Apresiasi Karya Sastra Prosa Fiksi

 Istilah gaya diangkat dari  istilah style yang berasal dari bahasa Latin stilus yang meng Apresiasi Karya Sastra Prosa Fiksi

A. Pengertian Gaya dalam Karya Fiksi
Istilah gaya diangkat dari ungkapan style yang berasal dari bahasa Latin stilus yang mengandung arti leksikal ‘ alat untuk menulis’.

Istilah gaya dalam karya sastra mengandung pemahaman “cara pengarang memberikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta bisa menuansakan makna dan suasana yang mampu mneyentuh daya intelektual dan emosi pembaca. Berdasarkan uraian tersebut di atas, Scharbach menyebut gaya “ selaku dekorasi, sebagai sesuatu yang suci, selaku sesuatu yang indah dan lemah gemulai serta perwujudan manusia itu sendiri”.

Dari beberapa pengertian gaya tersebut di atas, jelaslah bahwa gaya dalam karya fiksi yakni suatu kekuatan atau kemampuan pengarang untuk memberikan perasaannya melalui kreasi cipta tulis untuk menjamah perasaan pembaca.

Sekalipun pengarang berangkat dari satu pandangan baru yang sama, terdapat juga perbedaan alasannya pengarang mengungkapkan gagasannya dalam ihwal ilmiah yang memakai gaya yang bersifat lugas, jelas, dan menjauhkan bagian-bagian gaya bahasa yang mengandung makna konotatif. Sedangkan pengarang dengan tentang sastra justru akan memakai opsi kata yang mengandung makna padat, reflektif, asosiatif, konotatif, serta kombinasi dan keserasian kalimat sehingga bisa menuansakan keindahan.

Gaya bahasa yang efektif dalam karya fiksi yakni bahasa yang mampu mengungkapkan pesan atau gosip secara tepat sesuai dengan maksud yang ingin di kemukakan oleh penulis dengan itu pembaca dengan mudah memahaminya.

B. Unsur-unsur Gaya dalam Karya Fiksi
Unsur gaya dalam karya fiksi ialah bab yang tak dapat terlalaikan oleh para pengarang biar ciptaannya dapat menggugah perasaan pembaca. Dalam membaca beberapa karya fiksi mari kita mengutip dan memperhatikan perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam tiap-tiap kaya fiksi tersebut, diantaranya:
1. Pilihan kata dari tiap pengarang,
2. Penataan kata dan kalimatnya, dan
3. Nuansa makna serta situasi penuturan yang ditampilkannya.

  Definisi Metafisika Dalam Ranah Filsafat

Dalam penulisan karya fiksi pengarang mempergunakan pemilihan kata yang berlainan-beda tetapi harus tetap memanfaatkan bahasa yang efektif secara menyeluruh pada setiap bagian, baik yang menyangkut pemakaian ejaan, pengimbuhan, penyeleksian kata, pengalimatan, dan pengalineaannya. Setiap pengarang punya gaya bahasa tersendiri yang sesuai dengan jiwanya, emosi, apresiasi bahasanya, pengarang harus merasa bebas mempergunakan bahasa untuk ciptaannya. Susunan kalimat, pilihan kata, dan penggunaan titik koma yaitu hak sarat bagi pengarang. Yang harus diamati lagi, bahwa pengarang tidak terlepas dari perbendaharaan kata.

Unsur-bagian gaya yang terdapat dalam karya fiksi sangatlah beragam sesuai dengan apa yang akan disampaikan pengarang dan ciri khas pengarang itu sendiri. Dari banyaknya pengarang juga terdapat perbedaan-perbedaan pilihan kata dan kalimat mirip cerpen yang berjudul “Retak-retak Waduk Raksasa” karangan Rohyati Salihin, cerpen yang berjudul “Nostalgia” Karangan Danarto, novel yang berjudul “Kering” oleh Almarhum Iwan Simatupang. Masih banyak lagi karangan-karangan yang mampu kita kutip lalu dipelajari untuk mengenali komponen gaya yang terdapat pada masing-masing karya fiksi tersebut.

Setelah mengapresiasi dari ketiga teladan karya fiksi di atas, maka terdapat unsur-unsur gaya yang masing-masing berlawanan. Unsur-komponen gaya yang terdapat dalam karya fiksi atau cipta sastra yakni;

1. Unsur-bagian Kebahasaan berbentukkata dan kalimat, dan
a. Pemilihan dan penataan kata istimewa

  • pada kutipan cerpen berjudul “Retak-retak Waduk Raksasa”, nyaris tidak ditemui penyeleksian kata-kata istimewa,
  • pada kutipan cerpen berjudul “Nostalgia”, ditemui pilihan kata dalam penataan yang istimewa, sedangkan
  • pada kutipan novel berjudul “Kering”, banyak dijumpai pemilihan kata yang istimewa pula.

b. Pemilihan dan penataan kalimat istimewa

  • pada kutipan cerpen berjudul “Retak-retak Waduk Raksasa”, sama sekali tidak menunjukkan variasi kalimat panjang dan pendek. Maka pada ketika membaca karya mirip itu tidak jauh bedanya kita membaca koran.
  • pada kutipan cerpen berjudul “Nostalgia”, terdapat kombinasi kalimat panjang dan pendek, sedangkan
  • pada kutipan novel berjudul “Kering”, telah kita jumpai adanya kalimat-kalimat panjang dan pendek selain memberikan bagian-bagian yang istimewa, baik dalam hal penyeleksian kata maupun kalimat-kalimatnya serta telah dijumpai pula gaya bahasa seperti repetisi, oratorik, dan titik puncak. Kata dan kalimatnya pun banyak yang berarti gelap sehingga pembaca kadang-kadang kesulitan dalam memaknai apa yang telah dibacanya. Berbeda dengan kutipan-kutipan lainnya.
  Pemahaman Dan Penjelasan Mutu Laba

2. Alat gaya yang melibatkan duduk perkara khiasan, seperti metafor, metonimi, simbolik, dan majas.

C. Hubungan Gaya dengan Ekspresi Pengarang
Gaya pada dasarnya berhubungan bersahabat dengan cara seorang pengarang dalam memperlihatkan gagasannya. Penampilan atau pengekspresian gagasan itu lebih lanjut terwujud dalam bentuk gaya bahasa dengan segala aneka ragamnya. Jika dibagankan, kekerabatan gaya dan mulut itu dapat digambarkan selaku berikut.

Dari denah di atas, jelaslah bahwa gaya yakni cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya melalui media sehingga mewujudkan bahasa yang indah dan harmonis. Adapun usulan menyampaikan bahwa gaya ialah penduduknya atau pengarangnya alasannya adalah lewat gaya kita mampu mengenal bgaimana sikap dan endapan pengetahuan, pengalaman, dan pemikiran pengarangnya. Demikianlah uraian tentang duduk perkara bagian gaya dalan karya fiksi, pada dasarnya kita sudah mengkaji problem-persoalan yang penting dalam makalah ini wacana komponen gaya dalam karya fiksi.