Puisi alam umumnya terdiri dari berapa bait. Ada puisi yang cuma terdiri dari 2 bait, tiga bait, empat empat bait dan lima bait.
Keindahan alam selalu menjadi daya tarik bagi manusia. Keindahan alam bisa dilihat dari deburan ombak di Pantai, hamparan bahari yang indah, maupun hamparan sawah di pedesaan.
Tetapi alam yang rusak bisa menjadi penyebab bala peristiwa. Seperti bencana banjir ataupun kekeringan.
Daftar Isi
1. Puisi Tentang Alam Pegunungan
Puisi ini yaitu puisi singkat ihwal pegunungan. Puisi alam gunung memang selalu ada. Sebab gunung merupakan salah satu ilham terciptanya puisi.
Tinggi Menjulang
Tinggi menjulang dirimu
Bagaimana bentuk Awan Kelabu
Dari jauh bagai mengambang
Indah kesengsem semua Insan.
Gunung yang sungguh tinggi
Ingin sekali saya mendaki
Pasti kakiku letih
Jika tidak terlatih.
Hamparan Di Tepi Gunung
Angin datang dan berdesir
Di pegunungan yang menyisir
Diantara hamparan sawah
Tempat petani mencari nafkah.
Alangkah indah hamparan sawah
berkelak-kelok amatlah megah
ingin badanku rebah
Menikmati segarnya udara.
2. Puisi Tentang Alam Yang Rusak
Alam yang indah mampu saja rusak karena ulah manusia. Seperti hutan yang lebar kini menjadi botak. Sehingga akan mudah terkena banjir. Baca selanjutnya di puisi banjir.
Sungaiku Kenapa Kotor?
Air sungai terus mengalir
Sangat jernih dan bersih
Ikan-ikan pun berenang
Bermain-main dengan bahagia.
Kenapa Sungai kotor sekarang
Banyak sampah di sana sini
Airnya pun menjadi keruh
Aromanya menjadi wangi.
Hutanku Penjaga Desaku
Setiap isu terkini hujan tiba
Ini hatiku berdebar-debar
takut ada datang peristiwa
Ke desa ku walau sebentar.
Kini banjir bandang menerjang
Karena telah hilang hutan
Pohon-pohon banyak ditebang
Hujan mencurah banjir pun tiba.
3. Puisi Tentang Alam 4 Bait
Puisi wacana alam berikut ini merupakan puisi yang terdiri dari 4 bait. Puisi merupakan salah satu karya sastra yang memiliki ciri adanya bait.
Rindu Pada Pantai
Bait 1
Kepada pantai saya rindu
Bermain dengan ombak gelombang
Di pasir putih yang berbunyi
Bersama camar yang terbang.
Biat 2
Kepada bahtera Aku rindu
Yang berdiam di tepi pantai
Milik nelayan yang berburu
Ikan-ikan di tengah lautan.
Bait 3
Kepada angin yang semilir
Aku rindu untuk bermain
Menerpa muka rambutku
Sampai tiba waktu senja.
Bait 4
Kepada Karang yang menjulang
Tegar senantiasa menghalau topan
Walau diterpa oleh gelombang
Tiada menangis dan berderai.
Sawahku Indah
Bait 1
Kupandang sawah luas terbentang
Di tepi gunung udara segar
Di desa ayah bundaku
Tempat saya dilahirkan.
Bait 2
Sawah indah dipandang mata
Warnanya bagai disepuh emas
Kurasa senang di jiwa
Kupandang pandang yang tidak ingin lepas.
Bait 3
Sawah ini begitu indah
Semuanya yakni anugerah
Dari Tuhan Yang Maha indah
Untuk kebahagiaan insan.
Bait 4
Mari jaga indahnya alam
Jangan dirusak jangan dibiarkan
Jaga terus semoga Lestari
Agar dicicipi generasi nanti.
4. Puisi Alam 3 Bait
Desaku Yang Kucinta
Bait 1
Desaku amatlah Permai
sawah terbentang luas
Tumbuhan semakin hijau
Alangkah segar pemandangan.
Bait 2
Burung-burung selalu berkicau
Di antara pepohonan
Bernyanyi riang bangga
Di pagi hari menyambut sang surya.
Bait 3
Para petani pergi bekerja
Ke ladangnya atau ke sawah
Memetik sayur dan buah
Untuk dijual jauh ke kota.
Anak Pantai
Bait 1
Bermain saya di tepi pantai
Berkejar-kejaran dengan ombak
Melihat orang duduk bersantai
Menikmati indahnya alam.
Bait 2
Perahu terombang ambing
Disentuh oleh gelombang
Angin tiba bersemilir
Menyentuh tampang Karang.
Bait 3
Berjemur di bawah Mentari
Di tepi pantai Aku bekerja
Kulit hitam terbakar
Tetapi bersyukur aku terhadap-Nya.
4. Puisi Alam 2 Bait
Langit Membentang
Bait 1
Mentari bersinar jelas
Cahayanya ke Mayapada
Langit cerah tak membayang
higienis dari awan-awannya.
Bait 2
Betapa luas langit membentang
Tak tahu aku dimana ujungnya
Semua itu ciptaan Tuhan
Agar kita mengenal keagungan-Nya.
Ombak Di Laut
Bait 1
Ombak lautan tiba berderai
membawa buih di tepi pantai
Menerjang watu karang
Pulang kembali ke lautan.
Bait 2
Ombak lautan senantiasa tiba
walau cerah walau membadai
Berdebur tiada henti
Memecah alam yang sunyi.
5. Puisi Tentang Alam Pedesaan
Alam pedesaan selalu Permai. Melihat sawah dan sungai. Kebun kebun berkembang subur. Sawah dan padi begitu menghibur.
Alam Pedesaan
Turun Kabut tipis tipis
Di waktu pagi di alam desa
Segar udara masuk ke dada
Rasa damai dan Sentosa.
Angin menyentuh pucuk daun
menerpa pula pada bunga
Alam tampakamat Permai
Mendamaikan segenap jiwa.
Anak Gembala
Di padang rumput itu
Anak Gembala sedang menjaga
Mengurus banyak domba-domba
Hingga waktu datang senja.
Domba bermain dengan riang
Memakan rumput segar dan hijau
Tak terlihat bingung Gelisah
Yang ada hanya damai.
6. Puisi Alam Untuk Anak SD
Belajar membuat puisi telah kita mulai ketika duduk di kelas sekolah dasar. Biasanya menciptakan puisi dengan tema alam, keluarga, ataupun lainnya.
Misalnya puisi wacana kunang-kunang atau puisi wacana kupu-kupu. Karena bawah umur akan bahagia bermain di alam bebas.
Puisi Kupu-Kupu
Aku lihat kupu-kupu
Bermain di taman bunga
Sayapnya berwarna biru
Dari sini melayang kesana.
Kupu-kupu tampakriang
Bermain-main dengan kembang
Kesana kemari bagai penari
Selalu begitu di pagi hari.
Kunang-Kunang
Wahai kunang-kunang
Dari mana engkau datang
Tubuhmu menenteng Lampu
Menjadikan Malam begitu terperinci.
Kunang-kunang yang ku sayang
Ajari diriku Bagaimana terbang
Supaya aku mampu ikut denganmu
Menjelajah Kesunyian malam.
7. Puisi Alam Indonesia
Indonesia ialah negara yang kaya raya dan juga indah. Indonesia mempunyai banyak kekayaan dan keindahan. Mulai dari pantainya, gunung, sawah, dan lautannya.
Indonesiaku Indah
Indonesiaku amatlah indah
Pantai Gunung serta lembah
Terhampar luas antero Nusantara
Anugerah dari Tuhan Yang Esa.
Gunung-gunung tinggi menjulang
Sawah-sawah luas terhampar
Pantai-pantai begitu indah
Lautan membentang tak sudah sudah.
Indonesiaku amatlah indah
Bagaikan Zamrud Khatulistiwa
Kita semua mesti mempertahankan
Agar Lestari alam kita.
Hutan Pinus Gunung
Di hutan pinus di Desaku
Ada udara yang begitu segar
Membuat diriku selalu rindu
Rindu di dada amat bergetar.
Hutan pinus melebur rindu
yang memanggil jiwaku
doaku moga lestari
alam indah nan berseri.
8. Puisi Tentang Air Terjun
Deras mengalir air jernih
jatuh membuncah di bawah
suaramu merdu nyanyian alam
pecah sunyi penuh kemerduan.
Bergeranjas jatuh
Dengan cara yang paling Anggun
Suaramu menenangkan hati
Tarianmu menghias indah.
…
Sunyi
Kau berada ditengah kesepian
Jauh dari pemukiman
Selalu jadi Kerinduan
Dari jiwa setiap Insan
Kau mengalir dari jauh
Di tempat itu engkau jatuh
Dengan suara yang bergemuruh
Di kolam kecil engkau berlabuh.
9. Indahnya Alam Lingkungan
Kita mampu menciptakan puisi wacana alam sekitar kita. Tidak harus wacana gunung, pantai, sungai, ataupun lautan. Tetapi kita bisa juga menuliskan puisi ihwal alam sekitar kita, mirip pohon, kupu-kupu, lapangan kawasan bermain, dan sejenisnya. Berikut ini ialah pola perihal keindahan alam sekitar.
Pohon Tempat Kami
Di bawah rindang daun-daun
Diantara dahan-dahan
Di sana lah kami bermain
Bergembira bersama sahabat.
Pohon bangun sudah lama
Sebelum kami lahir ke dunia
Menemani kita dan dongeng
Kenangan kami kelak dewasa.
Menyusur Sungai
Air mengalir padamu
Dari hulu sampai Hilir
Jauh sekali engkau mengalir.
Engkau memberi kehidupan
Untuk mengairi persawahan
Menyuburkan aneka macam tanaman
Sebagai anugerah Tuhan.
10. Keindahan Alam
Pagi Pecah
Ketika pagi pecah
Langit pun mulai memerah
Pantai Cahaya Sang Fajar
Pagi hari yang bergetar
perlahan-lahan Bangkitlah Surya
Menerangi Alam Raya
Menyemburatkan cahaya
Memberi hangat pada manusia insan.
Nyanyian Semesta
Dan angin pun bersemilir
Menyentuh ujung ilalang
Dan iapun menggeletar
Menjatuhkan bunga putihnya.
Padang ilalang di waktu senja
Membawakan suatu aroma
Ketika ditimpa cahaya senja
Terlihat betapa indahnya.
Alam Ciptaan Tuhan
Berkelipan bintang di langit
Menghiasi gelap malam
Memagari sang Rembulan
bintang kecil amat alit.
Alangkah indah ciptaan Tuhan
Menjadi dekorasi bagi Insan
Agar bersujud kepada-Nya
Mengagungkan seagung-agung-Nya.
11. Kasih Sayang Kepada Alam
Telah diberikan keindahan
Telah diberikan akomodasi
Untuk kita dari alam
Sesama makhluk ciptaan Tuhan.
Jangan kita menyakiti
Biarkan alam tumbuh berseri
Kepada makhluk Marilah sayang
Agar hidup selalu Harmoni.
Kasih Sayang Sesama Manusia
Apa gunanya iri dengki
Hanya membuat sakit hati
Kasih sayang itu lebih utama
Bermanfaat di alam sana.
Kasih sayang kepada sesama
Agar hidup tentram senang
Tolong menolong menjadi utama
Jiwa pun akan merasa Sentosa.
12. Puisi Fenomena Alam
Fenomena alam umumnya terjadi di sekitar kita. Contohnya yakni gunung meletus, Gempa bumi, atau banjir yang melanda.
Merapi Meletus
Suara menggelegar
Mengeluarkan awan putih
Cuaca menjadi panas
Saat engkau berubah ganas.
Gunung yang indah sekarang mengamuk
Menakutkan hati insan
Keluar lahar
Hawa panas
Gunung damai menjadi berangasan.
Banjir Tak Pernah Usai
Di kotaku ini
Ada dongeng yang tak pernah henti
Setiap kali musim penghujan
Rumah kami ikut terendam.
Hutan-hutan telah habis
Pertumbuhan kian terkikis
Air hujan tak bisa disimpan
Hanya mengalir dan menenggelamkan.
Mari kita melestarikan
Tanam lagi pepohonan
Agar terhindar dari bencana
Ketika isu terkini penghujan datang.
.
.
Gejala alam menunjukan adanya sesuatu yang berhubungan dengan manusia. Kadang-kadang manusia tidak menyadari bahwa peristiwa tersebut alasannya adalah ulah insan itu sendiri. Ada orang yang tidak pernah mencampakkan sampah kecuali di sungai. Ada pula yang mengambil keuntungan dari hutan. Oleh sebab itu Mari kita jaga kelestarian dan keindahan alami.
13. Bencana Gempa
Bumi pun bergetar
Rumah-rumah berderak
Manusia Limbung
Saat tragedi gempa
Datang dengan tiba-datang.
Jika gempa sudah melanda
Rumah glamor bagaikan kertas
Runtuh semua seketika
Jangan tanah rumahpun rata.
Gempa Bumi
Jika terjadi gempa bumi
Manusia cemas kesudahannya
Yang terpikir keselamatan diri
Jangan sampai ia celaka.
Gempa bumi akan terjadi
Semakin banyak di akhir zaman
Karena dosa-dosa Insani
Yang tak taat kepada Tuhan.
14. Alam Hijau
Menikmati Semilir
Duduk saya di Gubuk Tua
Diantara bentangan sawah
Menghijau ia warnai desa
Perasaanku begitu Sentosa
Alam Hijau di pedesaan
Udara segar yang kita rasakan
Bersih jauh dari abu abu
Harus disyukuri sepanjang waktu.
Aku duduk di Gubuk Tua
Memandang hijaunya sawah
Menikmati angin semilir
Memandang sungai kecil yang mengalir.
Hijaunya Alamku
Alangkah indahnya alam
Menghijau luas membentang
Di sanalah ada kehidupan
Dari dulu hingga sekarang.
Alamku hijau dan Permai
Begitu indah dipandang mata
Penduduknya merasa hening
Menikmati anugerah dari-Nya.
15. Kerusakan Alam
Jeritan Alam
Hutan-hutanku kau babat
Suaku kamu penuhi dengan polusi
Udaraku kau penuhi dengan polusi.
Mengapa Wahai Manusia
Engkau rusak diriku ini
Padahal segalanya telah kuberikan
Dari hasil kekayaan ini.
Jagalah Alam
Dari lautanku,
Engkau mengambil ikan.
Dari sawah-sawah ku
Engkau mengambil padi.
Dari perut perutku,
Kau ambil emas pasir dan tembaga
Dari higienis udaraku
Engkau dengan nafas.
16. Pantun Jelajah Alam
Susur Sungai
Kususuri dengan kakiku
Sungai kecil yang berpasir
Dari ketinggian bukit
Hingga turun ke tanah lembah.
Betapa senang didalam jiwa
menjelajahi alam ciptaan-Nya
Terasa besar Keagungan Tuhan
Sedangkan saya seorang hamba.
Rindu Hutan
Aku rindukan situasi hutan
Dengan aromanya yang tak dilupa
Suara terdengar dari binatang
Memasuki hutan
Melalui Jalan Setapak
Ditemani burung-burung
Serta nyanyian margasatwa.
17. Rindu Alam
Aku merindukan lagi
menjelajahi Alam Hijau
Di suasana desa
pada sawah yang berlumpur.
Lelah aku melihat tembok
Ingin ku lepaskan persepsi
Benda langit yang biru
Ditemani awan Gemawan.
Hujan Di Balik Jendela
Setiap kali hujan gerimis
Terdengar merdu suaranya
Menimpa atap rumah
Ketika itu di waktu senja.
Aku duduk di balik jendela
Menatap gerimis turun ke bumi
Di dalam hati ada kehangatan
Sebab gerimis ialah anugerah Tuhan.
Kutatap sendu pada awan
Yang warnanya mulai kelabu
Mungkin saja hujan simpulan
Meninggalkan udara higienis.
18. Kutatap Pelangi
Jika gerimis turun berderai
Di bawah cahaya matahari
Mata hatiku pun berdenyai
Melihat warna-warni sang Pelangi.
Ia bagaikan mahkota
Di bentangan langit begitu indah
Warnanya sungguh sungguh tertata
Menghilangkan segala gundah.
19. Kicau Burung Pagi Hari
Kicau burung di pagi hari
Amat riang mereka bernyanyi
Bermain-main di pucuk Cempaka
Menemani datangnya Surya.
Burung yang jelita
Kulihat engkau begitu senang
Dalam hidup penuh Kemesraan
Engkau melayang bersama sahabat-sahabat.
20. Mendung Hitam
Sebelum turun hujan
Ada membuktikan dari alam
Awan putih telah berganti
Warnanya sekarang menjadi hitam.
Mendung hitam menggelayuti
Di pucuk langit di atas bumi
Hujan turun sebagai anugerah
Menghidupkan tumbuhan Bumi.
21. Sungai
Jika aku minta di sungai
Kaki Bukit di dekat gunung
Hatiku pribadi terasa tenang
Pikiran pun mudah merenung.
Dari ketinggian
Air mengalir dengan Anggun
Mengirim cinta ke sawah-sawah
Menyenangkan hati para petani.
Sungai Ini begitu cuek
Airnya jernih begitu bening
Untuk diminum oleh manusia
Dijadikan kuliner untuk yang yang lain.
23. Alam Pegunungan
Di gunung yang tinggi
Jalannya berkelok-kelok
Jauh sekali.
Turun dan mendaki
Jalan berkelok
Alam yang sunyi.
Kabut
Kabut turun di pagi hari
Bersama embun embun
Menyambut cahaya matahari
Menerpa daun-daun.
Kabut tipis melayah-layah
Di antara hutan pinus.
Kicau burung terdengar indah
Insan terkesima bagai terbius.
24. Alam Negeriku
Pohon-pohon telah berkembang
Dari zaman dahulu
Sebelum lahir kakekku
Alam Negeriku begitu kaya
Gunung sungai lautan dan lembah
Terbentang begitu saja amat indah.
25. Awan-Awan
Bertebaran dia di angkasa
Menghiasi langit yang biru
Kadang putih kadang kelabu
Memayungi Bumi Indahku.
Awan Gemawan sangat mempesona
di atas sana senantiasa mengambang
Mengikuti angin kemana
Ke selatan ataupun ke Utara.
Kadang dia tampaktipis
Di waktu senja yang memerah
Kadang Putih dikala gerimis
Atau dikala cuaca cerah.
26. Purnama
Bila tiba waktu Purnama
Kami bermandikan dengan cahaya
Berlari-lari di halaman rumah
Menikmati Purnama Raya.
Di depan rumah itu
duduk pula Ayah ibuku
Bercerita mereka berdua
Sambil memperhatikan kami semua.
Saat Purnama datang
hati kami selalu ceria
Di tepi sungai rumah kami
Tempat terbaik memandang Purnama.
Apabila pagi pecah
Dari kapulasan tidurnya
Bagaikan seorang putri
Disambut kabut serta embun.
Pagi ini pagi yang berkah
Ketika angin semilir
Dari lautan menuju lembah
Mengembara ke mana saja.
27. Embun Pagi
Embun sudah turun
Semenjak malam tadi.
Menjadi kabut misteri
Tapi menyejukan hari.
Embun bening berseri
Kepada daun menghampiri
Padang rumput rumput di kaki
Hilang bila tiba Mentari.
28. Ketemukan Embun Pagi
Hanya embun pagi
Yang aku temui
Sebelum datang Mentari
Menggantung ia di pucuk daun.
Embun cuma di malam hari
Untuk menyejukkan alam ini
Agar Insan beristirahat
Dalam tidur yang lelap.
29. Setetes Embun
Walaupun tanah kering kerontang
Embun pagi datang menyapa
Menetes jatuh ke atas bumi
Mengusir murung dan nestapa.
Embun bekerja di malam hari
Agar segar flora
Walau tak ada orang mengamati
Setiap malam beliau akan datang.
30. Segar
Telah ku temui daun daunku,
Yang siang tadi hampir layu
Kini ia segar kembali
Sebab disentuh embun pagi.
Bunga bunga ini mekar
Daun-daun membuka lebar
Saat tersentuh Mentari
Embun hilang dan pergi.
31. Puisi Ombak Laut Biru
Tiada henti ia berderai
Bergelombang dari lautan
Datang menyentuh bibir pantai
Suara berdebur memecah kesunyian.
Pasir Putih menyambut riang
Mempersilahkan ombak tiba
Begitu juga dengan batu karang
Bersama camar yang melayang.
32. Pantai Pangandaran
Dari dahulu engkau populer
Dengan ombaknya yang begitu besar
Menerjang kapal-kapal nelayan
Menggulung buih di tepi pantai.
Ombak menari-nari
Terpesona mata yang menatap
Suaramu sehari penuh
Bagaikan sebuah nyanyian.
33. Puisi Alam Pegunungan
Diliputi Kabut tipis
Bagaikan daerah sarat misteri
Kau tampakdi pagi hari
Dampak hilang di waktu siang.
Dari jauh engkau terlihat
Tumbuh menjulang ke angkasa
Meninggalkanmu terasa berat
Jatuh cinta pada keindahannya.
34. Pemandangan Pedesaan
Terlihat pasangan suami istripem
Membawa pikulan menuju sawah
Berjalan beriringan mereka berdua
Dengan tampang penuh besar hati.
Hari ini ini hari memanen
Padi di sawah sudah menguning
Memetik padi sepanjang hari
Penuh syukur di dalam hati.
35. Penggembala Domba
Jika saya pulang ke desa
Aku rindu pada anak gembala
Yang menenteng kawanan domba
Jauh ke ladang mencari makan.
Dia gesit menertibkan barisan
Bagaikan seorang komandan
Kadang rebah di rerumputan
Sambil memandang kawanan.
36. Pepohonanku
Wahai pepohonanku
Tetaplah hijau dan tumbuh
Memberi naungan kepada kami
Menyegarkan udara ini.
Daun-daunmu begitu hijau
Menyerap panas Mentari
Dahan-dahan mau begitu besar lengan berkuasa
Tempat bermain bagi kami.
Wahai pohon
Jangan pernah engkau mengering
Lindungilah bumi kami
Dari bencana berjulukan banjir.
Seraplah air yang mencurah
Simpan pada akar-akarmu.
Jangan engkau membiarkan
Curahan air membuat tenggelam.
37. Alamku Sahabatku
Alamku adalah sahabatku
Tempat saya berdiam dan tinggal
Dia telah banyak menunjukkan
Apa yang aku perlukan.
Jangan hujan nya beliau mencurahkan
Segenap air yang kami perlukan
Dengan pepohonan yang dia tumbuhkan
Kami menghirup kesegaran.
Dengan lautan yang dihamparkan
Kami berlayar mencari ikan
Dengan gunung gunung menjulang
Kami buat persawahan.
Dengan alam Tuhan memperlihatkan
Segalanya yang manusia membutuhkan
Agar mereka bersyukur
Jangan sampai manusia kufur.
Kepada-Nya kita bersujud
Merendahkan diri ini
Menjadi hamba yang mengerti
Keagungan Ilahi Robbi.
38. Alam Yang Murka
Sampah-sampah mengotori
Sungai-sungai dan lautan
Ikan-ikanpun mati
oleh racun yang ditumpahkan.
Nelayan pun jadi kesusahan
Susah mencari ikan
Lautan menjadi murka
Sebab kelakuan manusia.
39. Dia Kala Senja
Berhembus angin dengan kencang
Melewati pepohonan
Pemandangan kian indah
Saat senja sudah datang.
Di senja ini saya berdoa
Di senja ini saya bersyukur
Di senja ini aku meminta
Agar selalu senang.
40. Lelah Senja
Begitu saya menikmati hari
Saat petang akan menjelang
Setelah seharian
Lebih raga berpetualang.
Telah aku memetik padi
Di hamparan sawah yang menguning
Semua letih sudah terbayar
Jangan yang kudapat ketika ini.
41. Padang Rumput
Dan angin pun berhembus kencang
Menerpa tampang rumputan
Berkelana jauh dari lautan
Mengembara sepanjang zaman.
Aku titip sepenggal asa
Atau jiwa yang terluka
Pada angin dan pada senja
Yang mengembara ke Mayapada.
42. Puncak Gunung
Dari puncak ini
Ku temukan kedamaian diri.
Ada bentangan alam yang begitu sunyi
Puncak gunung yang amat tinggi.
Terasa diri amat kecil
Di antara langit dan bumi
Siapalah diriku ini
Tak patut untuk menyombongkan diri.
43. Bencana Asap
Asap telah menjadi kabut
Kamu sudah mengotori
Sesak nafas nafas kami
sebab hutan terbakar api.
Hutan telah mereka musnahkan
Jangan panasnya api Ambisi
Asap melanda kepada kami
Dipicu orang-orang berdasi.
Margasatwa banyak yang mati
Pembakaran ini membawa rugi
Paru-paru kami rusak
Hidup makin terbelangsak.
44. Bumi Indah
Perlahan-lahan senja pulang
Dibawa oleh cahaya mentari
Berganti dengan malam yang kelam
Alam pun makin sunyi.
Aku ingin melihat bintang
Yang selalu datang ketika malam
Juga bareng Rembulan
Cahayanya sejuk membahagiakan.
Senja memang senantiasa indah
Malam juga tak pernah kalah
Ketika pagi pecah
Bumi kita tetaplah indah.
45. Hamparan Pasir
Di bibir pantai
Aku memejamkan mataku
Melepaskan letih dan letih
letih jiwa menggerogoti.
Terjatuh saya di pasir putih
Maka kurebahkan tubuhku ini
Menatap langit Berawan putih.
Kadang Camar melayang-layang
Turun beliau mengail ikan
Begitu indah lukisan alam
Syahdunya tak tergantikan.
Embusan angin begitu sejuk
Samar-samar ombak berdebur
Angin pun tiba membelai
Melepaskan segala resahku.
46. Bukit
Anak kecil si penggembala
Ia Merebahkan tubuhnya
Di atas rerumputan
Yang bersanding dengan ilalang.
Kadang matanya terpejam
Untuk melepas segala lelah
Menikmati hembusan alam
Terbawa mimpi yang sangat indah.
Di atas bukit yang amat tinggi
Ia labuhkan semua cita-cita
Bahwa tak usang lagi
Kerjanya akan memberi kekayaan.
47. Menunggu Purnama
Tahukah Engkau wahai Rembulan
Aku menunggumu menjadi Purnama
Agar cahayamu kumandikan
Keseluruh Raga di malam kelam.
Tahukah Engkau wahai Rembulan
Menatapmu membuka kenangan
Di periode kecil dulu
Ketika aku ingin melayang kepadamu.
Engkau senantiasa indah
Dengan sejuknya cahaya
Akupun tak pernah jemu
Menatapmu sepanjang waktu.
48. Dari Hamparan Langit
Dari hamparan langit
Dari celah-celah awan
Turun jatuh ke tampang bumi
Dengan cara yang menarik.
Engkau meresap ke dalam Bumi
Membasahi akar-akar
Mengusir bubuk-abu kemarau
Yang memecah tanah sawah.
Jika Tuhan sudah mengantarkan
Hujan yang turun di musimnya
Pertanda tanah akan menghijau
Kembali hidupkan bumi.
49. Puisi Alam Pantai Yang Indah
Laut secara tiba-tiba ramai
Saat manusia pergi ke pantai
Bermain-main dengan riang
Dibawah Mentari bercahaya terang.
Laut telah mengirimkan
Ombaknya yang bergunung-gunung
Hingga pecah di tepi pantai
Memberi makna beribu-ribu.
50. Pantai di pagi hari
Kala Mentari terbit
Di ufuk timur yang jauh
Kulihat kabut kabut lembut
Di antara ombak berdebur.
Burung-burung bernyanyi riang
Menyambut Mentari di ujung sana
Anginpun mulai bertiup kencang
Menandakan hadirnya kehidupan.
Ombak mulai berkejar-kejaran
Berlomba menuju Karang
Kadang menyapu perahu di tepi
Membuatnya bergoyang-goyang.
51. Oh Laut
Oh maritim
Deburmu aku rindukan
Gelombang saya nantikan
Gemuruhmu saya puisikan.
Oh laut
Anginmu menenangkan
Birumu melapangkan
Pasirmu membahagiakan.
Oh Laut
Aku rindu kepadamu
Rindu itu membawaku
pada kerinduan pada Pencipta-Mu.
52. Rumahku Di Tepi Sungai
Teringat kampung halaman
rumahku di tepi sungai
berbagai pepohonan
mengusik kerinduan.
Sampan-sampan terapung
di sungaiku jauh di kampung
belum dewasa berakal berdayung
bermain sampai petang.
Bangau-bangau tampakterbang
ke sarangnya mereka pulang
di antara langit yang memerah
alasannya adalah telah datang senja.
Walau pergi jauh merantau
kampung halaman senantiasa terkenang
terkenang pula pada surau
kawasan mengaji bersama sahabat.
53. Permainya Kampung Halaman
Gunung tinggi menjulang
sawah luas terbentang
suasana senantiasa tenang
ladang tampakamat permai.
di sanalah saya dilahirkan
besar dalam buaian
bareng ibu tersayang
dihangatkan kasih ayah.
biarpun jauh saya pergi
kampung halaman tak terlupa
rindu ini menggebu di hati
kadang memberi rasa nestapa.
moga kampungku selalu tenang
bagaikan semilir anginnya
semoga kampungku senantiasa permai
bagaikan gemericik airnya.
54. ALAM DESA
Bukit di atas tanah
Tertutup kabut tipis
Hawa sejuk mentari cerah
Padang rumput menghijau elok
Gemericik air di sungai terdengar halus
Halimun pagi menetes teduh
Air terjun mengguruh deru
Melaju membiru pantai
Sejuk asin hangat pesisir
Menerangi pemandangan desa
Mewarnai guratan alam
Mencipta indah alam desa
55. Pantaiku Kampung Halamanku
Di kampung halamanku
berjajar banyak perahu
Di sanalah saya bermain
bareng ombak lautan.
Di kampung halamanku
orang-orang jadi nelayan
berangkat ke lautan
tanpa takut diterjang gelombang.
aku adalah anak pantai
bermain di bawah matahari
kulitku hitam legam
menerjang ombak berderai.
56. Bunga-Bunga Mekar
Di kebunku yang sederhana
telah mekar sekuntum kembang
dari ranting-ranting bunga
tiba kupu juga kumbang.
indah telah kembang berseri
mekar di isu terkini yang bersemi
kucintai sepenuh hati
kusiram setiap hari.
Puisi perihal alam ialah puisi yang paling banyak dibuat. Selain puisi cinta. Semoga dengan kumpulan puisi alam ini bisa memberi pandangan baru kepadamu.
Di bawah ini masih banyak lagi puisi lainnya. Semoga memberi faedah untuk kamu semua. Jangan lupa untuk membaca puisi-puisi lainnya.
Sekarang saatnya kamu menciptakan puisi sendiri.
Referensi: Brainly.co.id –
https://brainly.co.id/peran/564869