Sakit ialah sesuatu hal yang tidak mengasyikkan bukan?. Sebanyak apapun uang bila tubuh kau sakit maka tidak akan ada gunanya.
Lalu bagaimana bergotong-royong kaitan antara sifat orang yang sering sakit dan yang tidak mudah sakit?.
Ingat bahwa penyakit fisik 90% berasal dari emosi dan anggapan. Hiromi Shinya menyatakan bahwa orang yang periang dan bersifat positif jarang terkena sakit serius sementara orang yang bersifat negatif dan rewel wacana hal-hal sepele mudah terkena penyakit.
Berikut ini 3 tipe emosi insan dan dampaknya bagi penyakit fisik atau lahiriah.
Tingkat stres memengaruhi kesehatan fisik |
Tipe A: Agresif
Benci kekalahan dan pekerja keras. Tipe orang yang antusiasdalam beleajar dan melakukan pekerjaan , merasa diburu-buru waktu, serta tidak memiliki waktu luang untuk perihal dan liburan alias santai.
Saat berinteraksi dengan orang lain, tegas memberikan pendapat diri sendiri dan cenderung gak mau ngalah.
Orang tipe bernafsu berkecenderungan berpengaruh untuk berjuang walaupun dengan memaksakan diri dan mudah dilanda stres sehingga dibilang memiliki tingkat akhir hayat balasan jantung, tekanan darah tinggi dan stroke yang tinggi.
Tipe B: Seimbang
Ciri khas orang tipe ini bisa mempertahankan sesuatu pada tingkat kewajaran. Jarang merasa terdesak waktu juga tidak ngotot mengejar cita-cita dan ambisi.
Tidak menyukai pola hidup yang memakai 24 jam dalam sehati untuk bekerja. Sifatnya santai, enjoy dan tidak mudah galau dengan masalah hidup.
Tipe C: Kanker
Cenderung menekan perasaannya dan tahan menderita. Jarang menampakan perasaan murung atau bingung pada wajah. Merupakan orang yang menanggung semua persoalan sendirian.
Tipe ini sering ditemui pada orang baik yang mendahulukan keharmonisan dengan orang di sekitarnya. Karena cenderung menekan perasaan tipe ini gampang mengalami stres dan frustasi yang menurunkan kekebalan tubuh dan mengakibatkan tingginya risiko kanker.
Pendapat di atas dikemukakan oleh Dr. Eysenck dan menjadi perhatian orang ketika ini. Kesibukan dan target kerja tinggi membuat insan milenial lebih rentan stres dan mengalami tertekan dibandingkan manusia generasi zaman dulu.
Coba tengok memang nenek moyang kita banyak yang saki keras?. Jarang sekali bukan, mungkin hanya sakit ringan saja dan ketika wafat pun memang alasannya usianya telah lanjut.
Gambar: disini