Syekh Syariy As Saqaty (wafat tagun 253 H.), seorang pintar dan murid Sufi besar Ma’ruf Karkhy, pernah berkata, “Tiga puluh tahun saya beristighfar memohon ampun kepada Allah SWT atas ucapan Alhamdulillah sekali.”
“Bagaimana itu,?” tanya seseorang yang mendengarnya.
“Telah terjadi kebakaran di Baghdad,” kata syekh menerangkan. “Lalu ada seseorang yang datang menemuiku dan mengabarkan bahwa tokoku selamat, tidak ikut terbakar. Aku waktu itu spontan mengucap ‘Alhamdulillah’, maka ucapan itulah yang ku sesali selama 30 tahun ini. Aku menyesali sikapku yang hanya mementingkan diri sendiri dan melupakan orang lain.”
****
30 tahun Syekh Sariy menyesali ucapan Alhamdulillahnya yang cuma sekali. Beliau menyesal alasannya sadar sekejap setelah melafalkan istilah syukurnya itu, -bahwa dengan ungkapan syukurnya itu- bermakna dia masih sangat tebal perhatiannya kepada diri sendiri. Begitu tebal sehingga menindih kepekaan perhatiannya terhadap sesama.
Syekh terjaga, langkah degilnya orang yang mensyukuri keselamatan sebuah toko, pada ketika bersamaa keamanan sesama dan harta benda mereka terbakar habis.
Alangkah musykilnya orang yang sanggup menyatakan kegembiraan di saat bencana alam menimpa sebagian besar kerabat-saudaranya.
Kisah disadur dari Buku Konpensasi karya Gus Mus