5 Contoh Cerpen Hasan Al Banna

Biografi & 5 Contoh Cerpen Hasan Al Banna – Hasan Al Banna, nama lengkapnya, mengingatkan kita pada cendekiawan muslim asal Mesir yg banyak dikagumi orang alasannya adalah kecerdasannya, keunikannya, & semangatnya yg besar dlm berdakwah. Hasan Al Banna yg akan kita bicarakan sekarang, bukanlah cendikiawan asal Mesir mirip yg telah disebutkan diatas. Pria tampan kelahiran Padangsidimpuan, 3 Desember 1978, penulis & penggiat teater ini memang belum sebesar tokoh Hasan Al Banna asal Mesir itu. Tetapi, soal prestasi & sepak terjangnya di dunia sastra & teater, bisa membuat bibir Sobat semua melontarkan decak kagum.



Hasan Al Banna merupakan penulis & penggiat teater yg lahir di Padang Sidempuan, 3 Desember 1978. Ia menuntaskan SD, MTsN, & MAN 1 Padang Sidempuan serta menuntaskan Program S1 Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Medan (Unimed). Mulai menulis semenjak bergabung dgn teater LKK Medan tahun 1999, antara lain tersebar di Mimbar Umum, Analisa, Waspada, Medan Bisnis, Harian Global, Andalas, Riau Pos, Sagang, Sabili, Lampung Post, Suaru Pembaruan, Republika, Suara Merdeka, Jurnal Nasional, Jurnal Cerpen Indonesia, Koran Tempo, Kompas, Horison, Tapian, & Gong.


Hasan mulai bahagia membaca puisi sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar, namun ia gres sungguh-sungguh jatuh hati pada dunia sastra—khususnya dlm menulis—dikala menjadi mahasiswa jurusan Bahasa & Sastra Indonesia di Universitas Negeri Medan (Unimed). Tahun 1999, Hasan mulai berkecimpung di Teater LKK Unimed. Saat itulah, bertahap, laki-laki keturunan Minangkabau ini membangun kerajaan mimpinya di dunia yg aktif digelutinya kini.

Ia kerap terlibat (selaku kru, pelakon, penulis naskah, & sutradara) dlm aneka macam pementasan teater bersama teater LKK Generasi, teater LKK Unimed, Teater Siklus Ind. Art, Teater Patria, antara lain di Medan, Banda Aceh, Padang, Pekan Baru, Lampung, Jakarta, serta Yogyakarta. Kini bekerja di Balai Bahasa Medan, pula dosen luar biasa di FBS Unimed.

  Punggung | Cerpen Zahra Nurul Liza

Di samping menulis, Hasan pula bergulat dlm berbagai pementasan teater & pentassastra. Beberapa kali ia terlibat dlm pagelaran yg digelar di Medan, Banda Aceh, Padang, Pekanbaru, Jambi, Lampung, Jakarta, & Yogyakarta. Dibidang ini, tidak sedikit prestasi yg ditorehkan oleh putra tempat yg sehari-harinya melakukan pekerjaan sebagai PNS di Balai Bahasa Medan, Depdiknas. Hasan mengungguli cukup banyak perlombaan baik kiprahnya sebagai pelakon, maupun sutradara.


Berikut 5 Contoh Cerpen Hasan Al Banna yg pernah dimuat di harian Kompas, simak ya Sob

15 Hari Bulan

Di usia yg sudah condong ke barat—begitu Uwak Bandi menggelar masa tuanya—tak ada lagi angan-angan untuk kaya. Menunaikan rukun Islam kelima adalah mutiara keinginannya sebelum ruhnya diraut maut. Uwak Bandi mengetahui, mirip kata pada umumnya orang, kaya itu titi utama menuju Tanah Suci. Namun, ia masih percaya, hasratnya akan terkabul dgn niat yg terus mengepul. Tentu ia sadar, niat tersebut harus ditopang kerja keras & doa. Soal biaya? Ah, bukankah rezeki seumpama teka-teki, sulit-sulit gampang untuk diselidiki?

BACA LEBIH LANJUT >>>

Rumah Amangboru

Belakangan, tak gampang bagi Haji Sudung membongkar timbunan insiden silam di bilik kenangannya. Peristiwa-insiden tak ubah barang rongsokan. Semacam lempengan-lempengan besi bau tanah yg menelungkup & berkarat. Ya, usia begitu tangguh menyusutkan badan, mengangsurkan penyakit demi penyakit, termasuk melumpuhkan ingatan. Kalaupun ada lempengan yg masih berkilau, ialah hal yg kerap membikin cekung mata Haji Sudung basah. Selain ajal istrinya empat tahun lampau, masa meninggalkan tanah kelahiran setahun lalu senantiasa meremas dadanya.

BACA LEBIH LANJUT >>>


Sampan Zulaiha


Ia mengekori bapaknya yg berjalan beriring dgn Nurdin. Tangan kiri bapaknya menenteng sejumlah bubu bambu perangkap ikan, pula beberapa bubu nilon penjerat kepiting. Tangan kanannya menggenggam sepasang dayung. Nurdin, meski usianya kurang sepuluh tahun, enteng saja menggendong segulung jala & menjinjing bekal. Maklum, semenjak usia tujuh tahun, adik laki-lakinya itu sudah melaut bersama bapaknya. Zulaiha iri. Ia pula kepingin melaut. Tapi keinginan itu mirip ikan hendak berenang di genangan langit! Angannya sering berkelana; menunggang sampan, menghirup wangi maritim, & membiarkan pias maritim menyerpih di wajahnya. Nikmat!

  Hipokrit | Cerpen Putra Hidayatullah

BACA LEBIH LANJUT >>>


Tiurmaida

Amang oi! Kontan ia melambung setengah berteriak. Induk jarinya pecah bercucur darah. Sambil menggendong tangan kirinya yg kebas, ia bergegas turun ke bawah. Mencari daun pagapaga untuk dikunyah, sesegera mungkin dilumurkan ke jarinya yg terbelah. Biasanya, pagapaga yg sudah bercampur ludah itu ampuh menyumpal luka yg merekah. Nian berhenti pula semburan darah. Tinggal menanggungkan denyutnya saja, mirip menahankan desakan puluhan jarum yg tiba bergelombang menusuk ulu luka. Tentu perihnya yg meletup-letup itu akan mengombang-ambingkan tidurnya malam ini.

BACA LEBIH LANJUT >>>


Ceracau Ompu Gabe

“Ompu Gabe?” sergap seorang anak muda pada suatu petang yg basah. Belum sempurna angguk Ompu Gabe, anak muda itu sudah mengeluarkan sebilah perintah & gumaman gila, “…ke lapo tuak terdekat! Mmh, gue suka naik becak siantar….”

Meski dilanda kecengangan, Ompu Gabe mengengkol sepeda motor peninggalan Perang Dunia II itu. Lantas dgn bunyi yg gederubum tak ubah letupan meriam, Ompu Gabe mengantar penumpangnya dgn becak khas kota Siantar kepunyaannya. Tapi rupanya kecengangan lain menyongsong. Tiba di tujuan, anak muda itu memang bergegas turun. Tapi ia tak memberikan ongkos, cuma menjulurkan tangan, “Marihot….” katanya sambil memindah senyum ke pipi kiri.

BACA LEBIH LANJUT >>>


Demikian ulasan perihal biografi & 5 pola cerpen karya Hasan Al Banna yang mampu teman simak. Praktis-mudahan berguna ya…