Alhamdulillah… berkah hebat ketika seorang hafidhoh bergabung bareng kami. Membersamai kami dlm lingkar kandidat mujahidah quran, yg hendak senantiasa menyenandungkan al-quran di setiap sudut ruang kecil asrama kami.
Setelah hampir satu bulan bersama, relasi kami kian erat. Hingga kesannya saya menyebut beliau selaku suhu saya. Meskipun usianya dua tahun lebih muda dari saya. Karena beliaulah yg hampir saban hari menyempatkan waktunya untuk mendengarkanhafalan aku, mengobrak-obrak setoran di tengah aktivitas kami, & memotivasi aku di kala saya futur.
Ada satu hal yg menawan buat aku dikala berinteraksi dgn beliau. Yakni sikap dia yg selalu damai dlm hal apapun. Meskipun konon, kata beberapa sobat dia itu tergolong orang yg mudah panik.
Sebagai acuan, waktu itu saya sempat mengajukan pertanyaan kepada beliau, mengapa dia hening saja ketika menceritakan keadaan ekonomi beliau yg se&g kembang kempis. “Wayarzuqhu min haitsu laa yahtasib” kata ia mengutip suatu penggalan ayat al-quran dgn nada setengah ketawa.
Waktu itu saya cuma terdiam sambil mencoba mencerna maksud ayat yg ia ucapkan itu. “Hmm.. benar juga. Bahwa Allah yg akan memberikan rezeki dari jalan yg tak kita sangka,” kata saya dlm hati.
Yah, begitulah al-quran mengajarkan. Dia menawarkan ketenangan bagi siapa yg mempercayainya. Apalagi bagi mereka yg berupaya menjaganya dgn menghafalnya, menimbulkan al-quran sebagai pedoman dlm kehidupan sehari-harinya.
Dalam buku The 9 Habits For Brighter Muslim karya dr, Agus Sukaca dijelaskan perihal hasil eksperimen yg dilakukan dgn memakai mesin pengukur & terapi stres yg berbasis komputer, versi MEDAQ 2002 (medical data quotien) yg didapatkan & dikembangkan oleh sentra kedokteran Universitas Boston.
Dari hasil eksperimen tersebut didapatkan bahwa al-quran menjadikan imbas relaksasi sampai 65%. Se&gkan bacaan bahasa Arab non al-quran imbas relaksasinya hanya meraih 33%. Itu artinya al-quran mempunyai tugas yg cukup signifikan dlm menurunkan ketegagangan otot yg memicu seseorang mengalami stres.
Itu bagi mereka yg hanya menyimak bacaan al-quran. Lantas bagaimana bagi mereka berupaya untuk membumikan al-quran dlm dirinya, ialah dgn membacanya, menghafalkannya, mentadabburinya Kemudian menyebabkan al-quran sebagai pedoman dlm setiap sendi kehidupannya?
Mari kita ingat kembali tujuan diturunkannya al-quran itu sendiri, ialah selaku asy-syifa atau obat. Termasuk di dlmnya sebagai obat bagi penyakit kejiwaan seperti stres. Karena sebetulnya stres itu sendiri adalah gangguan kejiwaan yg disebabkan oleh melemahnya ruh keimanan dlm diri seseorang. Sehingga seseorang mudah tegang, mudah cemas & resah sebab ruhnya kering. Se&gkan membaca al-quran dapat memajukan kualitas keimanan seseorang yg hendak menawarkan ketenangan & ketentraman dlm dirinya.
Karena al-quran yakni kalam Allah. Membacanya adalah dikala kita berdialog dgn-Nya. Apa yg ada dlm al-quran ialah firman-Nya. Janjinya niscaya tak pernah melesat sedikit pun. Siapa yg membacanya akan mendapat pahala berlimpah.
Maka di zaman mirip kini ini, di mana orang-orang mulai mencari ketenangan dgn hiburan-hiburan ekstrim, yg terka&g malah mendekati maksiat, sudah seyogyanya kita kembali terhadap al-quran yg akan mengantarkan kita pada ketenangan jiwa. Jadi piknik tak harus mahal, cukup dgn duduk sejenak mentadabburi al-quran.
Waallahu a’lam bish-showab…. [Ukhtu Emil/Webmuslimah]