFTAR PUSTAKA

  • Departemen Agama RI. 2009. Mushaf al-Qur’an dan Terjemah. Jakarta: CV. Pustaka al-Kautsar.
  • Hafiduddin, Hendri Tanjung. 2003. Manajemen Syariah Dalam Praktik. Cet.I. Jakarta: Gema Insani Press.
  • Jalaluddin Abd’ ar-Rahman. Tt. Jami’ al-Shogir min Hadisin al-Basyir al-Nadhir. Dar al-Kutub al-Nafidah.
  • Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Cet.XII. Jakarta: Kalam Mulia.
  • Sulistyorini. 2009. Manajemen Pendidikan Islam; Konsep, Strategi dan Aplikasi. Yogyakarta: Teras.
  • Yahya Ibn Syarifuddin. Tt. Al-Arba’in an-Nawawi, Hadis nomor 17.