close

4 Karakteristik Anak Ajar (Tirtaraharja 2000)

Ada 4 karakteristik yang ada pada anak ajar. Hal ini untuk mengetahui siapa anak didik, perlu mengetahui bahwa beliau sebagai insan yang sedang meningkat menuju kearah kedewasaan mempunyai 4 karakteristik yakni yang dikemukakan Tirtaraharja, 

Adapun 4 karakteristik anak bimbing yang di kemukakan Tirtaraharja (2000) ialah sebagai berikut :
  1. Individu yang mempunyai peluangfisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan makhluk yang unik; Anak sejak lahir telah memiliki potensi-kesempatanyang ingin dikembangkan diaktualisasikan. Untuk mengaktualisasikannya membutuhkan pinjaman tutorial dari pendidik.
  2. Individu yang sedang meningkat ; Anak mengalami pergeseran dalam dirinya secara masuk akal, baik ditujukan kepada diri sendiri maupun penyesuaian dengan lingkungan. Sejak lahir bahkan semenjak dalam kandungan, insan berada dalam proses perkembangan dan proses lewat suatu rangkaian bertahap, melalui fase tertentu, dimana pada tiap tahap (fase) perkembangannya mempunyai sifat khusus. Perbedaan perkembangan tersebut mesti difahami oleh pendidik pada tiap fasenya, sehingga atas dasar itu pendidikan dapat menertibkan keadaan dan seni manajemen yang berkaitan dengan kebutuhan anak latih.
  3. Individu yang memerlukan panduan individual dan perlakuan manusiawi; Dalam proses perkembangannya anak bimbing memerlukan derma dan menggantungkan diri kepada orang remaja. Kenyataan ini ada dua hal pada anak ajar yang menggejala, adalah : Pertama, keadaan tidak berdaya anaka membutuhkan derma. Hal ini memunculkan keharusan orang bau tanah untuk membantunya. Kedua, kesanggupan untuk mengembangkan dirinya tetapi dia tetap memerlukan pinjaman orang lain. Sehingga orang dewasa berkewajiban untuk membimbingnya dan harus disesuaikan dengan tingkat kemajuan anak biar bimbingan tersebut meraih kesudahannya.
  4. Individu yang memiliki kemampuan untuk berdikari; Anak bimbing dalam perkembangannya memiliki kemampuan untuk berkembang ke arah kedewasaan. Pada diri anak ada kecenderungan untuk memerdekakan diri, sehingga menjadikan kewajiban bagi pendidik untuk secara bertahap memberi kebebasan dan pada risikonya pendidik mengundurkan diri dari usaha memberi pinjaman terhadap anak latih, jika anak benar-benar sudah berdikari. Jadi pendidik tidak boleh memaksakan semoga anak bimbing berbuat berdasarkan acuan yang diharapkan pendidik. Hal tersebut dilakukan supaya anak didik mendapatkan peluang memerdekakan diri dan bertanggung jawab sesuai kepribadiannya.