5 Contoh Puisi Agus R. Sarjono

Contoh Puisi Penyair Agus R. Sarjono – Siapakah sastrawan Agus R. Sarjono yg pula dikenal selaku penyair, cerpenis, & esais? Agus R. Sarjono ialah sastrawan yg lahir di Bandung, 27 Juli 1962. Kini, Agus R. Sarjono bareng istri & dua anaknya tinggal di tempat Cimanggis, Depok, Jawa Barat.

Pendidikan formalnya dituntaskan di IKIP Bandung (S1) pada studi Jurusan Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia; & Kajian Sastra, Fakultas Ilmu Budaya, UI untuk S-2-nya. Semasa mahasiswa ia aktif di Unit Pers Mahasiswa IKIP Bandung sebagai ketua (1987-1989).


Agus R. Sarjono kerap menulis puisi, cerpen, & esai. Karyanya diangkut banyak sekali koran, majalah, & jurnal ternama di Indonesia, Malaysia, & Brunei Darussalam.

Agus pernah diundang membacakan sajaknya di beberapa festival internasional, mirip Istiqlal International Poetry Reading di Jakarta (1995), Festival Seni Ipoh III di negeri Perak, Malaysia (1998); Malam Puisi Indonesia-Belanda di Erasmus Huis (1998); Festival de Winternachten di Den Haag, Belanda (1999; 2003), Malam Indonesia, Paris (1999); Festival Internasional Poetry on the Road, Bremen (2001), Internasionales Literatur festival, Berlin (2001), & Puisi Internasional Indonesia di Makassar & Bandung (2002).

Salah satu karyanya pernah diangkut dlm cerpen pilihan Kompas 2003. Karya esainya diterbitkan dlm buku, antara lain Bahasa & Bonafiditas Hatu (2001) & Sastra dlm Empat Orba (2001). Karya dramanya, terbit dlm buku Atas Nama Cinta (2004). Puisinya terbit dlm berbagai antologi di Indonesia, bahkan di Manila (Filipina), Seoul (Korea Selatan), serta Bremen & Berlin (Jerman). Selain itu, karyanya diterjemahkan pula ke dlm bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Perancis, Serbia, Arab, Korea, & China.

Bersama Berthold Damshauser, ia menjadi editor seri puisi Jerman & menerjemahkan beberapa puisi, antara lain, Zaman Buruk bagi Puisi, Berthold Brecht (2004); Candu & Ingatan, Paul Celan (2005); Satu & Segalanya, Johann Wolfgang von Goethe (2007).

Karya-karya puisi:

1. Kenduri Air Mata (1994; 1996)
2. A Story from the Land of the Wind (1999, 2001)
3. Suatu Cerita dr Negeri Angin (2001; 2003)
4. Frische Knöckhen aus Banyuwangi (dalam bahasa Jerman, 2002)
5. Diterbangkan Kata-Kata (antologi puisi, 2006)
6. Kepada Urania (terjemahan karya Joseph Brodsky, 1998)
7. Impian Kecemburuan (terjemahan karya Seamus Heaney, 1998)


Berikut 5 karya Puisi Agus R. Sarjono yg bisa Simak:


Sajak Palsu

Selamat pagi pak, selamat pagi bu, ucap anak sekolah
dengan sapaan artifisial. Lalu merekapun mencar ilmu
sejarah artifisial dr buku-buku imitasi. Di selesai sekolah
mereka terperangah melihat hamparan nilai mereka
yang palsu. Karena tak cukup nilai, maka berdatanganlah
mereka ke tempat tinggal-rumah bapak & ibu guru
untuk menyerahkan amplop berisi perhatian
dan rasa hormat artifisial. Sambil tersipu artifisial
dan bikin tolakan-tolakan artifisial, balasannya pak guru
dan bu guru terima pula amplop itu sambil berjanji palsu
untuk mengubah nilai-nilai imitasi dengan
nilai-nilai palsu yg gres. Masa sekolah
demi masa sekolah berlalu, merekapun lahir
sebagai ekonom-ekonom imitasi, mahir hukum palsu,
jago pertanian imitasi, insinyur imitasi.
Sebagian menjadi guru, ilmuwan
atau seniman artifisial. Dengan gairah tinggi
mereka menghambur ke tengah pembangunan artifisial
dengan ekonomi palsu selaku panglima
artifisial. Mereka saksikan
ramainya perniagaan palsu dgn ekspor
dan impor artifisial yg mengirim & menghadirkan
berbagai barang kelontong mutu imitasi.


Dan bank-bank imitasi dgn giat menawarkan bonus
dan hadiah-hadiah palsu tetapi belakang layar meminjam juga
tunjangan dgn ijin & surat artifisial pada bank negeri
yang dijaga pejabat-pejabat artifisial. Masyarakatpun berniaga
dengan uang palsu yg dijamin devisa palsu. Maka
uang-uang asing menggertak dgn kurs palsu
sehingga semua belingsatan & terperosok krisis
yang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam
nasib buruk imitasi. Lalu orang-orang artifisial
meneriakkan kegembiraan palsu & mendebatkan
ide-pemikiran artifisial di tengah pelatihan
dan dialog-dialog imitasi menyambut tibanya
demokrasi imitasi yg berkibar-kibar begitu nyaring
dan imitasi.

  Puisi Cinta Lucu

1998



Seperti Pengakuan


Di negeri kami semua berdebu senantiasa
mirip kenangan
atau sejarah. Pada sebuah pagi atau sore
yang tentram, ketika kami mengelilingi meja makan
mungkin saja seseorang tiba-tiba
menyalakan kipas angin
dan debu sarat nama & sebutan yg mengendap
di sudut lemari, jalusi jendela atau kenangan
tiba-tiba bertebaran kembali memenuhi udara
hingga kita terbatuk
seperti nasib buruk.

Di negeri kami semua seperti kantor pemerintah
penuh kertas & urusan-persoalan yg tertunda.
Pada suatu hari, sesudah jenuh bergunjing
atau main catur, seorang kerani mungkin saja
salah menuliskan alamat
dan memposkan surat, ke segala jurusan.
Salah satu mungkin memasuki rumahmu
hingga namamu dgn paksa terhapus
dari daftar keluarga
tempat kamu sebelumnya hidup
dan tertawa-tawa.

Dan berpuluh tahun kemudian
anak cucumu pun tertarik
memandang fotomu dlm suatu arsip usang
yang terlupa dibereskan.

Di negeri kami semua berdebu selalu,
menggelitik hidung & tenggorokan.
Kami harus berguru menghela nafas baik-baik
perlahan & hati-hati. Sekali saja kami bersin
segala sesuatunya bakal tak tertanggungkan. Semua
di negeri kami berdebu senantiasa.

1998

Iklan Wisata Sebuah Biro Perjalanan


Jika Anda datang ke Indonesia, jangan lupa
datang ke Aceh. Negeri tua yg sabar,
tajam rencongnya bikin gentar nyali penjajah.
Negeri indah. Hasil bumi & tambang
serba berlimpah. Di jaman terbaru,
wilayah ini menjadi museum.
Anda bisa berfoto di depan gundukan mayit
atau kaum perempuan yg habis diperkosa.
Jika Anda tidak mempunyai peliharaan, bisa Anda pungut
anak yatim sebanyak Anda suka.
Inilah Aceh, kawasan yg istimewa. Janganlah
meminta lagu-lagu, baik keras maupun merdu.
Di sini erang luka & kesakitan
direkam orang buat hiburan.

Tapi Lampung tak kalah luar biasa. Daerah perkebunan
yang menawan. Daerah baru para transmigran
pola terbaik hasil pembangunan.
Dengan bangga kami pindahkan
para petani miskin dr kepadatan pulau Jawa
biar kemelaratan tumbuh merata
meningkat indah di mana-mana.

Jika Anda tak suka mayat & tulang-tulang Aceh
tulang-tulang daerah ini tak kalah dahsyatnya.
Tentu saja dibuat perusahaan kegarangan
dan kecerobohan yg sama. Apa boleh buat
kami lupa bagaimana awalnya.
Pendeknya Kami mencium mirip busuk
pemberontakan orang-orang nekat
atau semacam tarekat.


Selain bertani, kami tentukan
mereka menjinjing golok atau kelewang.
Jangan tanya bukti, itu sepenuhnya soal nanti.
Tapi kalau mereka berbuat macam-macam,
bukankah keamanan bakal terancam? Tapi percayalah
mereka tak kami jatuhkan dgn tombak,
golok atau kelewang. Kami bikin mereka
bergelimpangan dgn gampang & nyaman
oleh senjata modern, model mutakhir yg diimpor
pribadi dr negeri-negeri industri
yang demokratis, maju & berperadaban.
Jadi tolong jangan salahkan kami punya serdadu.
Yang mereka tembaki memang gerombolan berbahaya.
Bayangkan! sudah Muslim fundamentalis pula.

Anda ingin yg eksotik, kami punya banyak cadangan.
Cobalah bepergian ke Timor Timur. Alamnya mesra
sumber tambang yg kaya.
Sebagian penduduknya merasa
Indonesia cuma sekedar nama yg ditempelkan
begitu saja ke jidat mereka,
mirip brand mobil nasional kami
yang sungguh resmi dibuat di negeri tetangga.


Jika Anda kolektor tulang-belulang
dan aneka macam produk kekejaman
di wilayah ini semua tak kurang. Anda tinggal pilih
Jangan Anda salahkan kami. Tak perlu pula
menghujat kesana-kemari. Kami sudah membangun
aneka macam gedung & jalan raya
tapi penduduk sini berkeras mau merdeka.


Sekali lagi: jikalau Anda kolektor sejati
bagaimana bisa koleksi Anda dikatakan sempurna
tanpa tengkorak kawasan ini?
Persediaan kami lengkap: ada aneka macam ukuran
dari banyak sekali usia. Jika beli banyak
kami tawarkan potongan harga.

Sebenarnya ingin pula kami tunjukkan kerasnya hati kami
untuk maju & penuh gengsi. Inilah ia Kedung Ombo
waduk raksasa yg jaya. Di sini telah kami bendung
semuanya: air mata, kesakitan & keputusasaan para petani
yang dgn riang kami usir pergi mirip ternak
berbondong-bondong anak-beranak. Atau Madiun!
Sungai darah yg indah. Hasil percintaan pertama
bangsa kami dgn ideologi kiri. Ada cinta berikutnya
semacam puber ideologis yg kedua.


Jika Anda tak suka barang usang, kami hidangkan juga
sumbangan tulang-tulang baru dr Banyuwangi,
Jember & sekitarnya. Tulang-tulang yg glamor
hasil keajaiban politik, sejumlah dusta, kegilaan
campur dendam & keputusasaan jelata.
Kami tambahkan bau kemenyan
dan aroma magis negeri tropis.
Semuanya tersaji untuk Anda.

Para petualang sejati, janganlah berkecil hati.
Di Irian Jaya akan Anda dapatkan pengalaman purbawi.
Biru danau Sentani, puncak gunung berselimut salju infinit.
Di belahan ini, tembaga & emas berlimpah-ruah
Anda bisa lihat orang-orang pribumi
berkeliaran mengejar babi
atau menggali ketela dgn tubuh telanjang
dan kemaluan hanya tertutup koteka.
Komposisi yg indah bukan! Maklumlah
Bangsa kami memang bangsa seniman.
Jika Anda berkeinginan, bisa kami usahakan
tengkorak kepala insan yg kuno & elok
hasil perang suku. Tapi harganya sangatlah tinggi
maklum barang orisinil. Lagipula penduduk sini
tidak memenggalnya setiap hari.
Jika Anda ingin yg lebih murah
pilih saja yg lebih terbaru.
Memang kurang tepat
alasannya adalah ada bekas peluru di pelipisnya.
Tapi selaku kenang-kenangan
perjalanan Anda ke dunia ketiga, kami jamin
souvenir ini tak bakal meminimalisir pujian Anda.

Tuhan mencipta tanah Priangan sambil tersenyum.
Itu kata pameo yg agak berlebihan memang.
Tapi alam & gadisnya elok bukan buatan.
Maka kunjungilah tanah ini, kawasan pegunungan yg asri.
Gairah Anda selaku kolektor tulang korban kekerasan
tak akan dikecewakan. Ada tulang tukang becak
yang menggantung diri, ada pula tulang santri yg asyik
dengan agamanya sendiri. Anda bahkan bisa berenang
di danau penampungan air mata para petani
yang tanahnya disulap jadi pusat industri
padang golf & perkebunan para petinggi.
Tuhan boleh menciptakan tanah ini sambil tersenyum
tapi koleksi tulang yg Anda harapkan itu
dibikin dgn sarat geram & benci.
Makara kualitasnya tak perlu Anda ragukan lagi.

Jika liburan Anda singkat saja, cukuplah
berkeliling di Jakarta. Gedung pencakar langit
dan sentra-sentra perbelanjaan
semua negara tentulah punya. Tapi pencakar langit
dan pertokoan yg hangus terbakar,
kamilah penghasil terutama. Anda bahkan bisa berfoto
sekeluarga dgn latar belakang kerusuhan.
Sebagai ibu kota negara, persediaan mayit, tulang
dan tengkorak di sinilah pusatnya. Ada tengkorak
dan tulang-tulang hasil kegeraman ideologis
di Tanjung Priok sana. Ada tulang orang partai
hasil keelokan taktik politik di sudut situ.
Ada pula tulang hasil kebencian rasialis
di sentra pertokoan sini.


Kami bisa banting harga kalau Anda berminat
pada tulang-tulang bawah umur jalanan yg mati tak sengaja
sebab lapar, acuh taacuh atau terlalu banyak menghirup
busuk lem perekat. Tulang jenis ini jauh lebih hemat biaya harganya
sebab mereka mati maunya sendiri. Tanpa suplemen
anggaran pembelian peluru atau ongkos politik.
Dilihat dr segi kemewahan & keindahan kota
kami hargai ketulusan hati mereka yg bersedia mati
tanpa banyak bicara. Mobil-mobil glamor kami
jadinya bisa berlalu-lalang dgn lebih leluasa.
Makara untuk tulang jenis ini, kami tak pasang harga mati.

  Menelaah Struktur Dan Kebahasaan Pada Puisi Rakyat

Dengan waktu pakansi yg pendek tak bisa kami tunjukkan
semua keistimewaan-keistimewaan kami
alasannya adalah negeri kami demikian luasnya
terbentang sepanjang bentangan potret para korban
kerusuhan, pembantaian & orang hilang.
Jika Anda dr negeri maju
di sini bakal Anda peroleh pengalaman baru.
Anda dijamin tak akan merasa bosan
alasannya bisa bertualang ke berbagai pedalaman.
Sengaja kami batasi jumlah kota-kota besar
sebanyak jumlah konglomerat, hingga tak sulit
kita mengingat. Selebihnya dusun & hamparan gelap,
seperti hamparan kaum melarat.

Inilah negeri kami. Sumber rekreasi laut
yang tak bakal habis dikelilingi dlm seribukali cuti.
Dengan hanya sedikit uang, semua bisa Anda nikmati.
Percayalah ini perjalanan istimewa
yang tak siapa saja bisa mengalaminya!
Bahkan, hanya satu dua saja warga negeri kami
yang pernah menyaksikan sendiri kedasyatan tanah airnya
selengkap yg tertera di dlm peta.

1998

Chairil

Pada kereta senja
Chairil menebal jendela
cinta & bahagia
makin jauh saja
mendengking Chairil
mendengking kereta
sayatan terus ke dada.

Pada senja di pelabuhan kecil
kamu tiba padaku: Chairil
cinta insani di tangan kiri,
Amir Hamzah cinta Ilahi
di ajun
dengan pandang memastikan
: untukku. Aku diam
dicakar gairah & cemas
bertukar tangkap dgn lepas.
Aku hilang bentuk
remuk. Seharian itu
kita tak bersapaan. Oh puisi
yang enggan memberi
mampus kamu
dikoyak-koyak sepi.

Kekasih, dgn apakah
kita perbandingkan pertemuan kita
: dgn Amir sepoi sepi
atau Chairil menderai hingga jauh?
Kini habis kikis segala cintaku
hilang melayang, kembali sangsai
mirip dulu di nyanyi sunyi
di buah rindu.

Amirlah kandil kemerlap
pelita Chairil di malam gelap
sewaktu dada rasa hampa
dan jam dinding yg berdetak.

Aku sendiri, menyusur kata-kata
masih pengap harap. Apatah kekal
kekasihku, airmata yg kenduri
di riuh nadi di gamang jiwa
sedang cerlang matamu
tinggal kerlip puisi
di malam sunyi.

Chairil & Amir
di pintumu puisi negeriku mengetuk.
Mereka tak bisa berpaling.


Percakapan Angin

Jangan bersurat-suratan dgn sunyi! Hardik
pamflet sambil berkacak pinggang. Tidakkah
kamu dengar riuh sejarah, pesawat tempur & ledakan
bom yg membikin nasi bungkus & harapan
jadi asing .

Jangan bercintaan dgn rembulan! Hardik
pamflet sambil menuding kota-kota dlm peta
busuk darah & gelepar lapar.

Jangan… Namun tak sempat lagi
pamflet itu menangkal sebait puisi memekikkan
revolusi. Ia pun bersiap menjumlah
tetes air matanya sendiri.


(1991)